Chereads / SUAMI POSESIFKU MANTAN PACAR IBUKU / Chapter 13 - 13. Daffa murka

Chapter 13 - 13. Daffa murka

"Ayah tolong Daffa, apa yang harus Daffa lakukan? apa sebaiknya kita rahasiakan saja masalah ini dari Meisya? aku takut dia akan meninggalkan aku, ayah." ucap Daffa yang mulai panik.

"Tidak nak jangan lakukan itu, dengan kau berbohong akan malah menambah masalah baru lagi. Apapun hasilnya kau harus menjunjung tinggi kejujuran, kau yakinkan saja istrimu agar tidak meninggalkanmu dan katakan kalau masih ada kesempatan melakukan tes DNA ulang setelah bayi itu lahir." kata ayah Tama mengingatkan putranya.

"Ayah tolong antarkan Daffa ke rumah wanita itu, ada yang mau Daffa katakan padanya." ucap Daffa dengan amarah membara.

"Ayah akan mengantarkanmu, tapi ayah tidak bisa menemanimu di sana." kata ayah Tama mengingatkan putranya dan mbilpun memutar arah menuju ke arah rumah wanita yang mengaku telah hamil anak Daffa.

"Tidak apa-apa ayah, Daffa bisa mengurusnya, tolong jaga Meisya untukku dan katakan padanya kalau urusanku sudah selesai aku akan segera pulang menemuinya." Daffa keluar mobil lalu menutup pintu mobilnya, tapi sebelum pintu mobilnya tertutup sempurna ayah Tama mengingatkan putranya lagi.

"Daffa ingat nak, apapun yang terjadi jangan pernah kau memukul perempuan. Perempuan itu sejatinya untuk dilindungi bukan untuk dipukul." kata ayah Tama.

" Iya ayah akan Daffa ingat pesan ayah." ucap Daffa lalu dia menutup pintu mobil itu dan berjalan menuju rumah sederhana yang mengaku telah hamil anaknya.

Tok tok tok

"Mas Daffa akhirnya datang juga, ayo masuk dan duduklah mas. Apa mas Daffa akhirnya menyadari kalau bayi ini memang anaknya mas Daffa?" tanya seorang perempuan muda ketika dia membuka pintu rumahnya dan melihat Daffalah yang telah datang mengunjunginya.

"Jangan terlalu percaya diri nona, aku datang ke sini bukan untuk mengunjungimu. Aku ke sini hanya untuk mengatakan, kalau kita tidak saling mengenal dan bagaimana mungkin kalau bayi yang kau kandung itu anakku?" kata Daffa yang mulai emosi.

"Tega sekali mas Daffa melupakan aku, baiklah kalau mas Daffa memang mau tahu di mana kita pertama kali bertemu dan melakukannya. Apa mas Daffa ingat lima bulan lalu? lebih tepatnya saat mas Daffa menemui klien di sebuah Diskotik. Malam itu selesai kalian membahas bisnis, mas Daffa dan kliennya mas minta ditemani seorang wanita. Kalian minum sampai mabuk berat, lalu mas Daffa mengajakku ke dalam sebuah kamar yang telah mas pesan sebelumnya dan disanalah mas Daffa merenggut kesucianku tanpa belas kasih. Aku sudah bilang jangan pada mas Daffa, karena aku mendengar mas Daffa bilang pada klien mas, kalau mas Daffa sudah mempunyai seorang tunangan yang sangat mas Daffa cintai. Tapi mas Daffa tetap memaksaku dan tetap merenggut paksa kesucianku." ucap Jeslin dengan menangis tersedu-sedu.

"Aku tidak percaya dengan semua yang kau ucapkan itu, bisa saja kalau kau hanya mengarangnya saja. Apa buktinya kalau aku memang telah merenggut kesucianmu? lalu kenapa aku sama sekali tidak mengingatmu ataupun mengingat kejadian itu?" tanya Daffa yang mau lebih meyakinkan dirinya lagi.

"Ada mas, aku ada buktinya kalau mas Daffa memang telah merenggut kesucianku. Mas Daffa tunggu saja di sini, aku akan ambilkan buktinya." Ucap Jeslin yang berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Tidak berapa lama kemudian Jeslin sudah keluar lagi dengan membawa sesuatu yang digenggamnya dan memberiakan benda itu pada Daffa."Ini bukti yang mas inginkan dariku, apa bukti ini sudah cukup untuk meyakinkan mas Daffa? kalau bayi yang aku kandung memang benar-benar anaknya mas Daffa. Untuk masalah tentang kenapa mas Daffa tidak mengingat kejadian malam itu? karena aku sudah memberikan mas Daffa obat agar mas Daffa tidak mengingatku dan semua kejadian itu. Aku pikir kalau aku tidak mungkin hamil mas, makanya aku lakukan semua itu, tapi aku terkejut saat satu bulan kemudian saat aku tidak lagi datang bulan. Aku pergi ke dokter mengatakan keluhanku lalu Dokter memintaku melakukan test pack dan ternyata hasilnya positif." Jeslin menangis lagi menceritakan kisah dia empat bulan lalu saat dia mengetahui kehamilannya.

"Tidak mungkin aku tidak percaya padamu, bagaimana bisa kalung yang diberikan oleh mendiang nenekku ada pada dirimu? pasti kau sudah mencurinya, pantas saja aku tidak menemukannya dimanapun. lantas kenapa baru sekarang kau menemuiku? kenapa tidak empat bulan lalu saat aku belum menikah?" Bentak Daffa dengan murka, Jeslin menghapus air matanya dan dia tersenyum tipis.

"Aku tidak tahu mau mencarimu di mana, aku baru tahu kalau kau tidak jauh dariku saat aku baru selesai cek kandungan. Terserah mas Daffa mau percaya padaku atau tidak, tapi yang pasti aku sudah mengatakan yang sebenarnya." Daffa menggeleng, dia tidak mempercayai ucapan dari Jeslin.

"Kau wanita ular, kau penipu pandai sekali kau membuat cerita bohong. Aku tidak akan pernah mau bertanggung jawab karena bayi itu bukan milikku." bentak Daffa yang langsung meninggalkan rumah itu dengan kemarahan yang belum hilang.

Di villa keluarga Daffa

Bunda Felicia sedang menenangkan menantunya yang masih terus menangis karena memikirkan suaminya yang telah menghamili wanita lain.

"Sayang sudah cukup nak jangan terus-terusan menangis, ingat kalau kau itu lagi hamil. Bunda takut terjadi sesuatu dengan bayimu sayang, apa kau mau bayimu nanti akan menjadi sedih juga karena merasakan kalau mamanya sedang bersedih?"

"Tapi mas Daffa sudah menghianati Meisya, bunda. Bagaimana nanti nasib bayinya Meisya kalau hasil tes itu menyatakan, kalau bayi yang dikandung wanita itu adalah anaknya mas Daffa." ucap Meisya yang tetap menangis dengan tersedu-sedu.

"Tidak boleh berprasangka buruk dulu kalau kau masih belum tahu hasilnya sayang, walaupun hasilnya mengtakan kalau bayi itu positif bayinya Daffa juga. Bunda akan selalu mendukung apapun keputusanmu, tapi ingat satu hal jangan pernah mengambil keputusan dalam keadaan marah. Ayo sebaiknya Mei istrirahat dulu nanti kalau kalau suamimu sudah pulang akan bunda bangunkan." Bunda Felicia terus membujuk menantunya, tapi sepertinya Meisya sudah mendapatkan firasat yang tidak baik.

"Mei nggak mau istirahat bunda, Mei mau menunggu mas Daffa di sini sampai mas Daffa pulang." kata Meisya yang tidak mau beranjak dari tempatnya duduk.

beberapa menit kemudian datanglah ayah Tama.

"Bunda, Meisya ayah sudah pulang." ayah Tama menghampiri Meisya dan bunda Felicia yang masih duduk di tempatnya semula.

"Ayah di mana mas Daffa? kenapa ayah pulang sendirian? bukankah tadi ayah pergi bersama mas Daffa!" tanya Meisya dengan tidak sabaran.

Ayah Tama mendekati menantunya dan mengusap rambut Meisya lalu berkata."Daffa ada urusan sebentar nak, sebentar lagi juga dia pulang. Meisya tidur saja dulu, ingat nak wanita hamil tidak boleh tidur terlalu malam. Bunda temani menantu kita istirahat, kalau Meisya sudah tidur baru bunda temui ayah di ruang kerja."