"Mama benar, makanya sekarang aku berubah sangat mencintai Leon." Kata Natasha sambil tersenyum penuh kemenangan ke arah Selena.
Membuat Selena langsung menyipitkan matanya dengan tajam dan menjadi sangat marah.
Tapi, dia tidak mungkin bisa membalasnya.
Apalagi, tiba-tiba Leon datang dan membuatnya bertambah sangat canggung, hingga dia ingin segera pergi dari ruang perawatan Natasha.
Ini seperti boomerang baginya.
"Natasha, kata dokter kau harus istirahat yang cukup."
Kata Leon sambil menyapukan pandangan tidak senang ke arah Selena dan Angel.
"Kalau begitu kita pamit dulu Kak."
Leon hanya mengangguk singkat, tanpa ingin melirik Selena sedikitpun, membuat Selena semakin sakit hati atas sikap Leon.
"Leon benar-benar keterlaluan," geram Selena dalam hati.
Dia sampai memandangi Leon dengan amarah yang luar biasa, hingga Angeline menariknya keluar bersamanya.
Begitu Selena dan Angel pergi, Andin juga pun ikut pamit.
"Bagaimana kalau Mama pamit juga? Kamu tidak sibuk kan Leon? Atau kamu hanya berkunjung sebentar?"
Leon langsung menggeleng, "Biar aku saja yang menjaganya Ma."
Andin semakin girang dan menepuk lengan Leon.
"Kamu yang terbaik, Leon."
Leon hanya tersenyum sangat tipis dan membiarkan ibu mertuanya pergi.
Begitu tinggal mereka berdua, suasanananya berubah sangat canggung.
Leon sampai berdehem untuk memecah kesunyian.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Seperti yang kamu lihat aku sudah sangat baik-baik saja Leon dan aku sangat bosan di sini."
Leon mengerutkan keningnya dengan keras mendengar Natasha yang berubah langsung cerewet setalah ditanya, padahal sedari tadi dia hanya diam saja.
"Aku akan menyuruh dokter memeriksamu."
Natasha melenguh nafas panjang dan entah kenapa dia tiba-tiba tidak mau ditinggal sendirian.
"Tidak perlu!"
"Kenapa?"
"Aku mau kamu disini saja. Lagipula beberapa jam lagi juga dokter akan datang memeriksa."
Leon tersenyum tipis dan dia mengangguk setuju.
"Baiklah kalau itu maumu."
"Iya, by the way Leon bukannya ini sudah lewat jam makan siang? Maksudku kamu tidak kembali ke kantor?"
"Bukannya kau barusan mengatakan tidak ingin aku tinggal?"
Natasha langsung cemberut, "Hmm iya, tapi aku tidak ingin pekerjaanmu terbengkalai gara-gara aku."
Leon tersenyum dan dia mengelus puncak kepala Natasha.
"Aku kan CEOnya, jadi kamu tenang saja, lagipula semua sudah diambil alih oleh Grant."
Natasha langsung senang dan tertawa.
"Kenapa aku begitu bodoh berpikir seperti itu?"
"Baru sadar?"
Natasha langsung kembali jengkel.
"Kau sudah makan?"
Natasha menggeleng, sejak tadi dia masih belum bisa makan nasi, paling hanya buah-buahan pilihan saja.
"Apa kau mau bubur? Aku baru saja membelinya di depan."
Natasha langsung mengangguk dan hatinya tiba-tiba menjadi hangat, dia menyambar bubur itu tapi Leon menolaknya.
"Aku yang akan menyuapimu."
Natasha mengangguk senang, sejak hamil anak Leon, sekecil apapun perhatian Leon selalu membuatnya senang dan sebaliknya jika Leon sedikit saja mengabaikannya dia akan langsung merasa sedih yang berlebihan.
"Leon, bagaimana perasaanmu padaku?"
Leon yang saat ini hendak menyuapi Natasha langsung mengerutkan keningnya dengan keras.
"Makanlah dulu!"
Natasha menggeleng dan dia langsung cemberut.
"Jawab dulu pertanyaanku!"
"Hmm, lalu jawaban apa yang kau harapkan?"
Natasha semakin kesal saat berkata,"Tentu saja jawaban yang jujur darimu."
Leon mendengus.
"Bagaimana kalau aku belum memiliki perasaan yang kau harapkan? Apa kau akan marah?"
Natasha mendengus kecewa dan dia memaksakan dirinya untuk menggeleng.
Sementara Leon tidak ingin ambil pusing dan menyuapi Natasha sampai habis.
Tapi, dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu lagi begitu selesai memberinya minum.
"Lalu kenapa kau merobek surat perjanjianmu dengan Selena dan tidak akan bercerai denganku?"
"Natasha, apa menurutmu belum memiliki perasaan itu sama artinya dengan tidak akan memiliki perasaan sama sekali di masa depan? Bagaimanapun aku manusia biasa."
Natasha langsung speechless sekaligus senang. Bibirnya sampai bergerak-gerak membentuk senyuman haru.
"Jadi?" Pancing Natasha.
"Kamu pikir saja sendiri."
Natasha mendengus kesal.
"Kenapa susah sekali sih ngomong sama dia?" batinnya.
"Apa ada lagi yang ingin kau tanyakan?" tanya Leon saat Natasha hanya diam dan memandanginya dengan kesal.
"Tidak." Sungut Natasha.
"Bagus, kalau begitu istirahatlah dan aku akan menyelesaikan sisa pekerjaanku di sini."
Natasha hanya mengangguk dan menurut, tapi detik berikutnya dia berubah pikiran dan kembali mengganggu Leon yang baru saja duduk dan membuka laptopnya.
"Emm Leon, aku boleh meminta satu hal padamu?"
Tanpa menoleh ke arah Natasha, Leon bergumam pendek tanda ia mengiyakan Natasha.
"Apa aku boleh bekerja lagi?"
Seketika itu, tatapan sedingin es ia layangkan pada Natasha.
"Dengan kondisimu sekarang, apa menurutmu aku akan mengijinkannya?"
Natasha langsung memaksakan senyum manisnya.
"Emm, tapi aku sudah baik-baik saja."
"Meski begitu aku tidak akan pernah mengubah keputusanku." Tegas Leon.
Natasha mendengus kasar, harusnya dia tahu Leon sangat kekeh terhadap keputusannya, bagaimanapun dia sudah hampir lima tahun bekerja di Sagara Group dan itu waktu yang sangat cukup untuk mengenal sikapnya.
"Benarkah?"
Leon hanya bergumam pendek dan mengalihkan pandangannya lagi pada laptopnya.
"Meski aku bersedia menjamu dirimu di tempat tidur dengan suka rela besok malam sepulangnya dari rumah sakit?"
"Shut! Apa dia mencoba merayuku?" kesal Leon dalam hati.
Dia tentu saja tidak bisa menolak ajakan Natasha yang satu itu, bagaimanapun dia laki-laki normal yang menginginkan pelayanan seperti itu dari istrinya, apalagi dia dan Natasha baru pertama kali melakukannya dan itu pun karena Leon memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Natasha saat malam pertama.
Setelah itu, dia tidak pernah lagi melakukannya sampai saat ini.
Dan sekarang, Natasha terang-terangan merayunya dengan berkata suka rela ingin berhubungan dengannya, yang artinya memang tanpa paksaan meski dia menginginkan sesuatu di balik itu.
Jadi, Leon sedikit goyah.
Sementara Natasha yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Leon yang terlihat bingung, diam-diam menahan tawa.
"Bagaimana Leon?"
Leon yang saat ini sebenarnya sedang canggung sekaligus bingung, menoleh ke arah Natasha dengan ekspresi tegas.
Kemudian, dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Natasha.
Dia cengkeram dagu Natasha dengan lembut sambil berbisik ke telinganya.
"Aku suamimu, jadi aku bisa mendapatkan malamku kapanpun tanpa aku harus menurutimu."
Seketika itu Natasha sangat kesal sampai wajahnya memerah karena marah.
"Kamu benar-benar ya Leon! Aku sampai merendahkan harga diriku di depanmu, tapi kamu tetap tidak mau mengabulkannya? Apa susahnya sih?"
Berbeda dengan Natasha yang meledak-ledak, Leon lebih memilih tenang dan dia dengan serius berkata, "Natasha dengar! Aku hanya ingin menjagamu dan calon anak kita, apa aku salah?"
Tiba-tiba, jantung Natasha berdegup lebih kencang saat mendengar Leon mengatakan 'anak kita'. Entah, itu membuat hatinya lebih hangat dan tidak bisa membantahnya lagi.
"Aku menyayangi kalian, jadi plis jangan merengek seperti anak kecil lagi seperti tadi. Kamu akan menjadi ibu, bukan anak-anak lagi. Mengerti?"
Seperti habis diterbangkan tinggi ke udara lalu dihempaskan ke tanah. Natasha sangat kesal dengan kata-kata Leon.
"Tidak! Aku tidak bisa mengerti, pokoknya aku tetap mau bekerja lagi, Leon. Titik!"