"Apa ayah merahasiakan sesuatu dari Meisya?" tanya Meisya yang masih penasaran.
"Tidak ada nak, ayah hanya mau membahas masalah pekerjaan pada bunda. Ayo kita tidur jangan membantah lagi." ucap bunda yang mencoba tegas pada menantunya yang sedikit keras kepala itu.
Meisya akhirnya menuruti kemauan bunda Felicia, dia melangkah ke arah kamar tanpa memperhatikan kalau bunda Felicia masih mengikutinya. Saat Meisya masuk ke dalam kamarnya dan akan menutup pintu dia kaget karena melihat bunda Felicia ada di balik pintunya.
"Lho bunda ikut Meisya juga, bukankah ayah sedang membutuhkan bunda. Mei tidak apa-apa sendirian bunda, Mei akan menunggu mas Daffa pulang sambil rebahan. Bunda tidak usah khawatir Mei berani kok, dan Mei juga sudah lebih baik." ucap Meisya yang mencoba mengerti keadaan kedua mertuanya yang sedang butuh waktu berdua saja.
"Baiklah sayang, bunda tinggal ya, tapi apa Mei yakin berani sendirian saja di kamar?" tanya bunda Felicia yang ingin meyakinkan dirinya lagi.
"Iya bunda, Mei yakin." jawab Meisya sambil tersenyum. Meisya melihat bunda Felicia menjauh dari kamarnya dan menghilang setelah turun dari tangga.
Setelah itu Meisya menutup pintu kamarnya dan berbaring miring di tempat tidurnya, entah apa sebabnya tiba-tiba Meisya menangis. Dia bingung dan sangat frustasi, tapi juga hatinya terasa sangat sakit seperti ada yang luka namun tak berdarah. Tangisan Daffa tambah lama bertambah kencang, untung saja kamarnya sudah dimodifikasi suaminya menjadi kedap suara. Kalau tidak kedua mertuanya pasti akan kebingungan dan langsung mendekatinya.
Disaat Meisya sedang menangis dengan tersedu-sedu, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Meisya menoleh dan ketika melihat yang datang suaminya, dia segera berlari mendekat kemudian memeluknya erat. Meisya bukannya berhenti menangis, tapi dia malah tambah menangis dengan kencang.
"Sayangnya Hubby ada apa hem? kok menangis apa ada yang menyakitimu atau ada perutnya sakit?" tanya Daffa yang bingung ketika dia pulang malah melihat istrinya menangis.
Meisya menggeleng kemudian dia menjawab, "Tidak tahu kenapa hubby? tapi rasanya hati Mei sakit sekali, seperti ada yang luka namun anehnya nggak ada darahnya. Air mata ini nggak mau berhenti juga, padahal sudah dihapus berkali-kali."
Deg
Jantung Daffa tiba-tiba berdetak kencang, keringat dingin mulai membasahi dahi dan tubuhnya, walaupun di kamar itu ada AC nya.
"Bagaimana ini? aku takut sekali kehilangan dirimu sayang, firasatmu juga kuat sekali. Hubby belum cerita apapun, tapi hatimu sudah merasakan sakitnya. Bagaimana cara aku mengatakan semua ini padanya?" gumam Daffa dalam hari, sedangkan Meisya yang merasakan tubuh suaminya berkeringat dingin mulai merenggangkan pelukannya.
"Hubby ada apa? kenapa tubuh Hubby mengeluarkan keringat dingin yang sangat banyak? AC nya masih nyala kok, katakan apa yang Hubby rahasiakan dari aku? walaupun sakit lebih baik aku tahu dari Hubby sendiri dari pada orang lain." tanya Meisya yang curiga pada suaminya.
"Kita duduk dulu ya sayang, Hubby janji akan menceritakan semuanya padamu. Tapi sebelum itu Hubby ingin agar kau percaya dengan semua yang Hubby katakan dan berjanji akan memberikan Hubby kesempatan kalau Hubby tidak bersalah." kata Daffa yang mengulur waktunya.
"Katakan yang sebenarnya Hubby jangan berbelit-belit, agar Mei nggak bingung dengan semua ucapan Hubby itu." ucap Meisya yang tidak sabaran dan entah kenapa air matanya yang tidak mau berhenti tadi tiba-tiba tidak mau keluar lagi.
"Sayang, Hubby sudah dijebak dan kau harus percaya dengan Hubby. Sebuah bukti bisa saja hanya sebuah kamuflase saja, agar kita percaya kalau seseorang itu benar-benar bersalah." kata Daffa yang lagi-lagi membuat istrinya bingung.
"Apa maksud ucapan Hubby itu? siapa yang sudah menjebak Hubby? bukti apa yang sudah Hubby bicarakan itu? jangan membuat aku takut Hubby, apa jangan-jangan bukti hasil tes DNA nya sudah keluar?" tanya Meisya yang tepat sasaran.
Daffa mengangguk lalu dia bicara sambil menunduk dan jawaban itu membuat Meisya sulit untuk bernafas.
"Hubby tadi diajak ayah pergi ke rumah sakit untuk melihat hasil tes DNA yang sudah keluar. Setelah melihat hasilnya Hubby terkejut sayang, Hubby marah dan juga kecewa dengan kertas itu. Di kertas itu mengatakan kalau hasilnya positif, hasilnya mengatakan kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak Hubby. Hubby berani bersumpah sayang, kalau Hubby tidak pernah menjamah wanita itu apalagi sampai mau membuatnya hamil rasanya itu tidak mungkin sekali. Sayang, kau percaya bukan dengan semua perkataan Hubby, sayang kenapa tidak menjawab?"
Daffa terkejut saat mengangkat kepalanya, dia melihat Meisya yang kesulitan bernafas dan pingsan tepat di saat Daffa memeluknya.
"Sayang, kamu kenapa? maafkan aku, sayang, sungguh aku tidak bersalah." ucap Daffa yang sedikit mengguncang tubuh istrinya.
Daffa dengan cepat mengangkat istrinya lalu membaringkannya di tempat tidur, setelah itu Daffa keluar kamar berteriak memanggil ayah dan bundanya.
"Ayah ... bunda tolong Daffa, Meisya pingsan." kemudian Daffa masuk lagi ke dalam kamarnya, lalu dia mengambil minyak kayu putih dan didekatkan di hidung Meisya agar istrinya menghirup aroma dari minyak kayu putih itu.
"Daffa, apa yang terjadi pada Meisya? bukankah waktu bunda tinggal dia baik-baik saja, apa yang sudah kau lakukan padanya?" tanya bunda Felicia dengan nada curiga.
"Daffa tidak melakukan apapun padanya bunda, Daffa hanya menceritakan hasil tes yang sudah keluar tadi. Meisya sepertinya pingsan karena syok dengan semua itu bunda." kata Daffa sambil terus mengusap-usap tangan istrinya agar cepat sadar.
"Cepat katakan secara rinci apa yang terjadi sebelum Meisya pingsan?" bentak bunda Felicia dengan sangat marah.
Daffa kemudian menceritakan semua yang terjadi dari sejak dia masuk ke dalam kamar sampai ketika istrinya pingsan.
"Tolong Daffa, bunda kenapa Meisya tidak mau sadar juga? apa yang harus Daffa lakukan?" tanya Daffa yang mulai panik.
Bunda Felicia sebenarnya sangat marah pada putranya Daffa, tapi dia mencoba menyingkirkan dulu egonya demi menantu kesayangannya yang masih belum juga siuman dari pingsannya.
Bunda Felicia lalu mendekati menantunya dan membisikkan sesuatu di telinga sang menantu.
"Meisya sayang bangunlah nak, bunda akan selalu bersamamu, bunda juga akan membela dan melindungimu. Kamu harus kuat sayang, kasihan bayi yang ada di dalam kandunganmu kalau Meisya sedih dan lemah, dia juga akan ikut merasakan sedih dan lemah juga. Meisya harus kuat demi bayimu, demi cucu bunda sayang." bunda Felicia mencium kening Meisya, kemudian dia menjauhkan tubuhnya.
Di saat bunda Felicia menjauh Meisya sadar dari pingsannya, tapi ketika dia melihat bunda Felicia, Meisya menangis dengan sangat kencang.
"Bunda, mas Daffa jahat, mas Daffa sudah menghianati Mei, bunda. Mas Daffa juga mencoba membujuk Mei agar percaya kalau mas Daffa tidak selingkuh, tapi Mei nggak percaya bunda, Mei benci mas Daffa. Bunda tolong bawa Mei dari sini, Mei nggak mau lagi melihat mas Daffa, Mei benci mas Daffa." Meisya terus menerus mengungkapkan isi hatinya pada bunda Felicia sambil menangis dengan tersedu-sedu.