Leon berdecak kesal menatap Natasha yang enggan masuk ke villanya, jadi dia terpaksa menggendongnya. Natasha tak kalah kesalnya jadi dia memukul punggung Leon dengan sekuat tenaganya.
Leon meringis kesakitan, tapi dia mengabaikannya. Ia terus menggendongnya dengan santai dan menyapa para pelayan yang menyambutnya dan kemudian masuk private lift menuju kamarnya di lantai tiga.
Natasha yang awalnya menolak akhirnya pasrah dalam gendongan Leon. Leon menyeringai senang dan begitu pintu lift terbuka, ia dengan anggun melangkah masuk ke kamar.
Leon meletakkan Natasha di kasur dengan pelan dan membuat Natasha begitu canggung, meski ia sudah melewati malam romantis bersama Leon semalam, tapi tetap saja ia tidak bisa tidak canggung padanya. Bagaimanapun awalnya hubungan mereka adalah karyawan dan bos, tapi sekarang berubah menjadi suami istri. Natasha merasa geli sendiri dalam pemikiran itu.
"Istirahatlah, aku akan menagih hakku lagi nanti malam," Leon berkata dengan senyum tipisya yang terlihat mengerikan di mata Natasha.
Natasha menutup matanya dengan putus asa, ia tidak menjawab ya ataupun tidak. Lagipula apapun jawabannya tidaklah penting bagi Leon, jika dia sudah menginginkannya, apa yang bisa dilakukan Natasha untuk menolaknya?
"Aku pergi dulu." Leon mengecup kening Natasha dan kemudian berbalik pergi.
Pintu kamar ditutup dengan sangat sopan. Natasha menghela nafas tanpa daya dan mengeluarkan ponselnya, ia ingin menghubungi Yunka dan Mauren untuk mengusir kejenuhannya.
Tapi baru saja ia mencari kontak Yunka, ponselnya berdering dan nama 'Mama' tertera di layar, Natasha memutar matanya dengan malas sebelum menerima panggilan itu.
"Halo Ma."
"Selamat pagi Natasha Sayang, kamu masih di hotel?"
Natasha merasa geli sendiri mendengarnya karena Mamanya hanya akan begitu kalau ada maunya.
"Hmm, apa lagi yang diinginkan Mama dariku?" batinnya.
"Aku sekarang tinggal di Villa Permata Biru, Ma."
"Ha? Villa Permata Biru? Ya Tuhan Sayang, kamu beruntung sekali bisa tinggal di situ. Itu Villa terbaik yang pernah Mama tahu, dulu waktu lihat desainnya dari Mami Yola saja Mama sudah iri banget dan sekarang kamu tinggal di sana."
Natasha hanya menanggapi dengan gumaman pendek karena ia malas sekali mendengarnya.
"Natasha, kapan kamu ke rumah? Mama tidak sabar ingin mengundang teman sosialita Mama dan membuat pesta kecil-kecilan untuk kamu dan Leon."
"Pasti Mama ingin pamer, hmm." Batin Natasha kesal.
"Untuk apa sih Ma pesta lagi? Bukannya kemarin sudah pesta akbar? Salah sendiri Mama tidak mengundang geng sosialita Mama."
"Sudah Sayang, tapi hanya tiga orang. Sementara pesta kemarin itu kan yang mengadakan keluarga Leon."
"Sama saja Ma, apa bedanya sih?" Natasha mulai kesal, sejak dulu ia selalu dibuat ajang pamer untuk mamanya, dituntut ini itu dan sama sekali tidak diberi kebebasan sejak kecil.
Terkadang Natasha sangat muak dan ingin pergi, tapi karena kemarin menyangkut nyawa dan perusahaan papanya, ia tidak tega.
"Ayolah Sayang, please!"
"Ma, Leon sangat sibuk, bahkan baru satu hari pernikahan kami pun dia sudah ke kantor sekarang. Sagara Group sedang memiliki mega proyek yang sedang berjalan Ma."
"Hmm, baiklah. Kalau begitu Mama tunggu kabar baik darimu saja sebagai gantinya."
"Kabar baik?" Natasha mengerutkan keningnya karena ia tidak mengerti apa maksud mamanya.
"Ya, kabar baik dari kalian. Tadi malam sudah unboxing kan?"
Natasha menepuk jidatnya dan menggeram marah dalam hati. Dia baru menikah belum genap 24 jam dan mamanya sudah menginginkan kabar baik.
"Natasha!" seruan Andin mengagetkan Natasha dan menariknya kembali ke dunia nyata.
"Mama apa sih? Sudahlah pokoknya kalau sudah dung juga kelihatan sendiri," balas Natasha kesal.
"Ih kamu ya, malu-malu. Ya sudah deh, tapi Mama harap secepatnya ya Sayang. Mama gak sabar banget dan ingin mengumumkannya pada geng sosialita Mama."
"Hmm ya Ma. Bye bye."
Natasha buru-buru menutup teleponnya dan menghela nafas tanpa daya, ia sangat frustasi sekarang.
Mood untuk menghubungi Yunka atau Mauren langsung hilang, jadi dia menyimpan ponselnya dan ia memilih tidur, lagipula ia sangat lelah. Semalam Leon bahkan menyiksanya sepanjang malam tanpa istirahat sedikitpun.
***
"Natasha, aku minta maaf."
Natasha menoleh karena terkejut, suara itu sangat familiar sekali di telinganya.
"Keenan."
Keenan tersenyum manis dan berkata, "Ya, ini aku."
Natasha mematung di tempatnya dan merasa tidak percaya, bagaimana mungkin ia tiba-tiba bertemu Keenan? Terakhir di Aola Resto pagi tadi saja, ia tidak sanggup melihat wajahnya, tapi saat ini dia sedang berdiri statis tepat di depan Keenan.
"Keenan, kenapa kamu di sini?" tanyanya.
"Karena aku ingin minta maaf sama kamu, aku melakukannya karena orang tuaku Nat, aku sebenarnya juga tidak rela melepasmu dan aku masih sangat mencintaimu."
Natasha membelalak karena terkejut, detik berikutnya ia tersenyum senang sampai air matanya keluar.
Ya Tuhan, ternyata benar kalau Keenan masih sangat mencintainya. Natasha merasa sangat bahagia sehingga seolah seluruh sel di tubuhnya bergetar penuh kegembiraan.
Pada saat itu, sosok Keenan tiba-tiba menghilang.
Natasha tidak tahu kenapa.
"Keenan!" teriak Natasha dan ia terbangun dengan keringat yang bercucuran.
Nafasnya terengah-engah dan ia merasa beruntung karena Leon tidak memergokinya saat ini, kalau saja dia tahu Natasha baru saja bermimpi Keenan, bisa tamat riwayatnya.
Huh
Natasha menghela nafas sekali lagi dan ia menyandarkan kepalanya pada headboard. Pikirannya penuh tentang mimpi Keenan barusan.
"Bagaimana kalau mimpi itu benar?" Natasha bermonolog sendiri dan ia tersenyum.
Suasana hatinya berubah membaik.
"Keenan aku tahu kamu masih mencintaiku," lirihnya dengan wajah dipenuhi senyuman.
Pada saat itu, pintu kamar terbuka dan Leon muncul dari balik pintu. Ia berjalan menghampiri Natasha dan tersenyum kepadanya.
Natasha yang sedang dalam keadaan mood membaik, balik tersenyum padanya dan bertanya, "Apa aku tidur terlalu lama?"
Leon sangat senang dengan sikap Natasha yang terlihat begitu manis, jadi ia duduk dan mengelus puncak rambutnya.
"Sebenarnya iya, tapi tidak masalah. Sudah sore sekarang, mandilah! Setelah itu kita makan bersama."
Natasha mengerutkan keningnya dan tersipu malu, ia benar-benar tertidur sangat lama.
"Iya Leon, aku mandi dulu." Balasnya salah tingkah.
Natasha turun dari tempat tidur dan buru-buru masuk ke kamar mandi.
Setelah ia selesai mandi, ia melihat Leon masih duduk di ranjang sambil memainkan ponselnya. Natasha jadi enggan ingin melanjutkan langkahnya, ia tidak mungkin berjalan di depan Leon dengan handuk yang hanya menutupi bagian dada dan sebatas atas lututnya.
Tapi pada saat ia akan berbalik ke kamar mandi, Leon memergoki dan memanggilnya.
"Natasha, kenapa kamu kembali ke kamar mandi?"
Natasha menghentikan langkahnya dan diam di tempat, ia baru saja akan mencari alasan tapi Leon sudah berdiri di belakangnya.
"Kamu ingin menggodaku?" bisiknya yang langsung membuat Natasha bergidik ngeri.