"Dia yang menuduhku selingkuh, tetapi, nyatanya, dia yang selingkuh," batin Kinara sembari tersenyum dan menggeleng pelan lalu menengadah ke atas.
Dengan susah payah, Allice merebahkan tubuh Keano ke kasur empuk yang berukuran sedang.
Setelah menyelimuti Keano. Allice berjalan dengan penuh ke raguan menghampiri Kinara.
"Maaf, Aku mengganggumu ... Aku ... Aku hanya menhantarnya pulang saja karena, Zay ... Zay menghubungiku untuk menjemputnya," ucap Allice sembari menatap punggung Kinara.
Kinara menghela nafas berat, lalu berbalik menatap Allice. "Tak apa, Sudah biasa, Bukan?" jawab Kinara sembari tersenyum.
"Maaf Ak-"
"Kau mau menginap, atau pulang? Aku masih sangat mengantuk," sela Kinara sembari mengucek kedua matanya yang nyaris tidak bisa berbohong.
Allice terdiam beberapa detik dengan perasaab bersalah yang semakin besar dia rasakan. "Aku ... Aku pulang."
Kinara mengangguk. "Mari aku antar ke depan." Kinara berbalik dan berjalan terlebih dahulu.
Allice berlari kecil dan menarik tangan Kinara. Kinara memutar pandangan sembari menghela nafas berat lalu berbalik menghadap Allice.
Allice menatap Kinara. Allice baru menyadari betapa sembabnya wajah Kinara. "Tidak perlu, aku bisa sendiri," imbuh Allice.
Kinara hanya mengangguk sembari menatap ke bawah.
Sebagai sesama perempuan, bahkan Allice sudah menganggap Kinara sebagai sodaranya sendiri karena kelembutan Kinara. Allice bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Kinara. Karena di sini, bukan hanya Kinara yang di khianati, tetapi Allice juga.
Allice menggenggam erat tangan Kinara. Kinara mengalihkan pandangan pada Allice dengan heran.
"Aku titip Keano ya, Ra," ucap Allice lembut.
"Aku pulang." Belum sempat Kinara berbicara, Allice langsung berjalan meninggalkan Kinara yang masih diam terpaku dengan posisi yang sama.
Allice berjalan dengan tergesa-gesa dengan perasaan begitu hancur. Melepaskan memang bukan perkara mudah bagi Allice yang begitu mencintai Keano.
Kinara mengalihkan pandangan pada Keano sembari berjalan dengan perlahan menghampiri Keano.
Kinara duduk di tepi ranjang, tepat di sebelah Keano, sembari menatap Keano yang ternyata masih membuka mata. Keano pun balas menatap Kinara dengan mata yang sesekali naik ke atas, mata indahnya berubah menjadi hitam dan mencekung.
Menatap Keano selalu menimbulkan luka. Setiap kedipan Kinara itu seloah menancapkan jarum kecil pada hatinya.
Baru saja setengah berdiri. Keano menarik lengan Kinara hingga jatuh ke pelukan Keano.
"Jangan pergi! Aku masih sangat merindukanmu!" ujar Keano sembari memeluk Kinara yang kini bagian atas tubuhnya menindih Keano dan wajah keduanya pun saling berdekatan.
Kinara mengerutkan alisnya. "Lepaskan! Saya ingin tidur," seru Kinara sembari menekan dada Keano dengan kedua tangan mungilnya.
"Kau tidur di sini saja!" ucap Keano dengan suara mendayu dan napas beraroma alkohol.
Cup ... Kinara yang baru saja membuka mulut untuk berbicara, Keano menganggap bahwa Kinara mengajaknya berciuman.
Permainan lembut itu membuat perasaan Kinara aneh. Rasanya seperti ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya.
"Eunghh ... ." Kinara melenguh,ketika Keano menggigit pelan bibir bawah Kinara.
"eumhh ... ." Desahan Kinara membuat libido Keano meningkat. Keano mengelus pelan pinggang Kinara dengan sentuhan yang luar biasa menciptakan sensaai yang baru pertama Kinara rasakan.
Keano menyingkap dres Kinara. Meraba pahanya dari bawah ke atas. dengan tangan lainnya meremas lembut dua gundukan menggoda yang Kinara miliki.
"Arghh ... " Desahannya semakin sexy di dengar.
Keano merengkuh leher Kinara dengan begitu romantis. Keano menciumi leher Kinara hingga membuat Kinara menginginkan lebih.
Rasa sakit di hatinya menghilang dengan seketika, berganti menjadi hasrat yang menggebu-gebu.
Saat Keano akan menurunkan cd yang Kinara pakai. Spontan Kinara beranjak dengan sekuat tenaga agar lepas dari lumatan itu.
"Aku sedang berhalangan." ucap Kinara dengan raut wajah muram.
"Ayolah ... Alliceku sayang, setidaknya blow saja miliku."
Hati Kinara seperti di hujam perisai tajam ketika mendengar nama wanita itu.
"Harusnya aku mengerti sejak awal. Dia mabuk, dia membenciku dan mencintai Allice, bodohnya aku hingga melupakan kenyataan yang sebenarnya." ucap Kinara dalam hati sembari menatap Keano dengan tatapan kosong.
"Apa kau tega, membiarkan junior kecilku menahan keinginan yang kau ciptakan?" tanya Keano dengan suara mendayu.
Tanpa menjawab perkataannya, Kinara beranjak dan berjalan dengan perlahan meninggalkan kamar tamu itu, dengan wajah memanas dan oksigen yang begitu sulit untuk Kinara hirup.
"Sayang!"
"Kamu mau kemana?" tanya Keano sembari mengubah posisinya menjadi duduk.
Kinara hanya diam dan terus berjalan hingga keluar dari kamar itu.
Kinara mempercepat langkahnya menaiki anak tangga. Kinara menutup dan mengunci pintu kamarnya.
Dia bersandar di pintu dengan sebelah tangan yang masih menggenggam knop pintu. Dia merasa hina karena telah menginginkan sentuhan Keano.
"Sentuhan lembut seperi itu kah yang Keano berikan untuk Allice?" batin Kinara bertanya-tanya.
Kinara menjatuhkan dirinya sendiri hingga duduk di lantai. Kinara mencoba menguatkan diri dan berusaha keras untuk tidak menjatuhkan air matanya.
"Mengapa dia harus memanggil nama itu? mengapa dia harus menyebutkannya. seharusnya, Jika dia memang membayangkan wanita lain, seharusnya dia diam saja. Aku lebih baik tidak tahu di bandingkan dengan mengetahui kenyataan sepahit itu." batin Kinara sembari menatap kekosongan lurus ke depan.
Kinara begitu iri pada Allice yang selalu di sentuh oleh Keano. Sedangkan dirinya, sudah 6 bulan tinggal satu kamar, namun tidak pernah sekali pun mendapat sentuhan Keano.
**
Waktu berlalu terasa begitu lambat berjalan. Sejak subuh tadi, Kinara belum tidur juga hingga saat ini tepat pukul 10 pagi.
sejak pukul 7 tadi, Pelayan selalu datang bergiliran mengetuk pintu kamar Kinara untuk mengingatkannya sarapan. Tetapi dia abaikan.
Karena terlalu banyak pikiran. Kurang makan dan kurang tidur membuat kondisi Kinara makin melemah. Suhu tubuhnya meningkat drastis, Namun dia tidak mengatakannya pada siapa pun.
TOK ... TOK ... TOK ... . Ketukan pintu kembali terdengar. Kinara ingin menyahut tetapi dia terlalu lemas.
TOK ... TOK ... TOK ... . "Buka! Kau ini sedang apa, ha? membuka pintu saja lama." seru Keano sedikit berteriak di balik pintu kamar Kinara.
Kinara menghela napas panjang dan mulai turun dari ranjangnya.
Kinara membuka pintu, lalu berbalik berjalan kembali menuju tempat tidurnya.
Keano sama sekali tidak menatap Kinara. Dia hanya berjalan menuju lemari. Sementara Kinara, dia kembali merebahkan tubuhnya di kasur king size dengan posisi membelakangi pintu.
Setelah mengenakan pakaian. Keano berjalan meninggalkan kamar mereka berdua
Kinara sudah tidak perduli lagi dengan Keano. Sebelum perasaan Kinara terlibat lebih dalam lagi, dia mumutuskan untuk menghindar agar mudah melupakan. Bahkan dia tidak ingin lagi bertemu dengan Keano.
Sementara Keano. dia memasuki mobilnya dengan tergesa-gesa. "Sial, mengapa aku sampai bangun sesiang ini?" gumam Keano pelan sembari memutar kunci mobilnya.
Setelah keluar dari gerbang rumahnya. Keano menginjak pedal gas sedikit dalam untuk menambah kecepatan.
30 menit menempuh perjalanan. Keano kini sampai di kantornya. Keano berjalan dengan tergesa-gesa memasuki kantornya menuju ke ruangan Zay.
Ceklek ... Zay terlihat tengah sibuk bertaut dengan komputernya, spontan mendongkak menatap pintu.
"Kukira kau tidak akan masuk hari ini." ujar Zay sembari menghempaskan tubuhnya ke belakang kursi kerjanya.