"Bagaimana ini Roy sudah satu bulan? kenapa masih belum ada kemajuan dari hasil penyelidikanmu itu? kalau sampai besok masih belum ada kabar baiknya, aku akan ke sana sendiri tidak perduli apapun yang terjadi," ucap Daffa murka, tapi pintu tiba-tiba terbuka dan muncullah salah satu orang yang dicari-cari selama sebulan ini.
"Hai Beb apa kabar? kau mencariku ya, apa kau benar-benar sangat merindukanku?" kata ibu Marlina yang datang dan membuat Daffa bertambah murka.
"Dasar rubah betina cepat kembalikan istriku, kalau sampai terjadi sesuatu dengannya kau yang akan berurusan denganku" Daffa menarik baju ibu marlina dan menghempaskannya.
"Kendalikan diri anda Tuan jangan seperti ini," Roy mencoba menenangkan Daffa.
"Sabar Beb jangan coba main kasar kau tahukan istrimu masih ada di tanganku aku juga bisa bersikap kasar kalau kau tidak mau mendengarkan aku," ibu marlina mencoba melakukan penawaran.
"Apa yang inginkan cepat katakan? asal kau kembalikan istriku," Daffa akhirnya mengalah demi istrinya.
"Ha ha ha aha ha ... itu yang ingin aku dengar ke luar dari mulutmu Beb, baiklah dengarkan aku baik-baik aku ingin kau menceraikan isterimu dan menikahiku jangan dibantah dulu dan sebaiknya kau lihat video yang aku kirim aku tunggu Jawabanmu karena besok aku akan ke sini lagi untuk mendengarkan jawaban yang aku harapkan pikirkan baik-baik sebelum menjawab karena jawabanmu menentukan nasib istrimu," ucap ibu marlina lalu ia keluar dari ruangan itu.
Ibu Marlina ke luar dari ruangan itu dengan berlenggak-lenggok dan Daffa mulai membuka kiriman video yang dikirim di handphonenya.
"Mas Daffa tolong Mei hueek ... hueek ..." Meisya muntah-muntah, setelah selesai mbok Iyem membantu Meisya berbaring di kamar dan tidak lama kemudian datanglah Dokter yang memeriksa Meisya.
Beberapa saat kemudian.
"Bagaimana keadaan Nona Mei Dokter?" tanya mbok Iyem pembantu mama Meisya.
"Nona hamil Mbok dan diperkirakan usia kandungannya sekitar tujuh Minggu berikan vitamin dan obat penghilang mualnya ya mbok, jangan lupa berikan susu hamil agar Nona dan baby-nya ada asupan nutrisi karena Nona tidak mau makan," ucap Dokter.
"Terima kasih Dokter saya akan menjaga Nona saya dengan baik," ucap mbok Iyem.
Video pun berakhir, "Roy istriku hamil aku akan menjadi Daddy, ayo cepat Roy kita menemui istriku segera kita harus menolongnya Roy, kau lihatkan dia sangat lemas Roy, kenapa kau diam saja?" Daffa mengguncang-guncang bahu Roy karena kesal.
"Tenang Tuan, saya ada rencana dan saya harap Tuan mau menjalankan rencana saya ini," ucap Roy dengan penuh keyakinan.
"Katakan apa yang harus saya lakukan Roy?" tanya Daffa lalu Roy membisikkan rencananya pada Daffa.
"Apa ini gila aku tidak mau menikahinya? kau sudah tidak waras Roy, apa jangan-jangan kau menyukai istriku?" Daffa marah mendengar rencana Roy.
"Pikirkan baik-baik kalau Tuan mau menyelamatkan Nona, karena hanya inilah cara satu-satunya," ucap Roy pada tuannya.
"Bagaimana kalau istriku salah paham Roy? aku sangat mencintainya, aku tidak mau dia membenciku apalagi dia sekarang sedang mengandung buah hatiku," Daffa frustasi dia bingung apa yang harus dia lakukan.
"Kita lihat saja nanti Roy untuk sekarang aku masih tidak bisa berpikir jernih kau tinggalkan aku sendiri aku mau berpikir dan jangan ada yang menggangguku." ucap Daffa dan Roy menuruti nya, dia ke luar dari ruangan itu dan
Daffa tidak pulang lagi ke rumahnya semalaman karena ia berpikir apa yang harus dia lakukan.
Keesokan harinya saat Daffa sedang santai habis makan siang lagi-lagi datang orang yang tidak diinginkannya.
"Selamat siang Beb, apa kau terlalu lama menungguku? maaf ya Beb, aku mengurus surat perceraianmu dulu karena aku yakin kau pasti akan menikah denganku," ucap ibu Marlina dengan yakin.
"Dasar perempuan busuk," umpat Daffa.
"Ahh, aku suka mendengar cacianmu itu Beb, aku tambah mencintaimu katakan apa keputusan yang kau ambil? aku tidak punya banyak waktu," tanya ibu Marlina.
Daffa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan, "Baiklah aku akan menikahimu, tapi aku tidak mau menceraikan istriku dan satu lagi aku mau menemui istriku sebelum menikah denganmu," ucap Daffa pasrah.
"Keputusan yang tepat beb tidak masalah kau menceraikan istrimu apa tidak yang penting adalah kita menikah dan aku akan segera memilikimu lagi soal bertemu dengannya baiklah, karena aku orang baik maka akan aku kabulkan ayo ikut aku setelah menemuinya kita akan segera menikah," ujar Ibu Marlina.
Lalu Daffa dan Ibu Marlina berjalan ke luar kantor memasuki mobil dan mobil melaju meninggalkan kantornya menuju ke suatu tempat, "Aku tahu tempat ini, kenapa aku tidak kepikiran mau mencarinya di sini padahal istriku pernah bilang tentang tempat ini," gumam Daffa dalam hati.
"Apa yang kau pikirkan Beb?" tanya ibu Marlina.
"Tidak ada," jawab Daffa.
"Apa kau sudah tidak sabar untuk menikahiku? tenang saja sebentar lagi kita akan segera menikah Beb dan kau akan memiliki aku selamanya," Daffa tidak mau mendengarkan ucapan ibu mertuanya itu atau mantan pacarnya yang sebentar lagi dengan sangat terpaksa akan dinikahinya.
"Ayo beb masuk," ajak Ibu Marlina.
"Aku sudah menduga di rumah ini, ah betapa bodohnya aku,"Daffa dan ibu Marlina berjalan memasuki rumah itu dan berhenti di depan sebuah kamar.
"Masuklah dia ada di dalam ucapkan salam perpisahan padanya, aku juga sudah bilang kalau kau akan menikahiku padanya jangan takut aku akan menjebakmu karena dia memang ada di dalam aku akan menunggumu di ruang tamu semua persiapan pernikahan kita sudah lengkap dan jangan lama-lama Beb," ucap ibu Marlina lalu ia berjalan ke arah ruang tamu.
Ceklek
Daffa membuka pintu kamar itu dan saat ia masuk ke dalam ternyata istrinya memang benar-benar ada di dalam dia segera mengunci pintunya dan berlari memeluk istrinya, "Sayang maafkan aku karena telah lama menolongmu, apa kau baik-baik saja? bagaimana keadaan baby kita?" begitu bertemu istrinya Daffa menanyakan beruntun pertanyaan.
"Mei baik-baik saja, Mas Daffa dari mana tahu kalau Mei hamil dan Mei juga minta maaf karena tidak mendengarkan Mas hiks ... apa benar Mas akan menikahi Mama? yang Mama bilang itu bohong kan sayang, hiks ... biarlah Mama terus menyiksa Mei, tapi Mei tidak mau Mas menikah dengan Mama katakan sesuatu sayang jangan diam saja," bukannya menjawab pertanyaan suaminya Meisya malah balik bertanya kepada suaminya.
"Maafkan Mas sayangku, Mas suami yang tidak berguna, tapi ingatlah apapun yang Mas lakukan semuanya hanya untukmu dan Baby kita jadi jangan membenci Mas ya sayang dan ijinkan Mas memelukmu Mas sangat merindukanmu sayang," Daffa mengangkat istrinya dan mendudukkannya dipangkuannya, ia memeluk istrinya dengan erat seolah takut besok tidak akan bertemu lagi.
"Mas berapa lama waktu yang diberikan mama pada kita?" tanya Meisya.
"Ada apa sayang? sayangku butuh sesuatu ayo katakan akan Mas penuhi Mas tidak tahu berapa lama waktu kita tapi Mas ingin memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya," ucap Daffa.
"Mas sudah lama Mei menginginkanmu, Mei tidak tahu ini karena baby kita atau apa, tapi bolehkah kita melakukan itu sekarang Mei ingin sekali Mas" ucap Meisya dalam pelukan suaminya.
"Baiklah Mas sudah mengunci pintunya dan Mas juga sudah lama menginginkanmu, Baby, Daddy akan menjengukmu jangan nakal ya dan jangan buat Mommy mu kesakitan," ucap Daffa yang mula-mula membaringkan istrinya di tempat tidur kemudian menciumi istrinya perlahan dan sampai ke inti permainan Daffa dan Meisya melakukannya dengan sangat nikmat dan puas.
Entah apa karena sudah lama tidak bertemu atau karena memang sama-sama menginginkannya, tapi penyatuan mereka kali ini benar-benar sangat nikmat sekali sampai satu jam kemudian Daffa dan Meisya sudah menyelesaikan permainan mereka.
Daffa membawa istrinya ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah itu dia juga memakaikan baju istrinya kembali dan sebelum Meisya tertidur ia berkata, "Sayang, Mei harap saat bangun tidur bisa melihat Mas dalam pelukan Mei dan katakan sekali lagi Mas apa Mei sedang bermimpi atau tidak?" setelah itu ia tertidur lelap Daffa memakaikan selimut pada istrinya dan ia memakai bajunya kembali lalu ke luar kamar itu.