Saat membuka akunnya, beranda sosial media ingram Natasha langsung penuh dengan berita Keenan dan kekasih barunya, hal itu memudahkan Natasha untuk mencari akun pribadi ingram Angel.
Jujur ia sangat asing dengan perempuan blasteran bernama Angeline Georgina, padahal hampir semua media menyebut Angel merupakan sahabat masa kecil Keenan, tapi bersama Keenan selama lima tahun pun ia tak pernah mendengar namanya atau bahkan bertemu dengan perempuan itu.
Apa dia yang bodoh karena ada hal yang tidak dia tahu tentang Keenan atu itu hanya berita yang dilebih-lebihkan oleh media saja?
Natasha mendadak gila memikirkan itu, apalagi saat melihat foto-foto Angeline yang gemar berbikini. Ah, rasanya Natasha ingin mencabik-cabik perempuan itu saat ini juga.
Meski hatinya seolah berubah menjadi pecahan piring, Natasha tetap saja menelusuri foto-foto di ingram Angel dari atas hingga bawah, dan entah kenapa ia tiba-tiba teringat dengan wajah seseorang.
Ya, Angeline sangat mirip dengan maminya Leon, apa jangan-jangan Angel adik Leon?
Natasha sibuk dengan berbagai spekulasinya, pada saat itu ponselnya tiba-tiba berdering, sebuah panggilan dari Mauren.
Natasha dengan semangat menerima panggilan itu berharap Mauren menelfonnya bukan sekedar basa-basi saja.
"Halo Ren, gimana? Apa kamu sudah menemukan info tentang Angel?"
"Tentu saja, aku bahkan sudah bertemu Keenan dan menanyakan apa yang kamu suruh tadi sore."
Natasha semakin bersemangat, ia menegakkan posisinya dan duduk dengan ekspresi serius.
"Jadi apa katanya?"
"Angel dan Keenan teman masa kecil saat di luar negeri."
"Lalu Ren, kenapa Keenan memilih move on dariku secepat itu? Baru seminggu kami putus." Natasha menurunkan pandangannya dan berkata dengan intonasi sarat kesedihan.
"Untuk itu aku tidak tahu, yang jelas katanya Keenan tidak ingin mengganggumu lagi."
Sakit tapi tak berdarah, begitulah hati Natasha saat ini. Ia menatap kosong sesuatu yang ada di depannya dengan senyum getir menghiasi wajahnya, detik berikutnya sepasang mata obsidiannya berubah menjadi keran.
Di seberang sana, Mauren merasa tidak tega, jadi dia dengan lirih berkata, "Nat, aku rasa berdamai dengan kedaan sekarang akan membuat hidupmu lebih baik."
Natasha terisak dan ia susah payah menjawab, "Sulit Ren, kamu tahu sendiri aku sangat mencintai Keenan."
"Aku tahu Nat, tapi Keenan bahkan sudah bisa move on darimu."
"Aku tidak percaya Keenan move on secepat itu." Kekeh Natasha di sela isak tangisnya.
"Lalu kamu mau bukti apa lagi?"
Natasha mengatur nafasnya dan mulai berpikir keras, "Aku harus mendengar sendiri dari mulut Keenan."
"Maksud kamu?" Mauren melonjak kaget di seberang sana.
"Ke rumahku sekarang juga Ren, aku mohon. Bantu aku bertemu Keenan malam ini, please!"
"Tapi Nat, bagaimana kalau Pak Leon tahu?"
Natasha tampak menghela nafas berat, ia tahu tidak mudah untuk bersembunyi dalam pengawasan Leon, apalagi untuk bertemu orang yang masuk dalam daftar hitamnya.
Di seberang sana, Mauren kembali berseru untuk mengingatkan, "Nat, lebih baik kamu simpan saja niatmu. Istirahat yang cukup malam ini akan membuat wajah kamu terlihat lebih fresh besok."
"Tapi Ren..."
"Nat, aku tahu perasaanmu, tapi please jangan merendahkan dirimu sendiri di depan Keenan." Mauren tampak memberi saran, mengingat tadi ia bertemu Keenan yang seolah sudah benar-benar move on dari Natasha, bahkan terkesan sudah tidak peduli lagi. Mauren prihatin.
"Baiklah Ren, kalau begitu aku istirahat dulu. Selamat malam." Natasha mengakhiri sambungan teleponnya dan ia menghela nafas tak berdaya.
Ia melempar ponselnya ke samping dan matanya yang sendu kembali menatap langit-langit.
"Keenan, aku ingin sekali menemuimu malam ini, meski untuk terakhir kalinya," Natasha bermonolog sendiri.
Pada saat itu, dorongan hatinya semakin kuat, jadi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menuruti keinginannya.
Natasha bangkit dengan semangat dan ia kembali menyambar ponselnya, baru jam delapan malam. Itu artinya belum terlalu larut untuk keluar.
Memakai setelan crop top dan rok selutut yang dipadu dengan cardigan rajut, Natasha keluar diam-diam dan mencari taksi.
"Ke Studio Paradise Pak."
Sopir taksi mengangguk patuh dan membawa taksi ke tempat yang Natasha inginkan. Beruntung sebelum berangkat tadi, Natasha sudah sempat cek story Keenan melalui akun fake yang ia buat.
Hanya butuh waktu lima belas menit dan ia sudah tiba di depan studio. Natasha turun dari taksi dengan ribuan emosi yang bercampur menjadi satu, juga detak jantung yang berdegup begitu kencang, ia deg-degan.
Sudah lama sekali rasanya ia sudah tak menginjakkan kaki di studio itu lagi, padahal saat hubungannya masih baik-baik saja bersama Keenan, studio ini salah satu tempat favoritnya sepulangnya dari kantor.
Satu bulan lalu, ia bahkan masih menemani Keenan menciptakan lagu baru yang akan dirilis beberapa bulan lagi, lagu itu Keenan ciptakan untuknya, tapi sekarang hubungan mereka sudah kandas, Natasha jadi ragu kalau lagu itu masih akan dirilis nantinya.
Menepis semua kenangan indah di studio itu, Natasha melangkah mantap untuk masuk dan menemui Keenan, tapi baru saja ia mengangkat kakinya beberapa langkah saja, ia sudah bertemu dengan sosok yang ia cari dengan perempuan bernama Angel menggelayut manja di lengannya.
Natasha diam di tempat, ia tersenyum getir pada Keenan yang saat ini berdiri di depannya dengan ekspresi sama terkejutnya.
"Natasha..."
Natasha mengigit bibirnya dan terus memaksakan tersenyum dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Melihat perempuan yang ia cintai berdiri di depannya dengan ekspresi menyedihkan, hati Keenan seolah dicubit keras, tapi mengingat Leon dengan brutal menyiksa keluarganya jika ia tidak menjauhi Natasha sejauh mungkin, ia terpaksa harus membuat Natasha benar-benar pergi dari kehidupannya, jadi ia melepas tangan Angel dan beralih dia yang merangkul pundaknya dengan mesra. Keenan sengaja.
Lama mematung dengan batin yang menjerit di dalam sana, Natasha akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, "Aku percaya sekarang kalau kamu sudah benar-benar move on dariku, semoga kamu selalu bahagia Nan, maafkan aku."
Natasha berbalik dan pergi secepat mungkin dari hadapan Keenan setelah mengatakan itu. Ia berlari dengan air mata yang mengalir begitu deras.
Sementara Keenan, ia sama sedihnya dengan Natasha, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Nan, kamu sudah berjanji padaku untuk tidak mengingatnya lagi." Angel yang masih berdiri dekat di sampingnya mengingatkan Keenan dengan suara yang menyedihkan.
Keenan baru ingat ada Angel di sampingnya dan ia mengangguk dengan senyumnya yang tidak sampai ke mata.
"Ya, aku tahu itu, maafkan aku." Balas Keenan sambil mengusap lembut puncak kepala Angel.
Di sisi lain, Natasha yang memilih untuk menenangkan diri di sebuah cafe seberang jalan, melihat Keenan yang tampak perhatian kepada Angel. Pada saat itu, hatinya seolah dicubit lagi dengan keras.