"Yunka dan Mauren, kamu cemburu juga sama mereka?" kesal Natasha.
Leon hanya bergumam pendek dan menatapnya tidak senang, setelahnya ia duduk di samping Natasha lalu menyuapinya.
"Makanlah! Aku membuatkan sup ayam untukmu."
Sup ayam buatan Leon begitu harum dan menggugah indra penciuman Natasha, membuatnya bersemangat untuk makan, terlebih lagi sedari tadi ia tidak bisa menelan apapun, jadi ia merampas sup ayam dari tangan Leon dan memakannya sendiri dengan lahap.
Leon tersenyum tipis dan dalam hati ia merasa senang.
"Supnya sangat enak, jangan-jangan ini buatan Bibi Jossy."
"Periksa CCTV dapur kalau kamu tidak percaya."
Natasha tersenyum cerah dan ia merajuk pada Leon, "Kalau begitu aku mau lagi."
"Masih ada banyak di dapur, kamu bisa menghabiskan semuanya kalau kamu mau," balas Leon sambil bersiap menggendong Natasha.
Tapi Natasha menolak, "Aku bisa jalan sendiri Leon."
"Sayangnya aku tidak memperbolehkanmu, ada anakku di dalam perutmu," tegas Leon.
Natasha hanya mendengus kesal dan ia pasrah dalam gendongan Leon.
"Dia hanya baik padaku karena ada anaknya di dalam perutku, setelahnya...." Natasha begitu sedih dalam pemikiran itu. Hingga dia kehilangan nafsu makannya.
"Aku tiba-tiba sangat kenyang Leon dan merasa mual lagi," keluh Natasha saat Leon mendudukkannya di kursi ruang makan.
"Ya sudah tidak apa-apa, kalau begitu aku ambilkan obatmu di kamar."
Natasha hanya mengangguk lesu.
Sementara Leon ia buru-buru kembali ke lantai atas dan mengambilkan obat Natasha lalu meminumkannya dengan telaten begitu dia tiba di ruang makan.
"Ada yang kamu inginkan lagi?"
Natasha menggeleng, surat perjanjian itu benar-benar mengganggu pikirannya.
"Kepala kamu pusing? aku bisa menggendongmu kembali ke kamar."
"Tidak Leon, emm aku boleh tanya sesuatu?"
Leon mengerutkan keningnya sebelum balik bertanya, "Soal apa?"
"Masa lalu kamu."
Dahi Leon semakin berkerut-kerut, "Maksudnya?"
"Semalam aku mimpi buruk." Kilah Natasha.
"Lalu apa hubungannya dengan masa laluku?"
"Aku bermimpi tiba-tiba saja ada perempuan dari masa lalu kamu yang mengganggu rumah tangga kita."
Leon menyeringai tipis dan ia menatap Natasha dengan pandangan menghina, "Memangnya kenapa kalau begitu? Bukannya kamu juga masih mengharapkan vokalis itu?"
Natasha tersenyum getir sebelum berkata, "Tapi aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup meski awalnya aku tidak menginginkan pernikahan ini, apalagi sekarang aku hamil. Bagaimana menurutmu?"
Leon tercengang dengan jawaban Natasha, jadi dia hanya menyipitkan matanya dan menatap Natasha dingin tanpa sepatah katapun.
"Aku harap kamu juga sepemikiran denganku, menikah sekali seumur hidup dan menjalani pernikahan ini selamanya."
Natasha tersenyum sinis setelah mengatakan itu dan meninggalkan Leon sendirian di ruang makan.
Sementara Leon, ia memejamkan matanya dan menghela nafas sebelum akhirnya menyusul Natasha.
"Natasha, itu hanya mimpi dan kamu tidak perlu menganggapnya serius," kilahnya sambil berhati-hati menggendong Natasha kembali.
Natasha tersenyum sinis dan berkata, "Ya, itu hanya mimpi, tapi kamu juga tidak bisa memberikan jawaban yang membuatku puas."
Leon hanya diam hingga tiba di kamar dan ia menjatuhkan tubuh Natasha dengan sangat hati-hati.
"Kamu harus banyak istirahat," ucapnya lembut sambil mengelus puncak kepala Natasha.
Natasha menepisnya dan ia menarik selimutnya lalu tidur memunggungi Leon.
***
Hari-hari berlalu begitu cepat, Natasha sudah melupakan surat perjanjian itu karena dokter bilang dia tidak boleh banyak pikiran, meski dia tidak menginginkan anak yang ada dalam kandungannya, tapi dia masih memiliki rasa manusiawi untuk tetap memperhatikannya.
Ya, dia mencoba berdamai dengan pemikirannya sendiri soal surat perjanjian Leon dan juga kehamilannya, tapi tidak soal Keenan.
Jadi dia sangat bersemangat malam ini, meski ia sangat membenci Angel tapi demi bertemu Keenan, Natasha rela menghadiri pesta ulang tahun Angeline.
"Kamu sangat cantik malam ini," bisik Leon di telinga Natasha yang kemudian memeluknya mesra dari belakang.
Natasha hanya tersenyum getir dan tidak menanggapi apapun, padahal Leon memang mengatakan itu dari hatinya, dia mengakui kecantikan Natasha bahkan melebihi Selenanya.
Kecantikan alami yang dimiliki Natasha bak peri yang tidak pernah menginjakkan kakinya ke tanah, begitu suci tanpa noda, apapun yang melekat di tubuhnya selalu terlihat indah dan cantik. Membuat sepasang mata siapapun tidak akan berhenti menatapnya, apalagi saat ini tubuh indah Natasha dibalut dengan gaun malam pesta navy payet putri duyung dengan leher perahu yang memperlihatkan leher jenjangnya yang indah dan menampilkan lekuk tubuhnya yang sexy.
"Ayo kita berangkat," ajak Leon sambil merangkul pinggang Natasha posesive.
"Iya, tapi lepaskan tanganmu Leon, untuk apa kita harus terlihat mesra bahkan di villamu sendiri."
"Aku suka begini." Tegas Leon tanpa mau menyingkirkan tangannya sedikitpun.
"Hmm."
Kalau sudah begitu Natasha tidak bisa membantah lagi, Natasha menepis pikiran tidak bahagia itu dan masuk ke mobil.
Rolls Royce hitam melaju dengan kecepatan sedang menuju Saga Club, klub terbesar di ibu kota yang merupakan milik keluarga Sagara.
Tiba di sana, Rolls Royce hitam milik Leon berheti di depan pintu masuk utama Saga Club dan seorang pelayan langsung membuka pintu dan menyapanya dengan membungkuk.
Leon turun diikuti Natasha dan langsung menjadi pusat perhatian banyak orang karena terlihat seperti pasangan sempurna.
Malam ini Leon memakai setelan tuxedo navy buatan italy yang dirancang khusus membuat kulitnya yang cerah tampak sangat mempesona, juga ketampanannya semakin terlihat sempurna di mata kaum hawa.
Angeline langsung melompat ke arah Leon dan memeluknya dengan erat, dia sangat senang Leon datang ke pestanya karena ia tahu tidak mudah mengundang Leon ke acara non formal seperti ini.
Karena terlalu senangnya, ia sampai benar-benar mengabaikan Natasha di sampingnya seolah Leon datang sendirian.
Natasha menekan emosinya dan dia memilih acuh tak acuh.
"Kamu sangat tampan hari ini Kak, terimakasih telah datang ke acaraku."
"Ya, selamat ulang tahun."
Leon dengan ekspresi datar menyerahkan black card pada Angeline sebagai hadiahnya, Angeline dengan senang hati menerimanya karena baru di usianya yang sekarang dia akhirnya memiliki black card dan itu sudah disiapkan langsung oleh Leon.
"Terimakasih Kak, kamu yang terbaik."
"Iya."
Leon tersenyum tipis dan balas memeluk Angeline.
Natasha memutar matanya kesal melihat adegan adik kakak itu, dia benar-benar dilupakan di sini, hingga dia sengaja berdehem keras.
Angeline melepas pelukannya pada Leon dan dia tersenyum sinis sebelum berkata, "Eh sorry, aku pikir kak Leon datang sendirian."
Natasha menaikkan alisnya dan menatap Angel kesal, tapi ini hari ulang tahunnya tidak mungkin dia membuat kerusuhan, jadi sekali lagi Natasha menekan emosinya dan dia dengan sangat terpaksa berkata, "Happy Birthday."
"Thanks." Balas Angeline dengan tatapan menghina karena melihat Natasha tidak membawa kado apapun.
Natasha sengaja, lagipula apa yang harus dia berikan pada Angel? Dia saja sangat tidak menyukai adik iparnya itu dan menganggap musuh bebuyutannya.
Tapi Angel lagi-lagi menguji kesabarannya.
"Kak Natasha, mana kadoku?"