Chereads / SUAMI POSESIFKU MANTAN PACAR IBUKU / Chapter 4 - 4.Strategi ibu Marlina

Chapter 4 - 4.Strategi ibu Marlina

"Melihat keadaanmu begitu Mas langsung sembuh sayang, Mas juga sangat mengkhawatirkanmu," ucap Daffa dan Meisya hanya menanggapi ucapan suaminya dengan senyuman saja.

"Ayo Mas, kita makan siang dulu baru nanti di lanjutkan lagi ngobrolnya," ucap Meisya yang menggandeng tangan suaminya menuruni tangga menuju meja makan lalu Daffa menarik kursi dan duduk di sana.

"Mas mau sama lauk apa makannya?" tanya Meisya sambil melihat ke arah suaminya.

"Makanan apapun yang kamu siapkan Mas akan makan sayang," terang Daffa lalu Meisya mengambil nasi, ayam goreng, sayur capcay dan sambal lalu memberikan pada suaminya.

"Ini makanannya Mas," ucap Meisya lalu dia pun mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Terima kasih sayang," cicit Daffa lalu mereka makan dengan tenang setelah makan Meisya lalu merapikan meja makan.

"Maaf Nyonya, Tuan, Bibik mengganggu ada telepon dari rumah Nyonya," ucap pembantunya dan ketika Meisya mendengar ada telepon dari rumah Mamanya antara takut serta gelisah menjadi satu dia bingung apa harus mengangkatnya atau didiamkan saja.

"Sayang, bagaimana ini aku takut?" tanya Meisya sedikit khawatir.

"Tidak apa-apa sayang angkat saja mana tahu penting," kata sang suami, sedangkan Meisya mengangguk dan berjalan lalu mengangkat teleponnya.

"Assalamualaikum, ini siapa?" tanya Meisya.

"Waalaikumsalam, Ini Mbok Iyem, Non." jawab mbok Iyem.

"Oh Mbok Iyem ada apa Mbok? Mbok buat Mei kaget saja, Mei pikir Mama yang telpon," ucap Meisya.

"Mbok minta maaf sebelumnya Non, Mbok m mau," ucap Mbok dengan gugup dan itu membuat Meisya curiga.

"Katakan Mbok ada apa jangan takut? selagi bisa akan Mei bantu," ucap Mei lagi.

"Sekali lagi Mbok minta maaf harus mengatakan ini Non, Nyonya sakit parah dan Nyonya memanggil-manggil Non Meisya terus, apakah Non bisa menemui Nyonya sebentar saja? setelah itu Non boleh pulang hanya sebentar saja Non," ucap mbok Iyem.

"Akan Mei usahakan Mbok tapi Mei tidak bisa janji," tutur Mei pada pembantunya itu.

"Iya tidak apa-apa Non yang penting Mbok sudah memberi tahu Non tapi Mbok harap Non bisa datang melihat Nyonya kalau begitu Mbok tutup dulu ya Non assalamualaikum," ucap mbok Iyem lalu setelah panggilan berakhir Meisya menghampiri suaminya lagi.

"Bagaimana sayang? Siapa yang menelepon?" tanya Daffa.

"Mbok iyem Mas," ucap Meisya.

"Ada apa Mbok Iyem meneleponmu sayang?" tanya Daffa lagi.

"Mbok Iyem bilang Mama sedang sakit dan Mama selalu menyebut-nyebut nama Mei, Mbok Iyem juga meminta agar aku menemui Mama sebentar," ucap Meisya.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sayang? apa kau akan datang mengunjungi Mamamu?" tanya daffa.

"Aku tidak tahu tapi kalau menurut Mas apa yang harus aku lakukan? aku bingung dan firasatku tidak baik," ujar Meisya mulai khawatir.

"Jangan suka berprasangka buruk dulu sayang mungkin saja Mama memang benar-benar sakit dan sangat merindukanmu, kalau sayang mau ke sana silahkan saja Mas tidak akan melarang," ucap Daffa.

"Mas yakin aku boleh menemui Mama, Mas juga tahukan bagaimana sifat Mama? kalau aku ternyata tidak pulang atau aku disembunyikan Mama atau aku ditahan Mama bagaimana?" tanya Meisya tapi belum selesai Meisya melanjutkan kata-katanya sudah dipotong oleh suaminya.

"Sayang dengar apa yang Mas katakan? Mas tahu bagaimana sifat Mamamu? tapi kita sebagai seorang anak, kita harus berbakti kepada orang tua kita dan kalau sayang khawatir Mas bisa menemanimu," ucap Daffa.

"Baiklah tapi Mas tidak boleh meninggalkan aku sendirian bersama Mama atau di rumah Mama," ungkap Meisya akhirnya dia mau menemui mamanya walaupun, hatinya masih tidak tenang.

"Ayo kita siap- siap dulu," ajak Daffa pada istrinya agar segera bersiap dan tiga puluh menit kemudian, mereka sudah selesai bersiap dan sekarang sedang menuju ke rumah mamanya.

"Selamat datang Tuan Daffa, Non Meisya, kedatangan anda berdua sudah ditunggu dari tadi oleh nyonya di kamarnya," ucap pak Diman.

"Iya Pak kami masuk dulu ya," sagut Daffa dan Meisya yang masuk ke dalam rumah dan sebelum menaiki tangga Daffa dan Meisya bertemu dengan Mbok Iyem.

"Non Meisya kenapa Non kesini? Ah maaf Non maksud Mbok selamat datang Non Meisya dan Tuan Daffa, anda berdua sudah ditunggu di kamar Nyonya," ucap mbok Iyem sambil menunduk.

Daffa dan Meisya sempat tercengang melihat sikap dan perilaku Mbok Iyem tapi mereka tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar ibu Marlina.

"Ma, bagaimana keadaan Mama? Mama sakit apa? apa sudah ke Dokter dan apa kata Dokter?" tanya Meisya setelah melihat Mamanya yang tergolek tidak berdaya di tempat tidur perasaan Meisya yang sempat curiga berubah menjadi iba sedangkan suaminya hanya diam saja.

"Mama tidak apa-apa Nak, Mama hanya kelelahan saja tadi sudah diperiksa oleh Dokter dan Mama hanya terlalu merindukanmu," ucap mamanya sambil menangis.

"Maafkan Mei, Ma, Meisya tidak tahu kalau Mama sakit Meisya juga tidak pernah menemui Mama, Mei bukan anak yang baik," tutur Meisya yang juga ikutan menangis.

"Kamu tidak salah Nak yang salah Mama sendiri karena kurang memperhatikan kesehatan, apa boleh Mama meminta sesuatu darimu?" tanya Mama meisya.

"Meisya Putri mama jadi, Mama boleh meminta apapun pada Mei dan kalau bisa Mei akan Mei penuhi," ucap Meisya dan Daffa mulai resah mendengar ucapan ibu mertuanya.

"Bisakah, bisakah kamu menginap malam ini Nak hanya malam ini saja Mama ingin tidur bersamamu," ungkap Mama Meisya yang berkata sambil menatap mata putrinya, sedangkan Meisya menatap suaminya.

"Apa boleh Mei tidur bersama Mama malam ini Mas? please malam ini saja," tanya Meisya pada suaminya.

"Ayo kita bicara sebentar sayang," ucap Daffa lalu dia keluar dari kamar itu.

"Ma, Mei temui Mas Daffa dulu ya," ijin Meisya pada Mamanya.

"Iya Nak tapi Mama harap kau mau menemani Mama malam ini," ucap Mama Meisya lalu, dia melihat Meisya keluar dari kamarnya menemui menemui suaminya di luar lebih tepatnya di taman belakang rumahnya.

"Ada apa sayang? Apa ada sesuatu yang penting yang mau Mas bicarakan?" tanya Meisya.

"Sayang yakin mau menginap di sini Mas nggak bisa lho menemanimu, Mas rasa firasat burukmu benar sayang sebaiknya kita pulang saja ya kamu nggak usah menginap di sini yang pentingkan sayang sudah tahu bagaimana keadaan Mamamu," ucap Daffa yang berusaha mengutarakan firasat buruk yang dia rasakan.

"Mas sendiri yang bilang tadi tidak boleh berprasangka buruk pada Mama kok sekarang sudah berubah lagi," ucap Meisya heran.

"Itu tadi sayang sebelum Mas melihat langsung tapi setelah Mas melihat banyak kejanggalan yang terjadi Mas rasa kau benar sayang makanya kita pulang saja ya," rayu Daffa lagi pada istrinya.

"Aku sih tidak masalah Mas kalau mau pulang mah oke aja, tapi bagaimana dengan Mama? sepertinya Mama berharap sekali aku tidur di sini bersamanya," ucap Meisya dan Daffa mulai bingung antara mengijinkan istrinya atau tidak.

"Baiklah Mas ijinkan dan Mas juga akan menemanimu, karena Mas tidak mau terjadi apa-apa denganmu," ucap Daffa dan Meisya sangat bahagia sekali

"Terima kasih sayang, Mas memang suami idaman tapi apa Mas yakin aku boleh menginap di rumah Mama?" tanya Meisya.

"Iya sayang, kau boleh menginap disini? tapi Mas mau tanya dulu selain rumah ini di mana lagi biasanya sayang kalau liburan atau tinggal," ucap Daffa bertanya pada istrinya.

"Kenapa Mas bertanya seperti itu? apa Mas pikir aku akan meninggalkan Mas Daffa begitu?" tanya meisya lagi.

"Bukan begitu Sayang tapi hanya untuk jaga-jaga saja apa Mas tidak boleh bertanya padamu?" tanya Daffa berkata sambil menatap mata istrinya.

"Boleh dong Mas biasanya sebelum papa meninggalkan aku, Papa dan Mama suka liburan di villa dan tempatnya juga tidak jauh dari sini dan kalau perjalanan menggunakan mobil paling lama tiga jam perjalanan , apa Mas mau kita liburan ke villa?" kata Meisya pada suaminya.