Chereads / SUAMI POSESIFKU MANTAN PACAR IBUKU / Chapter 8 - 8. Pingsan

Chapter 8 - 8. Pingsan

Beberapa menit kemudian Daffa datang dengan membawa nampan berisi makanan untuk dia dan istrinya, dia meletakkan nampan itu di atas meja dan mulai menyuapi istrinya dan dirinya juga.

"Sekarang Mommynya sudah kenyang jadi, bobok dulu ya sudah malam sayang ayo sini Mas temani," Daffa membawa istrinya berbaring di tempat tidur.

"Tapi Mei belum mengantuk sayang," ucap Meisya cemberut.

"Wanita hamil tidak boleh lho tidur kemalaman sini sayang, Mas peluk nih lihat Mas tidak memakai baju sayang suka kan memeluk Mas yang tidak pakai baju begini, apa sayang yakin nih tidak mau bobok peluk nanti nyesel lho apa mau dibuat lelah dulu baru bobok?" ucap Daffa.

"Iya Mas, Mei mau bobok peluk, tapi jangan dibuat lelah lagi ya, emm enak sekali wangi tubuh Mas, Mei suka," ucap Meisya dan baru beberapa menit saja dia memeluk suaminya, Meisya sudah tertidur lelap.

"Sayangku ini katanya tidak mengantuk, tapi baru dipeluk sebentar sudah tertidur lelap pasti kau takut bangun besok pagi ini hanya mimpi kan Mas janji akan selalu melindungimu dari orang-orang yang mau berbuat jahat dan mau memisahkan kita," ucap Daffa dan Tidak berapa lama kemudian Daffa pun ikut tertidur pulas.

Jam dua malam Mei terbangun, "Hubby bangun," Mei menggoyang lengan suaminya.

"Iya sayang jam berapa ini? kok sudah bangun ada yang kamu butuhkan?" tanya Daffa dan Meisya tersenyum merdengar ucapan suaminya.

"Mas, Mei mau makan nasi goreng rendang," ucap Meisya pada suaminya.

"Sayang tidak salah bicarakan, apa ada nasi goreng rendang? biasanya nasi goreng tuh pake telor, seafood, atau ayam goreng, ini kok rendang, tapi ya sudah besok kita pesan ya nasi goreng rendangnya, ayo sekarang kita tidur lagi ini masih malam lho sayang," Daffa membaringkan tubuh Meisya di tempat tidur, tapi Meisya malah menangis.

"Mas tidak sayang Mei dan baby, hiks ... Mei maunya sekarang bukan besok pagi hiks ... Mei juga maunya Mas yang memasak bukan dipesan (Suaminya bengong mendengar permintaan istrinya.) Hiks ... tidak ada yang peduli sama kita baby, tidak ada yang sayang juga sama kita, Mommy sendirian baby kelaparan juga, tapi Daddy kamu tidak mau memberi Mommy makan kita buat sendiri saja ya baby," Meisya berbicara sambil mengusap baby yang ada di dalam perutnya.

Meisya lalu berdiri dan keluar dari kamarnya, Daffa yang bengong tadi tersadar kalau istrinya sudah tidak ada didekatnya lagi, "Sayang tungguin kau mau ngapain di dapur?" tanya Daffa, tapi istrinya tidak perduli ia hanya diam saja.

"Iya iya Mas akan masak, tapi sayang ajarin ya, karena Mas benar-benar tidak pernah pegang alat-alat dapur," ucap Daffa yang akhirnya mengalah, ia memutuskan untuk membuatkan istrinya nasi goreng rendang.

"Benar Mas mau memasak tidak terpaksa kan, kalau tidak bisa biar Mei masak sendiri saja lagian Mei juga sudah biasa melakukan sesuatu sendiri," ujar Meisya lalu ia mulai mengupas dan memotong bahan-bahan untuk membuat nasi goreng, tapi Daffa menghentikannya.

"Sayang jangan ngambek dong sini pisaunya biar Mas saja yang membuat," Daffa mengambil pisau dari tangan istrinya dan mulai mengolah bahan makanan yang mau dimasak.

"Habis dipotong semua diapain lagi sayang?" tanya Daffa pada istrinya.

"Tumis bumbunya sayang," Meisya mengajari suaminya memasak sampai nasi gorengnya selesai dibuat.

"Nasi goreng rendangnya sudah jadi sayang, tapi hubby tidak tahu bagaimana rasanya sayang? Kalau rendangnya mana sayang?" tanya suaminya lagi.

"Di dalam kulkas ada rendang sayang panaskan saja di microwave terus tinggal diletakkan di piring nasi goreng tadi sudah beres," ucap Meisya.

"Nasi goreng rendang ala chef Daffa sudah jadi silahkan dinikmati sayang," ucap Daffa dengan bangganya.

"Terima kasih sayang, Mei makan ya," Meisya mulai memakan nasi goreng itu sampai habis tak bersisa, lalu saat dia akan mencuci piring bekas makannya malah dicegah oleh suaminya.

"Sayang mau ngapain? biar Bibik yang kerjakan besok kita istirahat lagi saja Mas ngantuk banget," Daffa lalu mengajak istrinya masuk ke kamar lagi untuk melanjutkan tidurnya.

"Sayang ... Mei belum mengantuk masih kenyang habis makan," ucap Meisya saat suaminya membaringkan dirinya di tempat tidur dan memeluknya.

"Biarpun tidak mengantuk, tapi tetap pejamkan saja sayang, lama-lama juga akan tertidur," ucap Daffa dan Meisya pun menuruti permintaan suaminya, benar saja belum lama berbaring istrinya sudah tertidur pulas dan Daffa pun bisa tidur dengan tenang setelah melihat istrinya tertidur pulas.

"Hah dimana istriku?" tanya Daffa kaget karena begitu ia bangun di pagi hari tidak melihat sang istri disampingnya.

"Hueek ... hueek ... hueek ..." Meisya muntah-muntah di kamar mandi dan Daffa pun menghampiri istrinya dengan membantu memijat tengkuknya.

"Sudah sayang," Daffa membasuh mulut istrinya dan membawanya kembali ke kamar.

"Hiks ... sayang perut Mei sakit, hiks ... mual banget nggak tahan ... tolongin Mas" Meisya menangis menahan perutnya yang sakit.

"Mas kasih minyak perutnya mau, tapi diusap saja ya." tutur suaminya.

"Terserah asal cepat tolongin Mei nggak kuat Mas ini malah mau muntah lagi," ujarnya lalu Meisya berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah lagi, kali ini hanya cairan kuning pahit yang keluar Meisya sampai jatuh pingsan karena lemas untung saja Daffa cepat tanggap dan langsung menangkapnya sehingga meisya terjatuh tepat dipelukan suaminya.

"Sayang bangun kamu kenapa?" Daffa menyentuh pipi istrinya berulang kali untuk membangunkannya, tapi tidak ada reaksi Daffa lalu menggendong istrinya ala bridal style dia membawanya ke dalam mobil menuju ke rumah sakit.

Daffa mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat tidak butuh waktu lama dia sudah sampai di rumah sakit karena Daffa mencari rumah sakit terdekat saja.

"Dokter ... Dokter ... tolong istri saya dokter," Daffa berteriak saat turun dari mobil sampai masuk IGD.

"Ada apa dengan istrinya Tuan? silahkan baringkan di sini Tuan kami akan memeriksanya," tutur Dokter itu kemudian Daffa membaringkan istrinya di atas brankar sambil menggenggam tangannya.

"Apa keluhannya Tuan?" tanya Dokter itu.

"Istri saya sedang hamil Dokter dan pagi tadi muntah-muntah terus sampai pingsan," ucap Daffa memberi penjelasan dan setelah itu Dokter mulai memeriksa istrinya.

"Istri anda hanya kurang cairan saja Tuan karena terlalu banyak muntah sebaiknya Istri anda dirawat dulu sampai kondisinya pulih lagi," ucap Dokter itu lagi.

"Lakukan apapun yang menurut Dokter baik untuk istri saya dan berikan perawatan yang terbaik juga soal biaya saya tidak masalah asalkan istri saya sembuh," Dokter itu mengangguk dan berkata.

"Tentu saja Tuan kami akan memberikan perawatan terbaik untuk Istri, tuan," Daffa mengangguk.

Beberapa menit kemudian Meisya sudah dipindahkan ke ruang perawatan.

"Kenapa Istri saya pucat sekali Dokter? Padahal Istri saya masih mau makan kenapa bisa pingsan?" Dokter itu tersenyum mendengar ucapan Daffa.

"Begini Tuan, Istri Tuan terlalu banyak mengeluarkan cairan dan tanpa Tuan sadari Istri tuan sudah lama muntah-muntah sehingga menyebabkan perutnya sakit, lalu pingsan karena lemas kondisi bayinya juga tidak apa-apa ini biasa terjadi pada kehamilan di trimester pertama," Jelas Dokter itu.

"Kapan Istri saya tidak muntah-muntah lagi Dokter? dan berapa lama trimester pertama itu?" tanya Daffa lagi.

"Trimester pertama itu sekitar tiga bulan tuan," Daffa kaget mendengarnya.

"Kok bisa lama sekali dokter, apa tidak bisa dipercepat? berapa pun biayanya akan saya bayar Dokter asal istri saya tidak seperti ini lagi," ucap Daffa.

"Maafkan saya Tuan, tapi semua itu tidak bisa dibayar pakai uang, karena semua wanita hamil pasti akan mengalaminya dan akan hilang sendiri saat sudah trimester kedua kami Dokter hanya bisa memberikan obat penghilang mual dan vitamin saja apa ada lagi yang mau ditanyakan tuan?" ucap Dokter itu lagi.

"Tidak ada terima kasih Dokter." ujar Daffa.

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu Tuan ada apa-apa panggil saya saja," Daffa hanya mengangguk saja dan dia mencium jemari tangan istrinya yang lemas.