Setelah mendengar suara sang istri, Daffa segera berlari dan memeluknya."Sayang, kau akhirnya pulang Mas pikir tidak akan bisa bertemu denganmu dan kau akan pergi meninggalkan Mas tolong maafkan Mas, sayang, Mas janji akan menceritakan semuanya padamu dan Mas juga tidak mencintainya dan hanya mencintai dirimu seorang sayang," ungkap Daffa yang menatap mata istrinya dan menggenggam kedua tangannya.
"Jadi Mas Daffa berharap aku tidak pulang agar Mas bisa puas berduaan dengan Mama lalu kenapa sekarang Mas pulang? cepat pergi sana temui Mamaku, apa hubungan Mas dengan Mama? Kenapa Mas Daffa memeluk Mama di kantor tadi? Katakan Mas, apa yang harus aku lakukan?" terang Meisya yang mulai mengajak suaminya berdebat lalu dia menangis ketika Daffa memelukanya.
"Itu tidak benar sayang, Mas hanya sedang menolong Mamamu yang hampir terjatuh tadi," ucap Daffa yang memeluk sambil mengusap punggung istrinya.
"Katakan ada rahasia apa antara Mas Daffa dan Mama? Haruskah aku mengalah demi Mamaku atau kah aku harus egois dengan mempertahankanmu, kalau Mas ingin bersama dengan Mama silakan, tapi sebelumnya Mas Daffa ceraikan aku dulu," ucap Meisya dengan marah dan menangis sesunggukan.
"Cukup Sayang, aku tidak mau lagi mendengar kata-kata perpisahan ke luar dari bibirmu, aku tidak bisa hidup tanpamu dan jangan tinggalkan aku dan aku hanya meminta agar kau percaya kalau hanya kaulah satu-satunya wanita yang aku cintai baik sekarang nanti ataupun selamanya," ucap Daffa sambil memeluk sang istri dengan lembut yang membuat Meisya menangis dengan sangat kencang.
Meisya dan Daffa baru satu bulan menikah dan mereka juga dua Minggu yang lalu pulang dari bulan madu hubungan mereka juga sedang hangat-hangatnya, tapi tiba-tiba mereka sudah mendapat ujian dan itu pun datang dari ibu istrinya sendiri.
Daffa memandang wajah istrinya yang tertidur di pelukannya itu, lalu dia berdoa dalam hati, "Terima kasih Tuhan telah mengembalikan istriku ke dalam pelukanku kembali aku berjanji akan selalu setia padanya dan tidak akan membuatnya menangis lagi berilah hidayah pada ibu mertuaku agar segera sadar kalau perbuatan yang dia lakukan itu salah serta kuatkanlah aku dalam menghadapi segala ujian yang kau berikan," ucap Daffa kemudian dia membaringkan istrinya ke tempat tidur.
"Kok panas sekali perutku, apa AC nya mati ya? tapi kenapa hanya perut saja yang hangat?" gumam Meisya begitu dia membuka matanya betapa terkejutnya dia karena ternyata suaminya sedang sakit.
Meisya segera turun ke bawah mengambil air hangat dan handuk kecil untuk kompresan dia juga tidak lupa berpesan pada pembantunya untuk membuatkan bubur kemudian dia naik lagi dan meletakkan handuk yang sudah di celup air hangat di dahi suaminya untuk mengompres lalu mandi tidak lupa mengambil air wudhu dan sholat subuh.
Tok tok tok
Ceklek
Ia mengintip sedikit dan dilihatnya nyonyanya lagi sholat lalu dia meletakkan nampan yang berisi bubur di atas nakas kemudian kembali lagi ke dapur.
Setelah Meisya selesai sholat dia melihat sudah ada bubur di atas nakas, "Mas bangun sarapan dulu baru minum obat," ucap Meisya pada suaminya, Daffa yang tubuhnya berguncang pun bangun duduk lalu dia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Kepala Mas pusing sayang." ujar Daffa pada istrinya, Meisya hanya diam saja tapi dia tetap menyuapi suaminya bubur sampai habis setelah itu memberikannya obat.
"Mas Daffa istirahat saja biar kepalanya aku pijat," terang Meisya yang membaringkan suaminya ke tempat tidur lagi lalu memijat pelipisnya.
"Sayang, kau masih marah sama Mas, kenapa saat ditanya diam saja? maafkan Mas sayang sungguh Mas benar-benar tidak mencintai Mamamu karena yang Mas cintai hanya kau seorang," ungkap Daffa yang mengambil tangan istrinya yang sedang memijat dan menggenggamnya.
"Apa sebenarnya yang terjadi antara Mas Daffa dan Mama?" tanya Meisya.
"Saat itu perusahaan sedang dalam masalah dan hanya bekerja sama dengan perusahaan Mamamu perusahaan bisa tertolong karena Perusahaan ini Mas bangun dari nol dan Mas tidak ingin perusahaan yang Mas bangun bangkrut sia-sia makanya Mas terima persyaratan Mamamu untuk bekerja sama," tutur Daffa dengan jujur.
"Apa syarat yang Mama ajukan itu Mas harus menjadi kekasihnya?" tanya Meisya lagi.
"Iya benar sayang dan Mas juga mengajukan syarat agar hubungan kami dirahasiakan lalu pada saat itu kita baru saja kenal dan Mas juga tidak tahu kalau dia adalah Mamamu, Mas baru tahu saat hari pernikahan kita, kau tahukan sayang alasannya karena Mamamu tidak pernah ada saat Mas berkunjung ke apartemenmu," ujar Daffa lagi lalu dia melanjutkan perkataannya.
"Baru satu bulan kami menjalin hubungan, tapi Mas menemukan Mamamu di kamar hotel bersama salah satu kliennya sedang memadu kasih Mas lalu memutuskan hubungan dengan Mamamu saat itu juga dan mamamu tidak terima bahkan dia marah-marah dan menyalahkan kalau Mas yang tidak punya waktu untuknya," jelas Daffa lagi pada istrinya.
"Katakan kenapa kau tinggal di apartemen sayang? pasti ada alasan tersendirikan tidak mungkin hanya karena ingin mandiri." tanya Daffa penasaran.
"Karena Mama sering membawa laki-laki masuk ke dalam kamarnya saat Mama pulang larut malam dan aku tidak suka sikap Mama itu makanya aku putuskan tinggal di apartemen saja walaupun awalnya Mama tidak memberi ijin tapi akhirnya mama tetap mengijinkan juga." tutur Meisya dengan sendu.
"Sayang maukah kau memaafkan Mas? Mas benar-benar tidak pernah mencintai Mamamu." ucap Daffa.
"Aku nggak mau memaafkan Mas, Mas jahat, Kenapa Mas merahasiakan ini dariku? apa hubungan Mas dengan Mama sekarang? kenapa Mama menemui Mas ke perusahaan? dasar memalukan sudah ketahuan selingkuh masih berharap minta dimaafkan," ucap Meisya dengan marah.
"Mas anggap itu tidak penting sayang makanya Mas tidak memberitahumu dan Mas juga tidak ada hubungan apa-apa dengan Mamamu sekarang dan Mas juga tidak tahu, kenapa Mamamu seperti itu? Mas tidak berniat memeluk Mamamu, Mas dijebak sayang, kau harus percaya," terang Daffa meyakinkan istrinya agar mempercayainya.
"Katakan apa kalian pernah berhubungan intim, aku tidak akan pernah mau kembali lagi dengan Mas kalau sampai tahu-tahu Mama mengatakan sedang mengandung anakmu," gerutu Meisya.
"Mas memang banyak kekasih sayang tapi bukan berarti Mas suka membagi-bagikan benih sembarangan Mas punya prinsip boleh punya banyak kekasih, tapi tidak dengan hubungan intim karena Mas tidak pernah berhubungan intim baik dengan Mamamu atau pun kekasih Mas yang lainnya jadi, kalau suatu saat ada yang bilang mereka sedang hamil anak Mas, kau jangan percaya sayang karena itu bukanlah anakku," ucap Daffa panjang lebar.
"Hiks ... tapi, apa yang harus aku lakukan Mas? Mama sepertinya sangat menyesal dan begitu mencintaimu, aku tidak mau Mama membenciku dan menjadi anak durhaka katakan Mas hiks ... apa aku akan jadi anak durhaka kalau sampai mempertahankanmu?" teranv Meisya yang menangis, dia sangat bingung harus melakukan apa.
"Kamu tidak akan menjadi anak durhaka sayang ingat kita sudah menikah dan kau wajib percaya dan mempertahankan Mas karena Mas tidak bisa hidup tanpamu sayang tolong jangan pernah pergi dari rumah ini dan dari kehidupan Mas," mohon Daffa yang langsung duduk dan memeluk istrinya.
"Jangan seperti ini Mas sedang sakit jadi, ayo berbaring lagi," ujar Meisya, dia berusaha melepaskan pelukannya tapi ditolak oleh suaminya.
"Tolong biarkan seperti ini sebentar saja sayang," ucap Daffa mempertahankan pelukannya.
Tok tok tok
Mendengar suara ketukan pintu Meisya melepaskan pelukannya dan membuka pintu kamarnya, "Iya ada apa Bik?" tanya Meisya pada pembantunya.
"Ada Mamanya Nyonya mencari Tuan di depan," tutur pembantunya dengan wajah takut dan cemas.
"Apa?" ucap Meisya dan Daffa terkejut.