Chereads / SUAMI POSESIFKU MANTAN PACAR IBUKU / Chapter 18 - 18. Desakan ayah Jeslin

Chapter 18 - 18. Desakan ayah Jeslin

"Daffa nggak mau berpisah dengan Meisya, bunda, sayang tolong jangan turuti apapun keinginan bunda, karena sampai kapan pun kita tidak akan berpisah sayang." pinta Daffa pada istrinya.

"Maaf bunda, Meisya pasti akan menuruti keinginan bunda, tapi nggak sekarang karena Mei masih ingin melihat kesungguhan dari mas Daffa." putus Meisya yang membuat Daffa bahagia dengan keputusan istrinya.

"Baiklah kalau itu memang keputusan Mei, tapi bunda akan selalu siap mendukung apapun yang inginkan, ya sudah lanjutkan aktifitas kalian bunda keluar dulu." pamit bunda Felicia lalu dia keluar dari kamar anak dan menantunya.

"Sayang terima kasih kau mau memberikan Hubby kesempatan, Hubby berjanji tidak akan menyia-nyiakan semua itu." ucap sang suaminya.

Daffa seharian benar-benar tidak membiarkan sang istri jauh darinya, karena firasatnya mengatakan kalau dia akan kehilangan sang istri sampai terjadilah kejadian di malam hari di mana tiba-tiba datanglah ayah Jeslin yang membuat semua orang terkejut bukan kepalang.

"Selamat malam bisa saya bertemu dengan Daffa Mahendra." pinta ayah Jeslin setelah dia menyapa kedua orang tua Daffa.

"Iya selamat malam juga, kalau boleh saya tahu ini siapa ya? ada keperluan apa ke sini malam-malam?" tanya ayah Tama setelah menjawab sapaan dari ayah Jeslin.

"Maaf sebelumnya, kalau kedatangan saya malam hari ini telah mengganggu ketenangan tuan dan nyonya sekallian. Saya datang ke sini bertujuan untuk meminta pertanggung jawaban dari Daffa, saya mau bertanya pada Daffa kapan dia mau menikahi putri saya? coba anda bayangkan tuan dan nyonya bagaimana rasanya memiliki seorang putri yang hamil di luar? dia tahu siapa ayah dari putranya itu? tetapi sang ayah biologis tidak mau bertanggung jawab karena ayah biologisnya sudah menikah dan sangat mencintai istrinya. Apa saya salah kalau meminta ayah dari anak yang dikandung putri saya itu untuk bertanggung jawab?" tanya ayah Jeslin setelah dia menerangkan dan menjelaskan semuanya.

"Saya sebagai seorang ibu sangat mengerti apa yang anda rasakan tuan? tapi kami belum bisa mengambil keputusan apapun, karena semua tindakan dan keputusan harus dibicarakan secara matang dan baik. Kami sekeluarga juga harus memikirkan perasaan menantu saya jadi, kami berharap agar tuan bisa bersabar sampai waktu yang tepat." ungkap bunda Felicia mencoba mengulur waktu, tapi sepertinya ayah Jeslin sangat marah mendengar penjelasan dari orang tua Daffa.

"Pintar sekali anda bicara nyonya, anda mencoba mengulur waktu saya dan membuat saya tenang, anda pikir saya ini orang bodoh yang mudah anda sekeluarga kelabui. Saya sebelumnya sudah mencoba bicara baik-baik, tetapi sepertinya anda tidak mau mendengarkan danmemahami saya, baiklah dengarkan saya bicara, kalau sampai hari minggu anda sekeluarga belum juga membuat keputusan maka dengan sangat terpaksa saya akan membawa masalah ini ke jalur hukum permisi." ancam ayah Jeslin kemudian dia keluar dari rumah itu tanpa sepatah katapun lagi.

"Bagaimana ini ayah? bunda sudah mengatakan kalau ayahnya Jeslin itu bukan pria bodoh yang mudah kita kelabui, tetapi dia orang yang berpendidikan ayah sekarang dia malah mau membawa masalah ini ke jalur hukum." papar bunda Felicia dengan khawatir.

"Ayah juga bingung bunda keputusan apa yang terbaik harus kita ambil? kalau kita membiarkan Daffa menikahi Jeslin, Meisya pasti akan menjauh karena tidak sanggup melihat suaminya menikah dan bersama wanita lain, tapi kalau kita tidak menikahkan daffa dan Jeslin maka ayahnya akan membawa masalah ini ke jalur hukum." terang ayah Tama.

"Nikahkan saja mas Daffa dengan Jeslin ayah, Mei ikhlas, tapi keputusan awal Mei tetap akan berpisah dengan mas Daffa, ayah jangan khawatir awal-awal mas Daffa akan marah dan kesepian karena belum terbiasa namun seiring berjalannya waktu mas Daffa akan menerima Jeslin karena seringnya kebersamaan mereka berdua. Ayah dan bunda jangaan ragu lagi untuk mengambil keputusannya karena Mei tidak akan sedih lagi, tetapi mei harap ayah dan bunda juga tidak melarang apapun yang sudah menjadi keputusan Mei di kemudian hari, baiklah kalau begitu mei istirahat dulu bunda, ayah karena malam sudah semakin larut ayah dan bunda juga jangan tidur kemalaman permisi." papar Meisya yang sangat mengejutkan ayah Tama dan bunda Felicia.

"Ayah ayo kita istirahat juga sekaranng keputusan kita serahkan pada Daffa saja, karena dia yang telah berbuat maka dia juga harus menanggung semua resikonya apapun itu." tegas bunda yang menggandeng tangan suaminya berjalan masuk ke dalam kamar.

Ayah Tama yang merasa perkataan istrinya benar hanya menurutinya saja, karena baginya sudah cukup mereka berdua ikut campur dalam masalah anak dan menantunya sekarang biarlah masalah ini diselesaikan oleh putranya sendiri.

Keesokan harinya.

Semua keluarga sudah berkumpul di meja makan dan setelah srapan pagi sudah hampir habis ayah Tama memulai pembicaraan.

"Daffa, Meisya ada yang mau ayah bicarakan dengan kalian berdua dan ayah harap kalian berdua bisa membuat keputusan yang bijak serta tidak terburu-buru. Daffa semalam ayah Jeslin datang." ucap ayah Tama yang menggantung kalimatnya.

Deg

Daffa terkejut mendengar ayahnya bicara kalau semalam ayah Jeslin datang ke rumah ini, kemudian Daffa memandang sang istri karena ingin tahu apa reaksinya tetapi sepertinya istrinya biasa-biasa saja.

"Kenapa ayah tidak memberi tahu Daffa kalau semalam ayah Jeslin datang?" tanya Daffa dengan sangat khawatir.

"Daffa biarkan ayah meneruskan apa yang akan ayah katakan dulu baru kalau sudah selesai kau boleh mengatakan apa yang harus kau lakukan." tegas ayah Tama yang membuat Daffa terdiam.

"Maaf ayah silahkan teruskan." sesal Daffa, kemudian ayah Tama melanjutkan kalimatnya lagi mulai dari awal pembicaraan sampai ayah Jeslin pulang dalam keadaan marah.

"Ayah mau mengatakan padamu Daffa, ayah dan bunda mulai sekarang tidak mau lagi ikut campur dalam urusan Daffa mengambil keputusan lagi, tapi ayah harap apapun keputusan yang Daffa ambil itu kebaikan untuk kita semua." ujar ayah Tama dan Daffa hanya diam saja mendengarkan ayahnya bicara.

"Sayang, kenapa diam saja? apa sayang sudah tahu dari semalam kalau ayah Jeslin datang?" tanya Daffa, karena melihat reaksi istrinya yang hanya diam saja.

"Iya aku sudah tahu dari semalam dan aku juga nggak mau bilang karena biarlah ayah dan bunda sendiri yang mengatakannya, baiklah aku sudah selesai sarapan ayah, bunda, Hubby, aku duluan masuk kamar permisi." pamit Meisya setelah dia menjelaskan semuanya.

"Ayah, Daffa mau menyusul Mei dulu dan Daffa berjanji akan membuat keputusan yang tepat dan tidak akan menyusahkan serta membuat kalian pusing lagi. Daffa juga berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya, tapi sepertinya untuk sementara akan ada salah satu yang menjadi korbannya namun Daffa berjanji ini hanya sementara saja." putus Daffa, kemudian dia meninggalkan ayah dan bundanya masuk ke kamarnya.