Chereads / DEFINISI C I N T A (21+) / Chapter 7 - Impas

Chapter 7 - Impas

*

Seorang pria yang mengenakan pakaian formal tengah duduk di depan meja Bar berwarna hitam, Menikmati dentuman music DJ dan di hiasi dengan lampu temaram berwarna-warni yang berkedip-kedip. Kedua matanya tertuju pada banyak wanita di atas panggung cukup besar, menari erotis dengan tubuh yang hanya terbalut Bra dan Cd.

"Mau sampai kapan kau di sini, Kean? bukan kah kau harus mencari Kinara?" tanya Zay sedikit berteriak karena bisingnya suara DJ.

"Entahlah." jawab Keano, sembari terus menatap para gadis itu.

"Kau jangan terlalu santai. sekarang sudah pukul 11 malam, bagaimana jika Kinara belum pulang? Kau pasti akan di pecat jadi menantu jika Om Baskara tahu."

Keano memutarkan pandangan pada Zay. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Keano beranjak dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan bar ini tanpa berbicara apa pun pada Zay.

Zay menggeleng pelan sembari menatap punggung Keano yang makin jauh tak terlihat terhalangi oleh beberapa pria yang sedang menari bersama wanita malam.

"Gadis itu selalu menyusahkanku." gerutu Keano di antara bisingnya dentum music dengan ritme cepat yang sudah biasa memenuhi seisi club malam ini.

Keano melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan tinggi. Perasaannya terasa begitu tidak karuan memikirkan Kinara yang mulai berani bertingkah.

Setelah menempuh perjalanan dua puluh lima menit lamanya. Akhirnya Keano sampai juga di rumahnya.

Keano memarkirkan mobilnya tepat di depan teras.

Setelah itu, Keano segera berlari memasuki rumah yang ternyata belum terkunci.

Hening ... Gelap ... Itulah yang Keano lihat dan rasakan saat pertama kali memasuki rumahnya.

Keano berjalan dengan tergesa-gesa mencari keberadaan istrinya.

Dia berjalan menyusuri setiap sudut rumah mencari keberadaan istrinya. Tetapi sayang, Kinara tidak ada di mana pun.

Keano berjalan cepat menuju kamar keempat pelayannya yang terletak di belakang dapur dengan pintu saling berhadapan satu sama lain.

"Mba!" Keano berteriak lantang hingga para pelayan itu langsung beranjak dari ranjang masing-masing.

Keempat pelayan itu keluar kamar secara bersamaan. Merek berdiri di ambang pintu dan bertatapan satu sama lain.

"Mbak!" teriakkan Keano membuat mereka berlarian ke arah dapur.

"Ada apa, Tuan Muda?" tanya Wati salah satu dari keempat pelayan itu sembari menundukan kepalanya, tidak berani menatap Keano.

"Dimanya, Nyonya Muda?" tanya Keano tegas.

"Anu ... Tuan ... ."

"Anu apa?" sentak Keano, cukup mengagetkan maid setianya itu.

"Nyonya Muda tadi pergi bersama, Den Nanda." sahut Wati.

"Sejak kapan dia pergi?" Keano bertanya dengan penuh penekanan, yang jelas-jelas membuat maidnya takut bukan kepalang.

"Tadi siang, Tuan."

Keano mendengus kesal sembari mengepalkan kedua tangannya. "Jam berapa mereka pergi?"

"Pukul 1 siang, Tuan."

"Apa dia sempat pulang?"

Keempat pelayan itu menggeleng pelan.

"Mengapa tidak memberi tahuku kalau dia pergi keluar? Pelayan macam apa kalian ini ha?" hardik Keano lantang.

"maaf kami salah, Tuan." sahut Wati, terpaksa merendah, karena sesungguhnya, para pelayan ini tidak salah, karena sebelumnya Keano tidak berpesan apa pun tentang hal ini.

Andai saja Keano berpesan tentang hal ini, jelas mereka akan memberi tahu Keano, jika Kinara bepergian kemana saja.

"Jika nanti hal ini terjadi lagi, aku akan memecat kalian semua!" seru Keano. Dia berbalik dan berjalan dengan cepat meninggalkan keempat pelayannya.

Keempat pelayan itu hanya saling pandang mengisyaratkan tanya tanpa suara.

"Sialan. Dia memang tidak ada bedanya dengan wanita malam yang sering aku temui." gumam Keano.

Keano membuka pintu rumah. Berniat untuk melanjutkan kesenangannya yang sedikit terganggu karena hilangnya Kinara.

Keano membuka pintu mobilnya.

TIN ... TIN ...

Keano mengurungkan niatnya dan mengalihkan pandangan ke arah suara kelakson. Terlihat Mobil Alphard yang terparkir tepat di depan gerbang rumah.

Keano mengerutkan kedua alisnya, kala melihat Kinara keluar dari mobil itu di susul oleh Nanda.

BRUGH ... Keano menutup kembali pintu mobilnya dengan sangat Keras.

"Masuklah! Nanti suamimu marah!" titah Nanda sembari tersenyum.

Kinara mengangguk pelan. "Terima kasih, Nan."

"Sama-sama, kamu jangan telat makan, jangan lupa minum obat juga, ya," ucap Nanda, tidak bisa menahan diri untuk tidak memberi perhatian pada Kinara.

Nanda tersenyum dan mengusap puncak kepala Kinara pelan. "Aku pulang! Jaga dirimu baik-baik!" ucapnya sembari kembali menurunkan tangannya dan tersenyum manis pada Kinara.

"Kau juga!"

"Pasti!" jawabnya sembari tersenyum dan berjalan mundur seraya melambaikan tangannya.

Nanda memasuki mobilnya. Lalu tak lama, dia mulai menyalakan kendaraannya dan melaju dengan perlahan. Sepanjang itu, Kinara berusaha terus mengukir senyuman.

Setelah Nanda benar-benar pergi. Kinara menunduk dan berusaha menghirup oksigen yang terasa terhalang oleh sesuatu yang tidak Kinara ketahui.

Kinara mendongkak beberapa detik, lantas berbalik untuk membuka gerbang.

Langkahnya terhenti ketika melihat Keano berdiri di samping mobilnya sembari menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"Sedang apa dia di situ?" tanya Kinara dalam hati sembari mendorong gerbang yang begitu tinggi berwarna hitam pekat.

Kinara terus berjalan tanpa melirik Keano sedikitpun. Melihat hal itu, Keano berlari kecil menghampiri Kinara.

Keano memegang erat tangan Kinara hingga membuatnya menghenikan langkah.

"Ada apa?" Kinara bertanya tanpa berbalik atau menatapnya sedikit pun.

"ke mana saja kau seharian ini?" tanya Keano dengan suara menggelegar.

"Bukan urusanmu!" Kinara memutar tangannya guna melepas cengkraman Keano.

Baru berjalan beberapa langkah. Keano kembali menarik tangannya hingga Kinara berputar haluan berhadapan dengan Keano.

Kinara mengalihkan pandangan ke samping kirinya. Dia makin emosi melihat tingkah Kinara saat ini.

"Mengapa kau pergi bersama pria lain tanpa seizinku?" tanya Keano sengan suara yang begitu meninggi.

Kinara menepis kasar tangan Keano. "Kita impas!" seru Kinara sembari tersenyum miring.

Keano diam tak mematung tak bersuara menatap Kinara yang berjalan dengan gemulai memasuki rumah.

"Impas? Apa dia juga melakukan hubungan intim dengan pria lain? Apa itu maksudnya?" tanya Keano dalam hati. Perasaannya begitu berkecamuk tak karuan.

Keano berjalan cepat menyusul Kinara ke ruang tengah, Keano menghentikan langkahnya tepat di hadapan Kinara.

Kinara melangkah ke samping untuk melanjutkan langkahnya, namun tetap di halangi Keano.

"Aku lelah ... Aku ingin istirahat!"

"Sudah berapa kali kau melakukan itu dengan pacar kemayu mu itu, ha?"

Kinara mengerutkan kedua alisnya sembari menatap Keano tajam.

"Siapa yang kau sebut kemayu?" seru Kinara.

"Pacarmu, siapa lagi?!"

"Dia tidak kemayu! Justru dia lebih gantle daripada kau yang bisanya menyakiti hati perempuan. Pria sejati itu tidak akan bersikap buruk sepertimu." seru Kinara sembari menunjuk wajah Keano dengan jari telunjuknya.

Pria egois ini jelas tidak terima di bentak seperti saat ini, emosinya sudah benar-benar naik hingga ke atas ubun-ubun, mendapat tingkah kurang ajar dari istrinya sendiri.

PLAK ... Keano menampar pipi Kinara dengan sekuat tenaga hingga membuat hidung Kinara mengeluarkan cairan kental berwarna merah.