Chereads / GAGAL MOVE ON / Chapter 19 - DUA MINGGU

Chapter 19 - DUA MINGGU

Huek huek.

Natasha buru-buru kembali ke kamar mandi dan ia muntah beneran, tapi ia berharap ia tidak hamil. Seingatnya ia baru melakukan satu malam dengan Leon, jadi mana mungkin itu membuatnya langsung hamil? Pikir Natasha.

Tapi perutnya sangat sakit dan ia tak berhenti muntah-muntah, Leon sampai khawatir dan memijat punggung Natasha.

Natasha memejamkan matanya sambil memegangi perutnya begitu ia selesai mengeluarkan isi perutnya yang sebenarnya belum terisi apapun.

"Bagaimana kalau beneran hamil?" keluh Natasha dalam hati.

Dia sangat lemah sekarang sampai tidak bisa menahan beban tubuhnya sendiri. Leon langsung menggendongnya dan membawa Natasha kembali ke kamar.

Natasha pasrah dan ia merasa linglung, pikirannya sibuk mengingat kembali kapan terakhir dia menstruasi, dan dia mendengus kesal saat sudah tahu jawabannya.

"Aku akan meminta Grant memanggil dokter spesialis kandungan untukmu," Leon berkata dengan sangat lembut sambil mengelus puncak kepala Natasha

Natasha hanya mengatupkan bibirnya dan diam, sementara wajahnya memucat dan lapisan kabut langsung muncul di matanya yang lembut.

Natasha berusaha menekan perasaan emosionalnya sehingga dia mencengkeram erat sisi selimutnya.

"Tuhan, kenapa ini harus terjadi?" batinnya menangis.

Sementara Leon, ia diam-diam sangat senang jika benar Natasha hamil. Ia sangat menantikan hal ini terjadi secepat mungkin sehingga dia bisa memenuhi keinginan orang tuanya dan tidak perlu membuang waktu terlalu banyak untuk hidup dalam ikatan pernikahan tanpa cinta bersama Natasha.

Pada pemikiran itu seringai di sudut bibirnya membentuk senyuman kebahagiaan.

Lama mereka berdua terdiam dalam pemikiran masing-masing hingga seseorang mengetuk pintu kamar dengan begitu sopan.

Leon langsung bangkit dan membukakan pintu itu, Dokter Rinjani datang bersama Grant dan Leon mempersilahkan hanya Dokter Rinjani yang masuk.

Melihat dokter akan memeriksanya, Natasha ketakutan sendiri, tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak mungkin menolak pemeriksaan ini, itu artinya dia sama saja dengan melawan Leon dan ia tahu konsekuensi apa yang harus ia dapatkan.

Jadi ia memejamkan mata dan pasrah.

Sementara Dokter Rinjani dengan lembut dan telaten memeriksa Natasha hingga ia tersenyum saat mengetahui hasilnya.

"Bagaimana Dok?" Leon yang pertama bertanya dan ia terlihat gugup.

"Selamat Pak Leon, BuNatasha memang sedang hamil dan usia kehamilannya baru dua minggu."

"Tapi kami baru menikah beberapa hari Dok, bagaimana mungkin?" Natasha justru yang menyangkalnya.

Leon mengerutkan keningnya dengan keras dan ia menyadari keanehan yang sama dalam pemikiran istrinya, jadi wajahnya berubah gelap dan muram, ia justru berpikir aneh-aneh tentang Natasha, tapi Dokter Rinjani dengan cepat menjelaskannya agar tidak terjadi perselisihan.

"Jadi begini Pak Leon, Bu Natasha, usia kehamilan itu dihitung sejak hari pertama menstruasi, jadi jika usia kehamilan dua minggu berarti Bu Natasha mengalami mens 7 hari dan setelahnya mengalami masa subur sehingga proses pembuahan langsung terjadi saat melakukan hubungan suami istri."

Leon menghela nafas lega, jadi ia tidak khawatir lagi kalau itu anak Keenan. Sudah jelas itu anaknya dan ia tersenyum senang.

Berbeda dengan Natasha yang semakin tertekan, ia melupakan soal itu kalau dia memang baru saja selesai menstruasi saat akan menikah dengan Leon. Dia sangat frustasi sekarang.

"Usia kehamilan Bu Natasha masih sangat muda, jadi tolong dijaga ya Pak Leon, jangan sampai Bu Natasha kelelahan, harus banyak istirahat dan makanan bergizi, dan ini saya beri resep obatnya."

Leon hanya mengangguk dan menerima resep dari Dokter Rinjani.

"Saya permisi Pak Leon, Bu Natasha."

Dokter Rinjani pamit dan Leon mengantarnya sampai depan kamar karena Grant masih menunggunya di depan kamar.

Leon kembali masuk dan menutup pintu dengan sopan. Ia menghampiri Natasha dan duduk di sampingnya. Sementara Natasha saat ini memalingkan wajahnya sambil menangis tersedu-sedu.

"Kenapa kamu menangis? Kamu tidak suka hamil anakku?"

Natasha semakin terisak dan ia tidak tahu harus menjawab apa.

Alasan dia menangis karena dia takut dan tidak siap hamil dengan begitu cepat, kedua dia memikirkan perasaan Keenan jika berita kehamilannya sampai tersebar, ketiga dia tidak mau sangat terikat dengan Leon karena kehadiran anak itu nanti.

Melihat Natasha tak menjawab pertanyaannya, dia menyipitkan matanya dengan dingin dan mencengkeram dagu Natasha kasar.

"Jawab aku Natasha! Kamu tidak suka hamil anakku?"

Natasha ketakutan dan dia akhirnya bersusah payah menjawab pertanyaan Leon di sela isak tangisnya.

"A... aku hanya takut Leon." Jawab Natasha sambil memejamkan matanya karena takut melihat kilatan kemarahan di mata Leon.

Leon melunak dan dia melepas cengkeraman di dagu Natasha.

"Apa yang kamu takuti? Kamu istriku dan aku akan bertanggung jawab penuh atas anak itu." Suara Leon berubah menjadi lembut.

Jika Natasha sebelumnya tidak mengetahui surat perjanjian yang Leon buat dengan orang tuanya tentang kontrak pernikahannya yang hanya akan berakhir setelah dia melahirkan, dia pasti akan sangat terharu dengan kata-kata Leon, tapi sayangnya Natasha tidak sengaja melihat surat perjanjian itu saat semalam Leon tidur dengan ruang kerjanya, jadi hati Natasha semakin teriris saat mendengar kalimat itu dari mulut Leon, tapi mana mungkin dia berani mengungkapkannya, Leon justru pasti tidak akan terima dan menyiksanya.

"A... aku mungkin belum terbiasa saja," kilah Natasha kemudian setelah terdiam cukup lama.

Leon tersenyum tipis dan ia kemudian menarik Natasha ke dalam pelukannya.

"Selama kamu hamil, aku akan selalu menemanimu. Jadi tidak ada yang perlu kamu takuti lagi okey!"

Natasha memaksakan diri untuk mengangguk dalam pelukan Leon. Leon melepas pelukannya dan mengacak-acak rambut Natasha.

"Orang tua kita harus mendengar kabar bahagia ini."

Natasha menurunkan kelopak matanya dan dia terpaksa berkata, "Ya Leon, tapi kita tidak jadi pergi kan? Kepalaku sangat pusing dan badanku sangat lemas."

Leon tersenyum lembut dan ia menggeleng.

"Kamu istirahat saja di rumah, tapi bolehkah aku ke kantor sebentar? Karena kamu tidak ingin pergi, aku akan meeting dengan client Hongkong, hanya satu jam."

"Pergilah! Aku tidak apa-apa sendirian."

"Tidak tidak, kamu tidak boleh sendirian, aku akan meminta Bibi Jossy untuk menemanimu."

Natasha hanya memaksakan tersenyum dan ia mengangguk. Moodnya sangat berantakan dan dia benar-benar sangat frustasi dalam hatinya.

Begitu Leon pergi, Natasha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan ia semakin terisak. Dia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

Pada saat itu Bibi Jossy datang dan duduk di samping Natasha.

"Maaf Nyonya Muda, saya ditugaskan Tuan untuk menemani Nyonya Muda di sini."

Natasha melepaskan kedua tangannya dan ia menyeka air matanya.

"Iya Bi."

"Nyonya Muda, ayo diminum teh hangatnya. Biasanya kalau orang hamil muda akan lebih baik setelah minum teh ketika morning sickness."

Natasha menerima segelas teh hangat dan ia berterimakasih.

Ia baru merasa tenang sebentar dengan tegukan teh hangat di tenggorokannya, tapi langsung terganggu dengan perut yang kembali mual, jadi dia buru-buru menyibak selimutnya dan langsung pergi ke kamar mandi lagi.