"Sayang tunggu disini dulu ya, Mei mau mengabari Mama," pesan Meisya dan Daffa hanya mengangguk lalu Meisya langsung masuk ke kamar mamanya setelah mendapat persetujuan dari suaminya.
"Apa keputusanmu sayang? apa suamimu menyetujui kamu menginap di sini?" tanya mamanya dan meisya mengangguk.
"Iya Ma ... Mas Daffa setuju, Mei menginap sama Mama," jawab Meisya dan mamanya tersenyum bahagia mendengar ucapan putrinya.
"Terima kasih sayang sudah menuruti permintaan Mama," sahut Meisya yang ikutan tersenyum melihat mamanya bahagia.
Malam harinya Meisya, Daffa dan mama Meisya duduk makan bersama di meja makan, "Tambah lauknya Nak malam ini Mama bahagia bisa makan bersama dengan kalian," ucap mama.
"Iya Ma ... Mei juga bahagia sekali bisa makan bersama dengan Mama, Mei sampai tidak ingat kapan terakhir kali makan bersama dengan Mama," ucap Meisya yang membuat mamanya tersentak.
"Maafkan Mama, Nak yang pernah membuatmu terluka Mama janji akan berubah sayang baiklah karena sudah selesai makan, bagaimana kalau kita lanjutkan mengobrolnya di kamar saja?" ucap mamanya.
"Sayang ... Mei ikut Mama dulu ya, kalau Mas mau tidur di kamarku saja yang ada di bawah," ujar Meisya dan Daffa hanya mengangguk menuruti kemauan istrinya, lalu dia pun masuk dan tidur di kamar yang dimaksud istrinya.
"Aduh kok ngantuk banget sih kepalaku juga berat sekali sepertinya ada obat tidur di makanan yang aku makan," gumam Daffa yang bergegas berbaring di tempat tidur dan tertidur karena tak kuasa menahan kantuknya, bahkan dia tidur dengan sangat pulas sampai tidak tahu suasana sekitarnya lagi dan jam tujuh pagi Daffa terbangun dari tidurnya.
"Kepalaku sakit sekali, bagaimana dengan Meisya? aku harus segera mengeceknya," gumam Daffa yang langsung berlari ke luar kamar dan menuju ke arah yang di tempati istrinya.
"Sayang ... Mei ... Meisya ... buka pintunya," teriak Daffa kemudian dia membuka pintu kamar itu dan betapa terkejutnya dia ketika tidak melihat seorang pun di sana.
"Sayang, Meisya kamu di mana? kurang ajar perempuan itu, dia menjebakku dengan berpura-pura baik pada istriku kalau sampai aku mendapatkan istriku dalam keadaan tidak baik maka akan aku hancurkan dia firasatku ternyata benar kalau dia hanya akan memisahkan kami saja," beber Daffa yang masih berusaha mengecek seluruh sudut ruangan rumah berharap kalau dia akan mendapatkan sebuah petunjuk.
"Ternyata semua sudah direncanakan sangat matang oleh wanita itu karena tidak ada seorang pun lagi yang ada di ruangan ini," ucap daffa lalu dia ke luar dari rumah mama Meisya dengan hati kesal.
Tu ... t tu ... t
Suara telepon tersambung.
[Siap tuan ada perintah apa?]
"Datang ke rumah sekarang ada tugas untukmu," ucap Daffa.
[Siap tuan saya akan kesana segera.]
Lalu panggilan pun berakhir dan beberapa menit kemudian.
Daffa sudah sampai di rumahnya, "Rumah jadi sepi sekali tanpa kamu sayang apapun yang terjadi aku akan menemukanmu lagi," gumam Daffa lalu beberapa menit kemudian datanglah Roy.
"Tuan" Daffa menoleh dan berkata,
"Masuk dan duduklah Roy" ajak Daffa lalu Roy duduk di depan Daffa.
"Ada perintah apa Tuan?" tanya Roy kemudian Daffa menghela napasnya baru kemudian dia bicara, "Semalam aku menginap di rumah mertuaku, kamu tahukan siapa mertuaku itu dimasa laluku?" ucap Daffa dan Roy mengangguk.
"Mantan Anda Tuan," ucap Roy melihat Daffa meremas jarinya, "Iya kau benar Roy setelah aku makan malam bersama istri dan mertuaku kepalaku pusing sekali tapi saat aku menyadari kalau makananku diberi obat dan kami berdua dijebak itu sudah terlambat karena aku tertidur dan begitu aku bangun tidak ada seorang pun di rumah itu kecuali aku sendiri dan aku minta padamu cari istriku sampai ketemu cek CCTV rumah dan jalanan di tempat itu," suruh Daffa danRoy mengangguk mengerti.
"Siap Tuan akan segera saya laksanakan saya permisi dulu," ujar Roy,Daffa mengangguk dan Roy ke luar dari ruangan itu.
Seminggu sudah berlalu, tapi Meisya masih belum ditemukan Daffa juga berubah menjadi sosok pemarah.
Selain mencari istrinya, Daffa kesehariannya selalu disibukkan dengan bekerja dan bekerja apalagi setelah Roy mengabarkan bahwa tidak ada hasil dari pencariannya CCTV rumah dan jalanannya sudah diatur sedemikian rupa, sehingga tidak bisa melihat keberadaan Meisya dan mamanya.
"Aaaaaa," Daffa berteriak dan menghancurkan semua barang yang ada di ruangannya tidak ada yang berani mendekat berkomentar apalagi bersuara kalau bos mereka sedang marah.
"Tuan, apa yang anda lakukan? sadarlah Tuan, anda harus kuat dan optimis biar bisa mencari Nona Mei." cegah Roy melihat Daffa meneteskan air matanya.
"Jangan coba-coba menghiburku kalau kau masih belum tahu di mana istriku Roy." Daffa berteriak marah.
"Maaf tuan, saya akan berusaha lagi, tapi sementara ini tidak ada petunjuk apapun karena Nona Mei dibawa dalam keadaan tertidur lelap sama seperti anda." ucap Roy pada Daffa tapi dia tetap tidak memperdulikan ucapan Roy.
"Aku tidak mau mendengar apapun yang aku mau adalah kau segera menemukan istriku, ohh iya selidiki nomer ini karena dia selalu menggangguku setiap jam menelepon tetapi, jika diangkat tidak ada suara." kata Daffa lalu dia memberikan nomer yang selalu mengganggunya.
"Sejak kapan nomer ini menelepon Tuan?" tanya Roy.
"Satu hari sejak istriku menghilang sampai sekarang," ucap Daffa.
"Tuan itu mungkin saja Nona Mei yang menelepon, tapi mau bicara takut ketahuan Mamanya makanya Nona Mei selalu menelepon anda untuk memberikan sebuah petunjuk," terang Roy yang membuat Daffa menghentikan tangisannya ketika mendengar ucapan Roy.
"Bodoh, kenapa kau tidak memberitahu aku sejak awal Roy?" ujar Daffa.
"Sudahlah, lacak saja nomer itu dan segera kabari aku tidak mau mendengar kabar buruk lagi," suruh Daffa dan Roy mengangguk lalu dilihatnya tuannya memberi tanda dengan jari kalau dia harus pergi.
"Anda yakin tidak apa-apa saya tinggal," ucap Roy.
"Iya aku tidak apa-apa jangan lupa suruh OB merapikan ruangan ini aku mau istirahat di kamarku," pinta Daffa.
Setelah berkata seperti itu Daffa segera masuk ke kamar yang ada di ruangan dan menguncinya, sedangkan Roy segera ke luar untuk menyelidiki nomer yang diberikan Daffa dan tidak lupa memerintahkan OB membersihkan ruangan bosnya.
Dua jam kemudian Daffa ke luar dari kamar rahasia nya dan melihat ruang kerjanya sudah rapi lagi, "Sudah lama rasanya aku tidak tidur senyenyak ini, oh iya bagaimana kabar Meisya? apa Roy sudah tahu di mana dia berada?"
Saat Daffa mau menelepon Roy ada email masuk ke handphonenya begitu dicek ternyata itu adalah hasil dari pencarian Roy tentang nomor yang diberikannya.
"Roy ke ruangan saya sekarang," suruh Daffa dan tidak lama kemudian, Roy datang lalu masuk ke ruangan Daffa setelah dia mengetuk pintu.
"Iya Tuan ada perintah apa?" tanya Roy.
"Roy ayo ikut aku kita ke alamat yang kamu berikan lewat email tadi," ucap Daffa.
"Tidak perlu Tuan, karena saya sudah memerintahkan orang-orang kita untuk mengawasi rumah itu, kalau ada berita lagi akan saya kabari Tuan segera," ujar Roy.
"Maksudmu aku tetap menunggu tanpa harus berbuat apa-apa begitu aku tidak mau Roy, aku mau bertemu dengan istriku segera," tegas Daffa marah.
"Saya tahu Tuan sangat mencemaskan dan merindukan Nona, tapi apa anda tidak takut kalau memang benar itu tempat di mana Nona berada malah akan membuat Mamanya akan membawa Nona kabur lagi apalagi jika Mamanya tahu kalau kita mendatanginya atau menyelidikinya jadi kita harus hati-hati Tuan, saya harap Tuan mau bersabar agar semua rencana kita berjalan mulus dan kita bisa membebaskan Nona." ungkap Roy dengan sabar menjelaskan pada bosnya.
"Kau benar Roy, aku harus sabar kalau mau istriku kembali, apa yang harus aku lakukan sekarang Roy? Tidak mungkin aku hanya menunggunya kan, karena kau tahu aku paling tidak suka menunggu yang belum pasti aku takut nyawa Istriku dalam bahaya kalau aku biarkan terlalu lama aku sangat mengkhawatirkannya, Roy, aku juga tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya," ucap Daffa frustasi.