Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Pagi - pagi sekali Nicolette sudah bangun, senyum mengembang terus tersungging dibibir sambil melenggang menuju dapur. Senyumnya semakin mengembang ketika mendapati isi kulkas masih penuh dengan sayur dan juga daging.
Setelah lama mengeksekusi bahan makanan akhirnya jadilah menu kesukaan Jose, spaghetti dan juga coffe latte. Segera memasukkannya ke dalam tepak sementara dia melenggang kembali ke kamar. Selesai bersiap langsung menyambar tas kesayangan, tanpa sengaja sudut matanya menangkap bingkisan yang tergeletak diatas meja makan.
Hampir saja ketinggalan, Nicolette membatin sembari bergegas mengambilnya.
Perlahan membuka handle pintu namun seketika senyumnya redup mendapati Jose tak ada disana. Dengan wajah cemberut membanting pintu dibelakangnya dengan sangat keras.
"Mencari ku, hum?" Bisik Jose yang kini sudah berdiri tepat dibelakangnya. Jarak yang sangat dekat menghembus nafas hangat menggelitik sepanjang tengkuk.
Segera memutar tubuh sehingga tatapannya bertemu manik coklat yang menatapnya lembut. "Dari mana saja kau?"
"Dari tadi aku disini Letta, kau saja yang tak melihat ku. Makanya lain kali lihat tuh pakai hati."
Mengerucutkan bibirnya beberapa senti ke depan. "Terus saja berbohong. Kau pikir aku ini anak TK yang bisa kau bohongi, hah?"
"Ku pikir kau masih lama jadi aku kembali ke bawah mengambil ... Ini punya mu." Menyerahkan bingkisan dari Nelson yang tertinggal dimobil.
"Lebih baik simpan dulu sana."
"Baju dan tas ku mana?"
Seketika rasa sesal menyelimuti wajah tampan Jose, pasalnya ia lupa membawanya. Tadinya ingin sekali melampiaskan kemarahan namun seketika mereda mendengar permintaan maaf dan juga sesal mendalam tersirat dari sorot manik coklat.
Setelah menaruh bingkisan, bergegas keluar akan tetapi panggilan Cerelhia menghentikan langkah sehingga menoleh ke arah sumber suara.
"Ada apa?"
"Ini apa?" Tatapannya tertuju pada bingkisan diatas meja kemudian beralih pada bingkisan ditangan Nicolette.
"Dan apa itu? Baunya harum sekali, seperti bau spaghetti."
"Suatu keharusan yah aku memberitahumu?" Sambil melenggang meninggalkan apartement sementara Cerelhia menuju dapur dan dugaannya benar terlihat beberapa peralatan dapur yang sepertinya habis dipakai memasak.
"Tega sekali kau, menyisakan sedikit untuk ku saja tak mau." Ucap Cerelhia entah pada siapa karena nyatanya ia sendirian didalam apartement nya.
Sementara didalam mobil mereka berdua terlibat perbincangan singkat sebelum menyerahkan bingkisan ke tangan Jose.
Manik coklat menyipit sempurna. "Apa ini?" Sambil tak sabaran langsung membukanya dan seketika senyumnya mengembang mendapati makanan kesukaan dan juga coffe latte yang masih panas.
"Kau sendiri yang membuatnya?"
Sambil tersipu malu, Nicolette mengangguk.
Meskipun tak terbiasa sarapan dimobil namun Jose mau melakukannya demi kekasih tercintanya ini.
"Makanlah selagi hangat." Saran Nicolette.
Secara tak sabaran langsung menyendok penuh, memasukkan ke dalam mulutnya namun hal pertama yang tak di sangka, sorot matanya berubah horor menatap Nicolette.
Yang ditatap langsung berubah sendu. "Pasti tidak enak yah?"
Jose hanya menggelangkan karena mulut penuh makanan.
"Ini sangat lezat Letta. Aku tak menyangka kau pintar memasak. Benar – benar calon istri idaman." Sambil mengerling genit.
"Bohong! Bilang saja kalau memang rasanya tak enak"
Mencubit gemas pipi Nicolette. "Mau?"
Nicolette menggeleng.
Mendapati Jose makan dengan lahap membuat senyumnya kian mengembang. "Pelan - pelan, minumlah ini." Menyodorkan air mineral.
"Terimakasih sayang." Lalu melirik jam dipergelangan tangan.
"Kita sudah sangat terlambat sayang. Aku akan memakannya lagi dikantor. Terimakasih sayang sudah membuatkan ku sarapan, lain kali tak perlu menyusahkan dirimu sendiri. Kita bisa makan di restoran. Aku tak mau kamu sampai kecapean." Sambil mengusap lembut rambut Nicolette kemudian menghujani puncak kepala dengan kecupan sayang.
Tak lama kemudian mobil sport yang membawanya pergi telah berhenti didepan gedung bertuliskan Amstrick Law Office.
"Jangan lupa pulang tepat waktu yah sayang dan jangan mau kalau diantar sama supir kantor apalagi Nelson. Jangan telat makan siang. Dan ingat! Jangan dekat – dekat dengan Nelson."
Baru sehari jadian sudah protektif sekali. Apa aku bisa tahan dengan sikapnya ini dan apa hubungan ini bisa bertahan lama?
"Jangan berfikir macam - macam tentang hubungan kita. Lebih baik pikirkan saja untuk segera membuat surat pengunduran diri." Setelah itu langsung mencium pipi Nicolette sebelum melajukan kembali mobilnya.
Hari ini suasana dikantor berbeda dengan biasanya karena semua karyawan membicarakan atasan mereka, Mr. Orlando Nelson Amstrick.
"Ada apa sih?" Tanya Nicolette ke salah satu rekan kerjanya.
"Emang kamu ga tahu? Sejak pagi Mr. Nelson marah - marah. Semua dewan direksi kena semprot termasuk kita - kita gini yang cuma bawahan. Kau juga siap - siap kena semprot Letta." Seketika Nicolette bergidik ngeri membayangkan hal tersebut. Belum juga selesai berbincang, Nelson sudah memintanya untuk segera masuk ke ruangannya.
"Permisi, Sir."
"Masuk Letta." Tanpa mau menatap ke arahnya.
"Siapkan semua dokumen, kita pergi sekarang."
"Memangnya kita mau pergi kemana Sir? Meeting Anda hari ini kosong."
Mendongakkan wajahnya melempar tatapan tajam. "Apapun yang saya lakukan, itu bukan urusan bawahan. Dan satu lagi, kamu saya pekerjakan disini untuk melaksanakan semua perintah saya bukan untuk bertanya, mengerti?" Nada suaranya menajam, terasa menusuk pendengaran.
Seketika langsung menundukkan wajah. "Maaf, Sir."
"Tunggu apalagi Letta? Segera bersiap! Dasar bodoh tidak berguna." Kalimat terakhir sangat menusuk sampai matanya memanas, hampir saja airmata jatuh membasahi pipi.
"Aku tahu aku ini cuma bawahan tapi tak seharusnya dia bersikap seenaknya seperti itu." Tanpa dapat ditahan lagi, airmata menetes membasahi pipi.
"Hei kenapa kau bicara sendiri. Pasti barusan kena semprot yah?" Tanya salah satu rekan kerjanya.
"Bukan hanya disemprot tapi disiram air raksa." Sambil mengusap kasar airmatanya.
"Yah itulah resiko jadi asisten si killer. Asisten yang dulu saja cuma bertahan satu bulan." Sambil melenggang meninggalkan ruangan Nicolette.
Benarkah? Nicolette membatin.
"Letta cepat!" Bentak Nelson. Sejak mengetahui hubungan Nicolette dan Jose semakin dekat. Nelson selalu saja marah – marah tak jelas.
Nicolette yang duduk disisi kursi kemudi berkali - kali manik biru laut memejam coba meredam rasa takut yang masih saja setia merongrong jiwa. Meskipun takut pada kecepatan namun rasa itu tetap ia tahan terlebih tak ingin memancing kemarahan sang atasan. Sementara Nelson duduk dengan angkuhnya dikursi penumpang, sesekali melirik Nicolette.
"Pelankan mobilnya." Perintahnya pada supir. Seketika Nicolette dapat tersenyum lega. Mobil yang membawanya kini berhenti di depan gedung pencakar langit bertuliskan JM Law Office.
Nicolette mengekori Nelson dari belakang, senyum mengembang tak dapat lagi disembunyikan. Ketika lift mengarah pada lantai dimana Jose berada semakin mengembangkan senyum namun seketika memudar membayangkan bagaimana reaksi Jose melihat kedatangannya bersama Nelson.
Langkah kaki keduanya dihentikan sekertaris Jose yang menginterupsi supaya menunggu di lobby karena untuk saat ini Jose sedang meeting bersama rekan kerjanya.
"Kau sudah gila Will. Bagaimana bisa kau membuat kontrak seperti ini. Aku tak yakin ... " Menjeda ucapannya.
"Siapa nama gadis mu itu?" Tanyanya sambil mendongakkan wajah.
"Carolina."
"Yah yah Carolina. Aku tak yakin Carolina mau menandatangani kontrak gila semacam ini. Lagipula kemana perginya para wanita mu itu, huh? Jangan bilang kalau kau sudah kehabisan stock." Sambil beberapa kali menjentikkan jari telunjuknya.
"Aku meminta mu untuk membuatkan ku kontrak yang sah dimata hukum bukan malah mengkritik tak jelas."
"Will, Will, ku rasa otak mu ini sudah konslet. Pengacara manapun tak ada yang mau membuatkan mu kontrak gila semacam ini."
"Kau ini memang tak berguna Jose. Percuma saja aku memiliki sahabat pengacara seperti mu toh tak banyak membantu juga."
"Tugas ku mengurus permasalahan di perusahaan mu yang berkaitan dengan hukum bukan-"
"Ah sudahlah. Percuma bicara dengan mu." Langsung beranjak berdiri. Jose hanya menatap punggung kekar sahabatnya sekaligus mitra kerjanya ini dengan menggelengkan kepalanya.
Tak lama kemudian telepon kantor berdering, sang sekertaris memberitahukan bahwa Nelson sudah menunggunya.
"Antarkan Mr. Nelson masuk."
Sang sekertaris mengantarkan Nelson dan juga Nicolette menuju ruangan Jose. Tanpa sengaja manik biru laut menangkap sosok lelaki tampan keluar dari ruangan Jose. Tatapan keduanya saling bertemu, saling mengunci sesaat sebelum tubuh kekar melajukan langkah dan tak mau berbalik menatap Nicolette.
Bukankah lelaki itu? Nicolette membatin sambil mengingat - ngingat.
Yah dia kan William Darkness, keturunan Billionaire, Putra Mr. Stuard Darkness. Oh ternyata aslinya lebih tampan, pantas saja jadi incaran para super model kelas Dunia. Dan apa yang dilakukannya disini? Pikir Nicolette.
Disaat asik tenggelam dengan pikiran sendiri, tiba - tiba suara bentakan menggelitik pendengaran, tak hanya itu rasa hangat juga melingkupi pergelangan. Belum sempat memberontak, tarikan kuat menyeretnya hingga memasuki ruangan Jose.
Sang pemilik ruangan seketika meradang hingga kedua tangan terkepal ketika tanpa sengaja tatapannya terpaku pada jemari kokoh Nelson yang melingkari pergelangan tangan Nicolette. Ingin rasanya mematahkan tangan tersebut dan semakin meradang ketika mendapati wanitanya juga sama sekali tak menolak disentuh.
Apa memang seperti ini tingkahmu dibelakangku Letta, berdekatan dengan Nelson bahkan sampai berpegangan tangan?
Meskipun sangat diselimuti amarah memuncak akan tetapi tetap bersikap professional. "Selamat datang Mr. Nelson, suatu kehormatan Anda berkunjung ke kantor saya." Mengulurkan tangan yang langsung disambut hangat.
Untuk apa dia masih datang ke kantor ku? Apalagi yang mau di bicarakan?
"Semoga kedatangan secara mendadak ini tidak menganggu waktu Anda Mr. Jose."
"Tentu saja tidak, silahkan duduk." Tatapannya menajam pada Nicolette lalu beralih pada pergelangan tangan. Sontak saja yang ditatap langsung mengikuti arah pandang sepasang manik coklat dan seketika terperenyak mendapati tangan kekar terparkir apik disana.
Menyadari akan kebodohannya, segera menghempas kasar membuat Nelson sangat terkejut lalu menolehkan wajahnya menatap Nicolette penuh tanya.
Bodoh sekali kau ini Letta, bagaimana bisa sampai kau tak menyadarinya? Merutuki kebodohannya sendiri sambil menundukkan wajah. Sementara Jose, malah mengangkat sudut bibirnya dengan tatapan mencemooh.
Tak ingin dibilang cemburu dan tak bisa bersikap professional segera melayangkan tatapan pada Nelson, menanyakan perihal kedatangan rekan kerjanya tersebut.
--
Thanks
Yezta Aurora