"kamu sudah bangun sayang, apa yang kamu rasakan?" tanya Daffa saat melihat istrinya membuka mata, sedangkan Meisya melihat arah ke sekelilingnya.
"Kita ada di mana Mas? Sudah berapa lama Mei tidur? Kepala Mei sakit sekali Mas," Daffa memijat pelan dahi istrinya kemudian dia berkata,
"Kita ada di villa sayang dan sementara ini kita akan tinggal di villa dulu kau juga tidur sudah tiga jam yang lalu apa sayang mau makan? Mas sudah memanggil koki yang ada di restoran kita untuk memasak khusus untukmu" Meisya menggeleng.
"Mei tidak mau makan Mas lalu apa benar anak yang di dalam kandungan wanita itu adalah anak Mas? kalau benar bagaimana dengan baby yang ada di dalam kandunganku?" tanya Meisya.
Daffa menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan lalu dia berkata,
"Sayang apa kamu lupa kalau kamu itu adalah sekertaris Mas? Sejak pertama kali berpacaran sampai kita menikah kita selalu bersama-sama hanya tidur saja kita berpisah lalu bagaimana caranya Mas bisa menghamilinya? Kenal saja tidak Mas akui sudah bersalah padamu karena tidak memberi tahu kalau Mas pernah berpacaran dengan mamamu, tapi itu hanya satu bulan sayang," Daffa menggenggam tangan istrinya dan menatap matanya.
"Lalu kalau ternyata anak yang dikandung wanita itu benar anak Hubby bagaimana?" tanya Meisya lagi.
"Sayangku cintaku, bagaimana bisa wanita itu mengandung anaknya, Mas? kalau Mas saja tidak pernah menanamkan benih padanya, Mas hanya pernah menanamkan benih padamu saja itu juga sewaktu malam pengantin kita malam itu adalah malam pertama Mas mengeluarkan bibit unggul padamu," ucap Daffa meyakinkan istrinya, sedangkan Meisya hanya memandang suaminya penuh makna.
"Apa pernah Mas tiba-tiba bangun sudah dalam keadaan tidak memakai apapun dan memeluk seorang wanita?" tanya Meisya dan Daffa tertawa mendengar ucapan istrinya.
"Ha ha ha aha ha ha ... sayang kamu itu terlalu banyak menonton drama Mas memang banyak kekasih, tapi itu sebelum mengenalmu begitu Mas mengenalmu, Mas sudah tidak tertarik pada wanita manapun lagi Mas juga tidak pernah sembarangan menanam benih bibit unggul seperti milik Mas ini mana mungkin sembarangan mengeluarkannya," ucap Daffa.
"Apa ucapan Mas bisa di percaya? Mei takut sekali dibohongi," tanya Meisya, tapi malah Daffa mengangkat istrinya mendudukkan dipangkuannya dan memeluknya.
"Sayang Mas berani bersumpah kalau Mas tidak pernah berhubungan intim dengan sembarangan wanita, apa kamu tahu untuk mempertahankan hubungan suami istri agar langgeng itu harus di dasari dengan saling percaya," Meisya menangis mendengar ucapan suaminya.
"Meisya takut sekali Mas, Mei percaya dengan mas, tapi Mei juga mulai ragu jika melihat kejadian seperti tadi," Daffa memeluk istrinya dan mengusap-usap punggungnya.
"Kamu harus ingat sayang, kalau ada suatu kejadian di mana kamu melihat sesuatu yang membuatmu emosi, marah dan kecewa jangan pernah lari, tapi dekati tanyakan dan dengarkan dulu penjelasannya ya sayang," ujar Daffa dan Meisya mengangguk.
"Iya Mas, Mei akan mengingatnya, tapi Mei lapar mau makan Mas," ucap Meisya yang berbicara masih dalam pelukan suaminya.
"Tunggu sebentar Ms mau bilang sama koki dulu agar menyiapkan makanan di kamar saja," Daffa mau membaringkan istrinya di tempat tidur lagi, tapi Meisya malah mengeratkan pelukannya.
"Tidak mau Mas panggil atau telpon dari sini saja," Meisya tidak mau suaminya melepaskan pelukannya.
"Tapi handphone Mas di atas nakas sayangku," ucap suaminya bingung.
"Ya sudah tidak usah makan," ucap Meisya dan Daffa tampak berpikir sebentar kemudian dia berteriak memanggil penjaga.
"Apa ada penjaga di luar? Kalau ada masuklah salah satu saja," tidak lama masuklah salah satu penjaga.
"Siap tuan ada tugas apa?" tanya penjaga itu dan Daffa menoleh ke arah penjaganya dan berkata,
"Bilang sama koki siapkan makan siang dan antarkan ke kamar saja." Kata Daffa dan penjaga itu mengangguk.
"Baik Tuan akan saya laksanakan." ucap penjaga itu, kemudian dia keluar dari kamar tuannya tidak berapa lama datanglah koki dan berbagai macam makanan yang menggugah selera.
"Silahkan Tuan, Nyonya nikmati makanannya saya permisi dulu" Koki itu membungkukkan badannya lalu pergi dari kamar itu.
"Terima kasih chef," ucap Meisya sambil tersenyum, tapi Daffa malah menyentuh wajah istrinya dan diarahkannya padanya.
"Jangan tersenyum padanya sayang, Mas tidak suka sekarang ayo makanlah semua ini khusus dimasak untukmu," Meisya memutar tubuhnya menjadi mengarah pada meja makan dorong yang semula ada disampingnya dan mulai memakan makanan yang tersedia.
"Pelan-pelan makannya sayang lihat sausnya menempel di pipimu apa enak sekali ya makanannya? suaminya sampai tidak ditawari makan lho," Daffa mengelap noda saus yang menempel di pipi Meisya karena Meisya makan lobster saus tiram, sedangkan istrinya hanya tersenyum caggung dan dia menghentikan makannya.
"Maaf Mei, Mei sampai lupa menawari Hubby makan, Mei benar makanan ini sangat enak sekali dan Mei suka sekali masakan chef ini ayo Mei kita makan masih ada tuh makanan yang lain, tapi lobsternya sudah habis he he he ..." Meisya tertawa canggung.
"Tidak apa-apa sayangku, Mas hanya bercanda, ayo lanjutkan lagi makannya. Hubby juga akan ikut makan kamu tenang saja ya," Daffa tersenyum melihat tingkah istrinya lalu ia mengelus kepalanya.
"Mas buat Mei takut saja," lalu Meisya melanjutkan makannya diikuti oleh suaminya
tiga puluh menit kemudian semua makanan yang ada di meja makan habis tak bersisa tentu saja lebih banyak istrinya yang makan.
"Apa ada orang di luar?" tanya Daffa pada penjaganya dan tidak lama masuknya salah satu penjaga yang menjaga di luar kamarnya.
"Siap Tuan," ucap penjaga itu.
"Bawa semua ini ke belakang lagi," kata Daffa dan penjaga itu hanya menurutinya saja kemudian Ia membawa keluar mejanya.
"Sayang boleh Mei keluar berkeliling villa ini! Mei penasaran banget sama tempat ini sepertinya bagus," ucap Meisya.
"Apa sayangku yakin sudah sehat? Nanti kecapekan lagi," anya suaminya khawatir.
"Iya sayang, Mei sudah sehat, apa Mas tidak lihat Mei makan saja banyak banget? please, Mei mau jalan-jalan lihat pemandangan bosen di kamar terus Mas " Meisya merayu suaminya dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Daffa dan menatap matanya.
"Baiklah mau jalan atau pakai kursi roda!" Meisya tampak berpikir kemudian dia menjawab.
"Jalan saja Mas nanti kalau capek baru pakai kursi roda," jawab Meisya.
"Oke deh let's go sayangku, kita jalan sekarang Mas akan tunjukkan tempat yang paling indah dari villa ini," Daffa menggendong istrinya menuruni tangga dia berjalan ke arah belakang villa dan berhenti di sebuah bangku kayu yang ada di sana Daffa mendudukkan istrinya di bangku itu karena ternyata dia mengajak Meisya melihat danau yang ada di belakang villanya.
"Sayang indah banget tempatnya Mei tidak menyangka di villa ini ada danau yang seindah ini terima kasih Hubby sudah memberikan Mei kebahagiaan yang belum pernah Mei rasakan sejak papa meninggal," ucap Mei sendu.
"Sayangku, Mas membawamu kesini agar sayang bahagia jadi, Ms tidak mau melihat kamu bersedih lagi sekarang senyum dong," Meisya tersenyum dan mereka menikmati pemandangan danau itu dengan hati yang bahagia.
"Apa yang kalian lakukan? di cari kemana-mana ternyata kalian ada di villa ini Daffa kau itu menganggap kami ini siapa?" tanya seseorang tiba-tiba mengagetkan Daffa dan Meisya.
...
Siapa orang itu? Apakah akan merusak kebahagiaan mereka lagi? Mau tahu yok lanjut baca episode berikutnya...