Zian turun dari kereta kuda, pangeran kedua membantunya untuk turun, mereka berdua jalan bersama. Sambutan meriah sudah terasa saat di luar istana, ia yang hanya bisa melihat samar dari balik penutup wajah, orang-orang yang hadir dalam acara pernikahannya.
"Benar-benar meriah, di luar dugaan," batin Zian melihat semua yang ada di hadapannya membuatnya sangat terkejut.
Baru pertama melihat pesta pernikahan sebuah kerajaan yang mana ia sendiri yang menjadi mempelai wanitanya, itu semua terasa mimpi yang menjadi sebuah kenyataan.
Zian berjalan dengan pelan memasuki altar pernikahan yang mewah dan megah di istana Aozora, mereka mengucapkan janji pernikahan, ia hanya mengikuti apa yang Pangeran kedua ucapkan. Ia sendiri tidak paham bagaimana pernikahan yang ada di kerajaan, jadi ia hanya bisa mengikuti apa yang dilakukan dan diucapkan oleh pangeran kedua. Terlepas dari salah atau tidaknya ia tidak tahu sama sekali.
Saat pangeran kedua menunduk memberi hormat pada Raja dan Ratu Zian pun mengikutinya, karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, selanjutnya memberi hormat pada para tamu, setelah itu mereka duduk di kursi yang sudah di persiapkan.
Saat Pangeran melangkah tentu saja Zian mengikutinya dari belakang, dan saat pangeran duduk ia juga ikut duduk. Tidak ada kekompakan sama sekali di antara mereka berdua, karena Zian terlihat seperti mengikuti gerakan pangeran jadi gerakannya akan menjadi lebih lambat dan tidak kompak.
Pangeran yang melihat hal itu jelas tahu jika Zian melakukan semua prosesi pernikahan dengan tidak serius. Tidak mungkin putri dari kerajaan Azera yang terkenal lembut dan sopan itu terlihat dungu dan bahkan tidak tahu gerakan pernikahan sama sekali, jelas hal itu membuat pangeran berprasangka buruk pada Putri Zian.
Prosesi pernikahan membuat Zian benar-benar jadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa, dan hanya bisa mengikuti semua yang dilakukan oleh pangeran sampai selesai prosesi pernikahan itu.
Setelah selesai tentu Zian pergi ke kamar terlebih dahulu diantarkan para pelayan, dan juga Aida yang ikut menemani sang Putri. Sampai di kamar setelah semua pelayan keluar, Zian bisa bernafas lega dengan membaringkan badannya di kasur.
"Ah, gila aku lelah sekali, benar-benar hari yang berat," keluh Zian yang merasa lelah setelah acara pernikahannya.
"Putri maaf, jangan seperti itu, coba duduk dulu, seorang putri harus bersikap anggun," kata Aida memberi tahu.
Zian langsung duduk dan merapikan kembali pakainya.
"Menyebalkan sekali," batin Zian yang tidak pernah membayangkan jika dirinya dalam situasi yang seperti iu.
"Aku tahu Putri belum latihan untuk upacara pernikahan, jadi banyak hal yang terlewat dan putri seperti mengikuti semua gerakan Pangeran, jadi terlihat tidak kompak," kata Aida yang merasa bersalah karena tidak memberitahu sang Putri terlebih dahulu.
"Aku memang hanya mengikutinya aku mana tahu, di waktu yang sesingkat itu mana sempat aku terpikir jika pernikahannya sangat berbeda," kata Zian yang membandingkan pernikahan di dunia modern dan di dunia kerajaan.
"Tapi tidak apa-apa, semoga tidak ada masalah nantinya," kata Aida yang tidak bisa membantu sang Putri.
"Masalah apa?" kau jangan membuatku takut," kata Zian yang tidak tahu menahu jika ternyata apa yang dilakukannya salah.
Gerakan pernikahannya terlihat seperti main-main dan itu menandakan ia tidak serius dengan pernikahannya, tapi Zian tidak tahu akan hal itu.
"Pangeran Kedua terkenal kejam dan dingin, aku tidak tahu jika pangeran akan marah atau tidak pada putri, karena putri seperti bermain-main di acara pernikahan yang sakral dan penting itu, tapi semoga pangeran tidak marah pada putri." Aida yang khawatir dengan sang Putri pun memberitahu kekhawatiran itu.
"Mati aku, coba kemarin aku latihan dulu, aku tidak tahu sama sekali tentang prosesi pernikahan," kata Zian yang jadi tahu kesalahannya dan membuatnya takut.
Kini Zian yang jadi ketakutan padahal ia tidak bermaksud demikian, tapi pada kenyataannya semua orang menganggapnya tidak serius, hal itu akan membuatnya dalam masalah.
Semua yang sudah terjadi dan yang dilakukan putri memang sangat berbeda dan terlihat jelas jika sang Putri tidak serius dalam pernikahannya. Hal itu jelas menimbulkan pertanyaan di berbagai pihak dan orang-orang yang ada di sana.
Pangeran pertama yang merasa tidak senang dengan pernikahan itu, melihat sang Putri yang tidak serius menandakan jika putri masih menyukainya, tapi ternyata semua perkiraan pangeran salah jika sebenarnya Putri Zian bukan lagi Putri Zian yang dulu.
Yang paling dirugikan jelas Pangeran Kedua yang tidak setuju dengan pernikahannya kini dihadapkan pada kenyataan, jika sang Putri tidak serius jelas hal itu menambah kebenciannya pada Putri Zian.
"Putri tidak perlu khawatir, aku yakin putri bisa mengatasi semua, jelaskan pada pangeran jika putri sakit dan kehilangan ingatan," kata Aida memberitahu sang Putri agar berkata jujur.
"Pangeran pasti tidak akan percaya dan Ayah juga melarang ku untuk mengatakan hal itu," kata Zian dengan nada putus asa dan sedih.
"Raja tidak akan tahu, semua demi keselamatan puri," kata Aida yang juga merasa takut jika terjadi sesuatu dengan sang Putri.
"Tapi kau tetap di sini kan? aku merasa takut, bisa jadi ini adalah akhir hidupku," kata Zian yang menyuruh Aida untuk tetap tinggal.
"Aku tidak bisa berada di sini, jika pangeran datang maka aku akan pergi," kata Aida yang memang seharusnya keluar dari kamar sang Putri dan tidak mungkin Aida ada di kamar mempelai saat malam pernikahan.
"Kau meninggalkanku di kandang Singa, berarti kau membiarkan ku mati sendiri," kata Zian yang merasa akan mati untuk yang kedua kalinya.
"Putri akan baik-baik saja," kata Aida tetap menyemangati sang Putri.
"Kau tidak usah menghiburku, aku jadi takut, padahal aku merasa lelah." Zian yang sudah merasa putus asa.
"Tidak perlu khawatir, Putri pasi bisa membujuk Pangeran, yang terpenting jangan membuat pangeran marah," kata Aida berpesan.
Aida juga merasa takut dengan apa yang akan terjadi pada putrinya dan bagaimana nasib putrinya nanti, jelas saja membuat Aida khawatir.
"Ah sial, kenapa aku harus terjebak dalam hal yang tidak ku inginkan, aku bisa karate dan memanah, tapi aku tidak mungkin bisa mengalahkan seorang Pangeran yang sudah beberapa kali memenangkan peperangan. Tenang Zian kamu pasti bisa menghadapinya," batin Zian mulai tidak karuan dan merasa ketakutan.
"Tidak bisakah kau di sini saja?" tanya Zian yang tidak ingin sendirian di dalam kamar pengantin yang dihias dengan indah tapi terasa seperti di kandang singa.
Aida yang tidak bisa melakukan apa-apa ia harus segera keluar dari kamar putri sebelum pangeran datang.
"Tidak bisa putri aku harus segera keluar, sebelum pangeran datang," kata Aida yang akhirnya dengan berat hati meninggalkan sang Putri sendirian di dalam kamar.
Zian menatap Aida yang keluar dari kamar dengan perasaan sedih, takut dan semua menjadi satu membuat ia tidak memiliki semangat hidup. Bagaimana nanti ia bisa menghadapi pangeran.
"Pangeran Kedua Telah Tiba!" ucap pengawal dengan suara keras.
Zian kaget mendengar suara pengawal tersebut.