Mulut Natasha terbuka tertutup dan dia tidak tahu harus menyapa Keenan dengan seperti apa, dia sangat gugup dan terharu hingga tidak bisa menahan dirinya untuk tidak meneteskan air mata.
Bersamaan itu jantungnya berdisko ria di dalam sana sehingga dia harus mengatur nafasnya beberapa kali untuk mengontrol dirinya sendiri.
"Natasha!"
Keenan menegurnya sekali lagi dan barulah Natasha menjawabnya meski dengan suara tergagap, "Ah iya Keenan."
"Sorry aku menelfonmu, Leon tidak di rumah kan?"
"T... tidak, dia di kantor sekarang. Ada apa?"
"Tidak apa-apa, aku... aku hanya sangat senang kamu menonton konserku dan... dan... setidaknya semua pesan di dalam lagu-lagu konser itu tersampaikan padamu."
Natasha tersenyum sekaligus berderai air mata, bagaimana tidak, dia tahu lebih baik dari siapapun bahwa semua lagu Keenan yang dibawakan di konser kemarin itu adalah semua lagu yang pernah dia ciptakan untuknya, lagu tentang cinta dan seseorang yang sedang benar-benar merindukan pasangannya.
Jadi, tentu saja Natasha sangat bahagia hingga dia tidak bisa menahan diri untuk tidak terus menangis, bahkan mengeluarkan suara isakan di ujung telepon.
"Are you okay Nat?"
Suara Keenan kembali menegurnya dan itu membuat Natasha menarik nafas dalam-dalam sebelum berkata, "I'm okay."
"Sorry, aku tahu harusnya aku tidak boleh mengatakan ini padamu, tapi.... aku benar-benar sangat merindukanmu Natasha."
"Aku tahu Keenan, aku tahu, tanpa kamu berkata apapun padaku, aku tahu perasaanmu, harusnya aku yang minta maaf."
Mata Natasha kini berubah menjadi kran, dia benar-benar tidak bisa membendung air matanya yang begitu liar terjatuh hanya dengan mengucapkan beberapa kalimat untuk Keenan.
"Natasha, jangan menangis!"
Natasha terisak dalam beberapa detik sebelum dia kembali menguasai dirinya kembali.
"Aku terlalu bahagia Keenan, aku tidak pernah menyangka kita akan saling berkomunikasi kembali seperti ini, aku pikir.... aku pikir akan benar-benar kehilangan kamu selamanya."
Keenan terdiam sebentar di seberang sana, dia juga sama sedihnya seperti Natasha.
Bagaimana tidak, dia tidak pernah menjadi lelaki yang begitu penyayang terhadap pasangan sebelumnya dan dia tiba-tiba berubah menjadi lelaki yang romantis ketika berada di sisi Natasha, dia sangat mencintai Natasha lebih dari apapun dan tiba-tiba harus merelakannya begitu saja setelah melewati kebersamaan yang begitu indah selama lima tahun.
Siapapun saja pasti akan kecewa, sedih dan bahkan tidak akan bisa terima dengan kenyataan itu, begitu juga Keenan.
Tapi dia seorang publik figur dan dia harus bersikap profesional. Meski sebenarnya dia sangat hancur saat itu, dia berusaha seolah tidak terjadi apapun.
Dia berpura-pura memiliki hubungan dengan Angel dan seolah dia benar-benar sudah move on dengan Natasha, padahal kenyataannya jauh dari itu.
"Tidak, kamu tidak akan pernah kehilangan aku Natasha, bersabarlah! Aku pasti akan menjemputmu."
Keenan tiba-tiba mematikan sambungan teleponnya setelah itu, membuat Natasha tercengang.
Apa maksudnya? Apakah suatu saat Keenan akan mengambilnya lagi dari Leon? Tapi dia hamil sekarang.
Natasha tenggelam dalam pemikiran itu hingga seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan sangat keras. Dia sangat gugup karena dia tahu siapa yang mengetuk pintu.
Natasha mencoba bersikap tenang dan menghapus riwayat panggilan di ponselnya sebelum dia membukakan pintu.
Dia juga berlari ke wastafel kamar mandi terlebih dulu untuk cuci muka agar tidak terlalu kelihatan kalau dia habis menangis. Barulah saat itu dia dengan tenang membukakan pintu meski seseorang itu terdengar sangat tidak sabaran.
"Leon, kamu bisa tidak..."
Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Leon memeluknya dengan sangat erat dan itu membuat Natasha bingung.
Dia mencoba mendorong tubuh Leon agar melepaskan dirinya dari pelukannya, tapi Leon justru semakin memeluknya dan bahkan berkata dengan lembut, "Kamu harus janji padaku, kamu tidak akan mengatakan itu lagi. Aku mohon Natasha, jangan bunuh dia hanya karena kamu sangat membenci pernikahan ini!"
Barulah Natasha tahu kalau Leon bersikap seperti ini hanya karena anak di dalam perutnya saat ini dan dia sangat sedih dalam kenyataan itu.
Sekali lagi dia mendorong tubuh Leon dengan susah payah, tapi masih sia-sia, jadi dia pasrah dan berkata dalam suara teredam, "Tergantung kamu Leon, kalau kamu menuruti satu keinginanku saja yang sudah aku sebutkan tadi di telepon, aku tidak akan melakukannya, tapi jika kamu..."
"Aku tidak akan melakukannya Natasha, percayalah!" sela Leon dengan sangat cepat dan itu membuat Natasha tertegun dengan sikapnya.
Setelah itu dia melepaskan pelukannya dan menatap Natasha dengan penuh permohonan.
"Kamu harus janji padaku untuk melahirkan anak ini dengan selamat okey!"
Natasha menarik sudut bibirnya ke atas dan dia mencibir, "Apakah hanya itu tugasku menjadi istrimu?"
Leon menatap mata obsdian Natasha dalam waktu yang lama dan dia menggeleng, "Bukan begitu Natasha, suatu hari nanti kamu pasti akan mengerti."
Natasha tersenyum getir dan dia mengalihkan pandangannya ke sudut lain dengan kilatan mata penuh kekecewaan karena dia sudah tahu semuanya, bahkan sebelum Leon mengatakan apapun.
Dia mendorong tubuh Leon sebelum berbalik dan kembali ke tempat tidur.
Leon menyusulnya dan dia memeluk Natasha sekali lagi.
"Aku akan berikan apapun yang kamu mau."
Natasha tersenyum penuh ironi di dalam hatinya dan dia tidak mengatakan apapun. Dia hanya ingin menjalani semua ini dan bisa kembali lagi bersama Keenan suatu hari nanti.
Ya, sama seperti yang Keenan bilang tadi.
Mengingat nama Keenan, bulir air mata Natasha kembali berderai pelan. Dia sangat merindukan mantan kekasihnya itu lebih dari apapun.
Leon tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Natasha, tapi dia mencoba untuk mengerti perasaannya saat ini. Dia menghapus air mata Natasha dan merengkuh tubuhnya kembali ke dalam pelukannya.
"Jangan menangis terus! Itu tidak baik untuk kesehatanmu."
"Iya!" balas Natasha kesal.
"Kalau begitu aku kembali ke kantor, jaga dirimu baik-baik."
"Aku bosan di rumah Leon!"
"Lalu?"
Dia ingin bilang kalau dia ingin ke kantor sebentar, tapi Natasha tahu Leon tidak akan mengijinkannya, jadi dia menyimpan keinginan itu untuk dirinya sendiri.
"Tidak jadi, pergilah!"
Leon mengangguk dan dia mengusap puncak kepala Natasha kemudian berganti ke perut Natasha yang masih sangat rata.
Setelahnya dia baru benar-benar pergi.
Begitu tiba di kantor, Selena sudah menunggu di ruangannya. Leon mengalihkan pandangannya dan dia duduk di kursi kebesarannya dengan angkuh dan dingin.
Sebenarnya, sejak awal masuk ke ruang rapat perkenalan tadi, Leon ingin sekali menyapanya, tapi Natasha mengancamnya di telepon dan dia baru saja pulang untuk berjanji pada Natasha agar tidak terlalu dekat dengan Selena lagi, jadi dia menyimpan perasaan rindu itu sendiri.
"Ehem, Leon. Kamu yakin menyambutku dengan cara seperti ini?"
Leon menaikkan salah satu alisnya dan dia menyeringai sinis.
"Lalu aku harus bagaimana?"