"Yang benar bik ada Mama di luar dan mencari saya bukannya mencari istri saya," tanya Daffa meyakinkan ucapan yang didengar dari pembantunya tadi.
"Benar Tuan ada Mamanya Nyonya menunggu di ruang tamu katanya ada hal penting yang mau dibicarakan dengan Tuan." ucap pembantunya.
"Ya sudah Bik beri minum dulu nanti kami akan menemui Mama." ucap Meisya.
"Baik, Bibik permisi dulu Nyonya, Tuan" pamit pembantunya.
"Bagaimana ini Mas, aku takut? kalau Mama mengatakan minta kamu menikahinya bagaimana dong? pokoknya kamu tidak boleh menemui Mama di depan biar aku saja yang menemui Mama." ucap Meisya yang mulai panik.
"Tenang sayang jangan panik apapun yang terjadi kita hadapi bersama-sama oke." ucap Daffa yang berusaha membuat istrinya tenang tapi malah dia kena marah istrinya lagi.
"Jangan bicara aku masih marah sama Mas, awas kalau ke luar kamar,," bentak Meisya yang berkata sambil meninggalkan kamarnya lalu dia turun ke ruang tamu untuk menemui mamanya.
"Ada apa Mama mencari Mas Daffa? Apa mau Mama sebenarnya? Ma tolong biarkan Mei bahagia bersama Suami Mei, Ma," ucap Meisya tapi mamanya tidak peduli malah dia menanyakan suami anaknya.
"Dimana Daffa? Mama ada perlu sama Suami kamu tadi Mama mencarinya di kantor tapi katanya suamimu tidak pergi ke kantor makanya mama mencarinya di sini, apa jangan-jangan suami kamu di kamarnya? ya sudah kamu buatkan Mama sarapan Mama mau menemui Suamimu dulu," ucap mamanya yang tanpa tahu malu ingin masuk ke dalam kamar anak menantunya tapi tetap di cegah oleh Meisya.
"Ma tunggu Mama tidak boleh masuk ke kamar Mei sembarangan karena di dalam ada Suami Mei dan tolong hargai privasi Mei, Ma," ucap Meisya yang mencoba menghalangi mamanya.
"Justru karena dia Suamimu makanya Mama mau menemuinya sudah sana minggir jangan halangi Mama, apa kau mau jadi anak durhaka?" bentak mamanya.
"Mama, Mei sudah tahu semuanya dan Mei minta tolong jauhi mas Daffa, Mas Daffa Suami Mei dan Mei mohon Mama cari laki-laki lain saja." ucap Meisya lagi.
"Plaaak, kamu jangan ikut campur urusan Mama, Kau itu hidup dari uang hasil keringat Mama jadi, apapun barang milikmu juga milik Mama dan termasuk Suamimu juga milik Mama mengerti," bentak mamanya dengan marah dan Meisya sampai tersungkur ke belakang akibat pukulan mamanya yang sangat keras.
Daffa yang murka melihat kelakuan ibu mertuanya pun berkata, "Cukup, apa yang kau lakukan pada Istriku?" teriak Daffa yang langsung memeluk istrinya ketika melihat sudut bibir istrinya mengeluarkan darah dan pipinya berwarna merah kebiruan.
Ibu Marlina bukannya cemas dengan keadaan putrinya malah ia berkata, "Beb, aku akhirnya menemukanmu, aku merindukanmu, Beb sehari saja tidak bertemu rasanya seperti setahun aku tadi ke kantor tapi, satpam bilang kau tidak ke kantor makanya aku langsung kesini," ucap Ibu Marlina tanpa tahu malu.
"Katakan apa yang kau lakukan pada istriku? kau sudah benar-benar tidak waras dia ini putrimu, putri kandungmu sendiri," ucap Daffa mengingatkan ibu mertuanya.
"Aku berkata benar karena dia putriku jadi, apapun barang yang dia punya juga milikku begitu juga dengan Suaminya juga milikku, ayo Beb, kita masuk kamar dan tinggalkan saja anak tidak tahu diri ini," ucap ibu Marlina.
"Wah ternyata kau memang sudah tidak waras, pengawal." teriak Daffa memanggil pengawalnya.
"Siap Tuan" ucap pengawal itu lalu ia mendekat dan menghampiri tuannya.
"Usir wanita ini ke luar ingat baik-baik jangan biarkan dia masuk lagi ke dalam rumah ini atau pun ke kantor, apa kalian mengerti?" ucap Daffa pada pengawalnya.
"Baik tuan ayo cepat keluar Nyonya sebelum saya bertindak kasar," bentak pengawal itu pada ibu Marlina tapi dia malah memberontak.
"Jangan kurang ajar aku ini nyonyamu, kalian berani sekali mengusirku di rumah milik Suamiku sendiri lepaskan aku tidak akan pergi," ujar ibu Marlina kemudian, tanpa aba-aba lagi pengawal itu menyeret paksa ibu Marlina keluar.
"Pak Diman bawa pulang Nyonyamu dan jaga dia baik-baik kalau sampai aku melihat Nyonyamu ada di sekitar rumah ini lagi maka akan aku bawa ke kantor polisi," ucap pengawal itu lalu, pak Diman dengan patuh membawa nyonyanya pulang ke rumah.
"Awas saja kau pengawal kurang ajar aku akan membalasmu," umpatnya, sedangkan pak Diman hanya diam saja.
Meisya sangat terpukul mendengar ucapan Mamanya, Mama yang selalu menyayanginya tega mau merebut suaminya hanya karena suaminya itu mantan pacarnya.
Daffa mengambil salep dan mengoleskannya ke wajah istrinya, "Apa sangat sakit sayang?" tanya Daffa, tapi Meisya diam saja tidak menjawab pertanyaan suaminya hanya air mata yang mengalir menandakan dia begitu sangat terpukul.
"Jangan ditahan sayang kalau mau menangis keluarkan saja lebih baik kamu marah-marah dari pada diam saja," ucap Daffa yang mengusap rambut Meisya, dia tidak tega melihat istrinya bersedih.
"Hu u u u u ... Mama tega sekali sama Mei semenjak Papa meninggal dan Mama yang mengambil alih perusahaan Mama berubah tidak peduli lagi dengan Mei bahkan ulang tahun Mei Mama tidak pernah ingat dan hari kelulusan pun Mama tidak pernah datang Mei tetap diam saja, apa yang harus Mei lakukan Mas? apa Mei juga harus diam saja saat Mama mau memilikimu? Mei nggak kuat lagi menghadapi sikap Mama hu u u u ... Mei gak kuat Mas nggak kuat lagi" beber Meisya yang menangis sambil memukul-mukul dadanya.
"Jangan dipukul lagi sayang cukup Mas tidak mau kau terluka dan Mas juga tidak peduli, walaupun Mamamu mau apa? yang Mas cintai dan sayangi hanya kau seorang kau harus kuat sayang, Mas membutuhkanmu," ujar Daffa yang menahan tangan Meisya agar tidak menyakiti diri sendiri lagi.
"Maaf Mas sepertinya Mei yang akan mengalah, Mei mengikhlaskan Mas untuk Mama, Mei tidak mau jadi anak durhaka dan Mei akan pergi selamat tinggal," terang Meisya yang berdiri dan berjalan ke arah lemari mengambil kopernya.
"Cukup [ bentak Daffa dengan lantang] letakkan lagi koper itu di tempat semula, bagaimana cara Mas membuktikan kalau Mas sangat mencintaimu? Mas tidak mau dengan Mamamu yang Mas butuhkan hanya kau Meisya hanya kau jika suatu saat Mas tahu kau diam-diam kabur meninggalkan Mas sendirian maka jangan harap kau akan menemukan Mas lagi karena Mas akan mengakhiri hidup saat itu juga, apa kau mengerti?"
Daffa bicara dengan sangat keras bahkan air matanya mengalir membasahi pipi, jika orang berkata lelaki tidak boleh menangis Daffa tidak peduli karena dia akan lakukan apapun asal sang istri tetap bersamanya.
"Maafkan aku yang sudah bertindak bodoh tolong jangan menangis aku tidak sanggup melihat Mas menangis dan aku janji tidak akan meninggalkan Mas tapi bagaimana dengan Mama?" tanya Meisya setelah tersadar akan tindakannya yang salah karena seharusnya dia menghadapi masalah bukan malah lari dari masalah.
"Berjanjilah untuk tidak meninggalkan rumah dan Mas karena Mas tidak bisa hidup tanpamu dan Mas benar-benar sangat mencintaimu, kiita akan menghadapi masalah bersama-sama dan ceritakan sekecil apapun masalah kita jangan pernah di pendam sendiri agar tidak terjadi kesalahpahaman oke," cap Daffa pada istrinya.
Mereka berpelukan sambil menangis sedangkan Meisya hanya mengangguk saja tanda ia merespon ucapan suaminya, "Bagaimana keadaan Mas sekarang? bukankah tadi Mas sedang demam!"