"Aku tidak menyangka kamu bahkan lupa bagaimana cara menyambutku."
Selena menatap Leon tidak percaya.
Leon bersandar di kursi kulitnya dan menyilangkan kakinya, menatap perempuan yang pernah ia cintai itu tanpa kelembutan sama sekali.
"Aku hanya pura-pura tidak tahu. Lagipula Selena, kita sudah sepakat soal ini."
Selena mendengus dingin dan dia mengingatkan Leon.
"Tapi bagaimanapun aku masih kekasihmu, Leon."
Leon tersenyum mencemooh.
"Aku tahu, tapi kamu harus ingat kalau sekarang aku sudah memiliki istri atas idemu dan dia hamil anakku sekarang."
Selena mengalihkan pandangannya saat hatinya tiba-tiba tertusuk ribuan belati tajam dan itu sakit luar biasa. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali saat dia berusaha menahan bulir air matanya agar tidak jatuh.
"Kenapa harus sedih? Aku melakukan yang terbaik untukmu."
Leon berbicara dengan santai, tapi semua itu justru semakin menikam hati Selana.
Ya, dia sendiri yang mendorong Leon untuk menikah dengan perempuan lain karena dia terlalu mencintai karirnya sebagai desainer perhiasan yang dia raih dengan tidak mudah, jadi dia tidak ingin terlibat dalam sebuah hubungan rumit seperti pernikahan dan melahirkan anak.
Juga, Selena sangat mencintai keseksian tubuhnya dan dia tidak ingin semuanya berubah menjadi mengerikan karena urusan hamil dan melahirkan.
Jadi, pada saat Leon melamarnya dan ingin menikahinya, dia menolaknya mentah-mentah. Sementara Leon terus ditekan oleh kedua orang tuanya untuk segera menikah dan memiliki anak karena Leon sudah berusia hampir kepala tiga.
Hingga muncullah surat perjanjian antara Leon dan maminya semata-mata Leon hanya ingin menuruti Selena awalnya.
Tapi ternyata Leon sendiri lambat laun tumbuh perasaan pada Natasha sejak tahu hamil anaknya. Sementara Selena, dia sangat cemburu saat bertemu Leon dan Natasha di ulang tahun Angel.
Selena tidak menyangka hatinya akan sakit luar biasa melihat kekasihnya menggandeng perempuan lain dan mengetahui kehamilan Natasha dari Angel. Lebih sakitnya lagi, saat Leon mengatakannya sendiri saat ini.
Pada situasi itu, Selena tidak bisa lagi membendung air matanya.
"Leon, aku tidak menyangka semuanya akan menjadi serumit ini. Aku mencintaimu dan ternyata aku cemburu saat kamu bersamanya, terlebih lagi sekarang dia hamil anakmu dan sikapmu kepadaku justru semakin acuh."
Selena mengulurkan tangannya untuk memegang punggung tangan Leon, tapi Leon segera menepisnya.
"Ingat dimana tempatmu sekarang, Selena. Tidak sepantasnya kita membicarakan semuanya di sini."
Tatapan Leon berubah sedingin es saat dia mengatakan itu.
Selena menyeka air matanya dan dia memaksakan untuk tersenyum saat berkata, "Baiklah kalau begitu aku tunggu kamu di apartemenku."
"Aku tidak bisa." Tegas Leon.
Selena terperangah tak percaya. Baru kali ini Leon menolak permintaannya.
"Aku tidak salah dengar kan?"
"Tidak."
"Leon, what the..."
"Kita sudah sepakat soal perjanjian itu dan aku harap kamu bisa bersikap profesional."
"Aku tidak terlibat dalam surat perjanjian itu Leon, aku bahkan tidak tahu apapun kalau Angel tidak memberitahuku kemarin."
Leon mendengus dingin dan dia menarik sudut bibirnya ke atas.
"Kamu memang tidak terlibat, tapi kita sudah pernah membicarakannya soal itu secara empat mata. Selena Jasmine, jangan mencoba mempersulitku! Kamu tahu aku tidak suka dengan itu."
Selena mengatupkan giginya saat dia mencoba bersabar.
"Baiklah kalau begitu aku tidak akan mempersulitmu Leon Sagara, tapi jangan salahkan aku jika aku akan bertindak sedikit kejam."
Dia bangkit dari duduknya dengan marah setelah mengatakan itu dan pergi dari ruangan Leon.
Leon mengatur nafasnya beberapa kali untuk meredakan emosinya, dia mengenal Selena seperti dia mengenal punggung tangannya sendiri. Jadi Leon sedikit ketakutan saat Selena mengancamnya.
Leon mengusap bagian tengah alisnya dan dia mengalihkannya pada tumpukan dokumen yang harus dia periksa.
Di ruangannya, Selena sangat marah hingga dia menyapu semua barang-barang yang ada di meja kerjanya.
Dalam hitungan detik, semua berkas dan peralatan lainnya terjauh ke lantai hingga berantakan.
Setelahnya dia menyambar tasnya dan menyuruh asistennya merapikan ruangannya, sementara dia pergi dari kantor Leon.
Tiba di apartemennya, Selena tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menghubungi Natasha, kemarahannya pada perempuan 25 tahun itu sudah memuncak hingga ke ubun-ubun. Jadi dia tidak peduli konsekuensinya.
***
Di Villa Permata Biru.
Natasha sedang menikmati potongan buah-buahan saat dia mendapat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Dia menaruh garpu ke piring dan menyambar ponsel di depannya dengan dahi yang berkerut.
"Apa ini Keenan? tapi dia tadi tidak menghubungi dengan nomor ini seingatku," Natasha bermonolog sendiri sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menerima panggilan itu.
Begitu dia mendengar suara perempuan yang tidak asing di telinganya, ekspresi Natasha berubah suram.
"Ada apa kamu menghubungiku?"
"Aku hanya ingin mengingatkanmu, kalau aku sudah kembali dan menjalin hubungan dekat lagi dengan Leon, jadi jangan terlalu berharap apapun dari pernikahan itu."
Selena tertawa mencemooh dan menambahkan, "Kamu tahu kan? Setelah anak itu lahir, Leon akan menceraikanmu. Huh betapa bodohnya dirimu menerima pernikahan gila seperti itu."
Natasha menggertakkan giginya saat dia mencoba bersabar.
"Natasha, asal kamu tahu kalau Leon sangat mencintaiku dan dia menerima perjodohan denganmu hanya karena orang tuanya. Hmm, aku sangat kasihan denganmu, Leon hanya memanfaatkanmu agar dia bisa segera memiliki anak. Setelah itu dia membuangmu? Hahaha."
"Ups maafkan aku, tapi kamu juga harus tahu Natasha kalau kami berdua saling mencintai dan tidak dapat terpisahkan. Hmmm, aku harap dia tidak menyebut namaku saat kalian sedang berhubungan, karena dia selalu bilang hanya aku yang bisa memuaskannya di ranjang. Ya, kami selalu melakukannya hampir setiap hari dulu dan malam nanti Leon sudah berjanji padaku akan mampir ke apartemenku. Kamu pasti tahu maksudku kan? Apalagi dia bilang tadi di kantor kalau dia sangat merindukanku..."
Seperti kaca pecah. Begitulah hati Natasha saat ini, dia memang tidak mencintai Leon, tapi entah kenapa hatinya sakit luar biasa saat mendengar itu. Dia tidak pernah menginginkan pernikahannya dengan Leon, tapi Leon justru seenaknya sendiri mempermainkannya.
Apa-apaan?
Natasha banjir air mata dalam pemikiran itu dan dia tidak bisa berpikir apapun lagi selain mengakhiri panggilan itu, tak peduli Selena yang belum selesai bicara padanya. Lagipula itu tadi saja sudah membuatnya linglung dalam waktu yang lama.
Tubuh Natasha sampai gemetar hebat karena isak tangisnya.
"Brengsek kamu Leon!"
Dia menjerit marah sambil membuang barang-barang yang ada di sekitarnya.
Lima tahun bersama Keenan, dia tidak pernah merasakan patah hati luar biasa seperti ini, tapi hanya dengan hitungan bulan bersama Leon, perasaan Natasha bahkan seperti dicabik-cabik dengan begitu kejam.
PYAR...
Natasha membanting foto pernikahannya dengan Leon dan suara pecahannya terdengar hingga ke luar kamar saat Bibi Jossie tak sengaja akan mengetuk pintu, tapi tak peduli perempuan paruh baya itu mengetuk pintu itu beberapa kali, Natasha tidak mau membukakannya.
Jadi dia tidak punya pilihan selain menghubungi Leon.
"Tuan, sesuatu terjadi pada nyonya muda."