Duduk di kursi penumpang, Natasha memberengut kesal, dia menyilangkan tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya.
Leon membuka pintu mobil dan ikut duduk si samping Natasha.
"Ada apa dengan perutmu?"
"Sedikit kram," kilahnya asal-asalan.
"Kram? Leon menatap Natasha penuh khawatiran yang luar biasa dan dia tiba-tiba merasa marah.
"Kenapa tidak memintaku membawamu ke rumah sakit? Ini anak pertamaku dan aku tidak mau dia kenapa-kenapa," tambahnya.
Natasha memutar matanya ke arahnya dan dia dengan kesal berkata, "Aku hanya ingin segera istirahat di kamarku."
Leon menyipitkan matanya dan dia menatap Natasha dingin, "Jangan kamu abaikan keselamatannya, Natasha."
Sebelum Natasha berkata sesuatu, Leon memerintahkan Grant, "Kita ke rumah sakit sekarang Grant."
"Baik Tuan."
Natasha menoleh ke arah Leon dan menatapnya dengan tatapan menghina.
Grant yang segera tahu perang dingin di antara kedua majikannya langsung berinisiatif mengaktifkan pembatas. Begitu pembatas diaktifkan, Leon menggeser duduknya dan berpindah untuk lebih dekat dengan Natasha.
Kemudian dia mengulurkan tangannya untuk mengelus perut Natasha yang masih sangat rata.
Natasha terperanjat kaget dan dia langsung menoleh ke arah Leon, dia ingin menepis tangan Leon, tapi gerakan Leon lebih cepat dan tangan satunya ia gunakan untuk merengkuh tubuh Natasha ke dalam pelukannya.
"Kamu tahu? aku tidak mau kamu dan bayi kita kenapa-kenapa." suaranya berubah lembut dan berbeda dengan tadi.
Jika Natasha tidak tahu maksud Leon yang sebenarnya, dia pasti akan sangat senang mendapat perhatian seperti itu dari suaminya.
Tapi dia tahu rencana Leon, jadi dia justru ingin mual karena perlakuan suaminya itu.
"Leon lepas! Aku tidak bisa bernafas."
"Hmm, aku sedang memelukmu bukan mencengkerammu. Apa kamu tidak bisa membedakannya?" Leon berubah kesal.
"Tidak!" seloroh Natasha sambil berusaha melepas pelukan Leon.
Bukannya melepaskan, Leon justru semakin mengungkung tubuh Natasha dan dia mencengkeram dagu Natasha dengan keras.
"Sakit Leon!" protesnya.
Leon menyeringai dan mata birunya menatap lekat Natasha.
"Aku sedang memberitahumu kalau pelukan dan cengkeramanku itu berbeda."
"Okey Leon, enough!"
Seringai di sudut bibir Leon tampak mengejek, tapi dia tidak berniat melepaskan cengkeramannya di dagu Natasha, meski ia sedikit memperlakukannya dengan lembut.
"Aku tahu kamu sedang marah padaku Baby," tebak Leon dengan suara yang berbisik menggoda di telinga Natasha.
Bukannya senang, Natasha justru benar-benar ingin mual karena jijik.
"Kamu milikku sekarang, jadi aku tidak mau kamu mengingat mantan kekasihmu meski sedikit saja."
Natasha ingin membuka mulutnya untuk berbicara sesuatu saat Leon justru membungkamnya dengan ciumannya yang lembut, namun tak lama setelah itu dia melepaskannya, seolah dia memang berniat untuk mempermainkan Natasha.
Natasha mendorong tubuh Leon dengan sekuat tenaga tapi sia-sia, jadi dia sangat marah hingga terengah-engah.
Kemudian dia mencibir Leon, "Lalu bagaimana dengan Miss Selena? Dia bahkan akan bergabung dengan perusahaanmu mulai besok."
Ketegangan di wajah Leon mulai terlihat, tapi dia berusaha menyembunyikannya, dia melepas Natasha dan berkilah, "Kita sudah sampai, ayo turun."
Natasha mengutuk Grant yang melajukan mobilnya dengan sangat cepat sehingga saat hal penting yang ingin ia tanyakan pada Leon berakhir gagal.
"Kamu harus segera memeriksakan perutmu Natasha, ayo!" Leon sudah berdiri di samping pintu dan mengulurkan tangannya pada Natasha.
Natasha menatap Leon marah jadi dia menepis tangan suaminya itu dan berlalu masuk ke rumah sakit sendirian.
Leon menyusulnya dan melingkarkan tangannya pada pinggang Natasha sambil menatapnya dengan seringai mengejek, "Kita harus selalu romantis di depan siapapun."
Natasha memelototinya dan dia mengatupkan bibirnya untuk diam, dia malas berdebat.
Tiba di ruangan Dokter Rinjani, Leon yang repot menjelaskan perihal perut Natasha, sementara Natasha sendiri hanya diam karena dia tidak mengalami kram apapun, dia hanya asal bicara tadi tapi Leon selalu menganggapnya serius.
"Jadi apa terjadi sesuatu yang serius Dok?"
"Tidak Pak Leon, janin di dalam perut Bu Natasha baik-baik saja, itu biasa terjadi ketika ibu hamil sedang marah, atau moodnya memburuk."
Leon menatap Natasha dan Natasha justru memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Jadi memang selain menjaga kesehatannya, sebagai suami juga harus menjaga mood istrinya agar tidak mudah down, marah atau lainnya, "tambah Dokter Rinjani dengan senyumnya yang ramah.
"Baik terimakasih Dok, kami permisi."
"Iya Pak Leon, Bu Natasha."
Leon Natasha keluar dari ruangan Dokter Rinjani, dan Natasha menyeringai penuh kemenangan.
"Kamu dengarkan dan catat baik-baik perkataan Dokter Rinjani tadi Leon."
Leon mendesah dan dia berjalan cepat untuk menyusul Natasha, dia mengulurkan tangannya untuk menggenggam lembut tangan Natasha ketika dia berhasil berjalan beriringan dengan istrinya.
"Baiklah, sekarang katakan padaku dengan jujur apa yang membuatmu marah?"
Natasha menghentikan langkahnya sejenak dan berkata terang-terangan pada Leon, "Aku tidak suka kamu mempekerjakan kekasihmu ke Sagara Group karena aku hanya ingin bersikap adil Leon. Kamu tidak memperbolehkan aku bertemu Keenan, jadi peraturan yang sama akan berlaku padamu."
Leon menyipitkan matanya dan dia kehilangan kata-katanya saat itu juga.
"Darimana dia tahu kalau Selena kekasihku?" batinnya.
Natasha bisa menangkap kegelisahan Leon, jadi dia tersenyum mencibir.
"Kamu pasti bertanya-tanya aku tahu darimana? Jawabannya aku tahu dari ingram Angel." Kilah Natasha, meski benar Angel pernah mengupload fotonya bersama Selena, tapi lebih tepatnya dia tahu semuanya dari surat perjanjian yang tidak sengaja ia temukan.
"Shit!" Leon mengumpat dalam hati.
"Bagaimana Leon? Apa permintaanku terlalu besar dibanding kesehatan janin yang ada di perutku?"
Natasha terus mendesaknya dan itu membuat kilatan kemarahan di mata Leon tak terlukiskan.
"Kamu harus tahu kalau Selena bergabung ke Sagara Group bukan atas permintaan pribadiku, tapi atas usulan Papi. Jadi jika kamu tidak berkenan, silahkan saja kamu protes pada ayah mertuamu itu."
Leon sangat marah jadi dia berjalan cepat menuju mobil dan meninggalkan Natasha sendirian.
Natasha menghentakkan kakinya kesal dan dia segera menyusul Leon, tidak lucu kalau dia yang semua orang tahu istri dari Leon Sagara harus pulang sendirian naik taksi.
"Kalau begitu ijinkan aku bekerja lagi," paksa Natasha begitu dia masuk ke mobil.
"Tidak!"
Leon menoleh ke arahnya dan tatapannya berubah seperti serigala yang kelaparan dan akan memangsanya kapan saja. Natasha bergidik ngeri melihatnya sehingga dia menurunkan pandangannya.
"Pekerjaan di kantor sangat melelahkan dan kamu tidak akan bisa dalam kondisi itu."
"Bagaimana kalau aku bisa?"
"Natasha tolong jangan membantahku!" tegas Leon.
"Ya aku tahu karena kamu ingin menjalin kedekatan lagi dengannya kan?"
"Natasha, stop it!" teriak Leon murka.
Natasha berpura-pura terluka dan dia menatap Leon seperti anak anjing.
"Okey, i'm sorry." Leon menurunkan suaranya begitu ia ingat perkataan Dokter Rinjani tadi.
Natasha melancarkan aksinya dan dia berpura-pura menangis terisak.