Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Takut, itulah yang Nicolette rasakan sehingga langsung menyembunyikan mawar putih dan juga bingkisan ke belakang tubuhnya. Nicolette memilih menundukkan kepala, tak berani menatap Nelson.
"Apa yang Anda lakukan dijam kerja berkeliaran di lobby, Ms. Letta?"
Seketika tubuhnya membeku, lidahnya terasa kelu. Tak berani membayangkan kemarahan Nelson.
"Anda tidak mendengarkan saya!"
"Saya minta maaf, Sir." Lirih Nicolette sehingga suaranya hampir terdengar seperti bisikan.
"Segera ke ruangan saya dan bawa semua dokumen meeting dengan Mr. Ansthon."
"Baik, Sir." Ucapnya dengan mengekori Nelson dibelakangnya. Tak ingin dipergoki Nelson segera menaruh bunga dan juga bingkisan dimeja kerja terlebih dulu.
Mendapati langkah kaki mendekat segera mendongakkan wajah kemudian meminta Nicolette segera duduk. Nicolette pun mulai menceritakan apa yang terjadi. Tak ayal yang Nicolette sampaikan ini sangat membuatnya murka.
"Mewakili meeting seperti itu saja tidak bejus. Apa kemampuanmu hanya sampai di sini Letta? Ingat, saya menaruh harapan lebih pada kamu tapi kamu sudah mengecewakan saya Letta."
"Seharusnya Anda yang datang bukan saya, Sir. Mr. Ansthon kecewa karena Anda tidak memberitahu lebih dulu."
"Itu jadi tugasmu sebagai asisten saya Letta. Seharusnya kamu bisa menghandle semua!" Bentak Nelson. Tak lama kemudian melenggang keluar kantor menuju Mark Company, perusahaan yang berada dibawah naungan Ansthon.
Kedatangan Nelson yang secara tiba – tiba tentu saja sangat membuat Ansthon terkejut. Tak sengaja tatapan mata Nelson menangkap dokumen diatas meja bertuliskan -Nicolette Phoulensy Hamberson-
Dokumen apa ini?
Akan tetapi tak berani bertanya lebih jauh pada Nelson, hanya menebak – nebak saja. Seketika Nelson berfikir pasti saat ini Ansthon sedang menyelidiki tentang Nicolette. Seketika bibirnya menyungging seringaian licik.
Bagus. Tak ku sangka semua rencana ku berjalan semulus ini.
"Semoga kedatangan saya yang mendadak ini tidak mengganggu waktu Anda, Mr. Ansthon."
"Tntu saja tidak Mr. Nelson. Silahkan duduk!" Menelisik ke belakang Nelson. Seolah tahu siapa gerangan yang dicari Ansthon, Nelson segera menjelaskan bahwa dia datang sendiri.
Ketika terlibat dalam perbincangan serius tiba – tiba seseorang membuka pintu dengan kasar. "Sayang-" Seketika menghentikan ucapan ketika melihat Ansthon sedang meeting dengan rekan kerjanya.
"Oh Delila sayang, kemarilah!" Pinta Ansthon.
Delila. Apa ini istri Ansthon?
"Oh ya perkenalkan ini adalah Mr. Nelson pemilik Amstrick Law Office dan Mr. Nelson perkenalkan ini adalah calon istri saya, Delila Martin."
Delila Martin?
Membisikkan sesuatu ke telinga Delila menanyakan perihal dokumen, akan tetapi seketika kekecewaan menyelimuti wajahnya karena Delila tak berhasil menyelinap ke ruang rahasia Martin. Kuncinya selalu dibawa kemana pun si Martin pergi sehingga tak ada siapa pun yang bisa memasuki ruangan tersebut.
"Kau bisa kan menyuruh anak mu si Axell itu?" Bisik Ansthon sambil melirik ke arah Nelson. Kemudian melanjutkan kembali meeting dan meminta Delila untuk masuk ke kamar pribadinya.
"Tunggu dulu disana ya sayang, aku akan segera menyusulmu setelah meeting ini selesai."
--
Karena selalu diberikan kejutan oleh kekasih tercinta. Siang ini Nicolette juga ingin memberinya kejutan dengan mendatangi gedung pencakar langit bertuliskan JM Law Office. Senyumnya kian mengembang membayangkan bagaimana reaksi wajah tampan kekasihnya itu.
Angka di lift terus berjalan naik dan berhenti pada lantai dimana ruangan Jose berada. Sang sekretaris segera bergegas berdiri.
"Selamat siang Ms. Nicolette."
"Mr. Jose ada di ruangannya?"
"Maaf Miss, Mr. Jose sedang ada meeting dengan klien. Silahkan Anda tunggu dulu."
Meskipun dengan berat hati tetap memutuskan menunggu. 30 menit berlalu namun pintu ruangan Jose masih saja menutup rapat. kesal itulah yang Nicolette rasakan pasalnya waktunya juga tak banyak. Disaat hendak beranjak dari tempatnya duduk tiba – tiba pintu ruangan terbuka.
Seketika manik biru laut membelalak dengan pemandangan didepan mata. Wanita cantik sedang bergelayut manja disepanjang lengan kekar Jose. Wanita itu adalah Litzi Candle yang dengan lancang sudah menghina juga melukainya tempo hari.
"Oh jadi seperti ini kelakuan mu dibelakangku Jose?" Seketika Jose terperanjat dan tanpa sadar mendorong tubuh Litzi hingga membentur dinding. Rintih kesakitan Litzi pun sama sekali tak dihiraukan olehnya.
"Aku bisa jelasin semuanya Letta sayang."
"Sayang?" Lirih Litzi.
"Oh jadi nama wanita murahan ini Letta?" Bentak Litzi. Tak terima kekasih yang paling dicinta disebut murahan segera melayangkan tamparan membelai pipi kiri Litzi. Tak terima dengan perlakuan Jose, Litzi pun langsung menjambak rambut panjang Nicolette, membenturkannya ke dinding dengan sangat keras.
Letta pun langsung menjerit tertahan. Pasalnya akibat benturan kemarin saja masih terasa sakit dan sekarang bertambah sakit. Jose langsung berlari merengkuh namun dengan kasar menghempas tangan kekar.
"Jauhkan tanganmu Jose!"
"Letta sayang dengarkan dulu penjelasan ku. semua tak seperti yang kau lihat."
"Benarkah, tak seperti yang ku lihat. Dengarkan aku baik – baik Jose, aku tak butuh penjelasanmu. Buat ku yang terlihat didepan mata sudah cukup menjelaskan semuanya, paham!"
"Tapi Letta."
Tak memedulikan panggilan Jose, Letta segera berlari menuju lift. Tak kurang akal, Jose pun menggunakan lift darurat sehingga ketika pintu lift terbuka bersamaan dengan Letta yang juga baru sampai dilantai satu. Sementara Litzi masih dibuat geram karena merasa tak diinginkan sekaligus dipermalukan didepan sekretaris Jose.
Awas saja kau wanita rendahan! Akan ku balas atas penghinaan ini. Litzi membatin dengan dada naik turun menahan emosi. selama ini tak ada yang berani memperlakukannya dengan seburuk ini. Semua orang memujanya, memuja kecantikan dan juga prestasinya sebagai artis papan atas.
Lain halnya dengan Litzi yang sedang dilanda amarah memuncak. Meskipun Jose berusaha menjelaskan, ia sama sekali tak mau mendengarkan. Tak ayal keduanya terlibat dalam perdebatan sengit. Tak ingin perdebatannya jadi bahan pertontonan segera menyeret Nicolette ke dalam mobil akan tetapi sekuat tenaga memberontak dan langsung masuk ke dalam taxi.
"Jalan pak." Pinta Nicolette.
Sementara Jose hanya menggeleng - menggelengkan kepala sambil menatap nanar taxi yang membawa kekasihnya pergi. Untuk saat ini pilihan terbaik adalah memberi ruang pada Nicolette. Karena akan percuma menjelaskan apapun. Kekasihnya itu masih diselimuti emosi memuncak, tak bisa berfikir jernih.
Melihat Nicolette memasuki kantor dengan wajah kacau dan juga mata sembab menarik minat Nelson mendekat. "Letta." Panggilnya.
"Iya, Sir." Namun lebih dulu mengusap kasar airmatanya.
Jemari Nelson terulur meraih dagu Nicolette sehingga tatapan keduanya saling bertemu, mengunci tatapan Nicolette sesaat sebelum berucap. "Kau kenapa Letta?" Tanyanya sambil mengusap sisa – sisa airmata dengan ibu jari.
Nicolette menggeleng.
"Ikut aku." Menggenggam pergelangan tangan membimbingnya menuju mobil. Tak ingin waktu kebersamaan diganggu, segera meminta kunci mobil dari supir pribadinya.
Sepanjang perjalanan Nicolette memilih membuang muka ke luar jendela, menikmati pemandangan. Tak lama kemudian mobil berbelok ke sebuh Hotel yang terletak dipinggiran kota. Meskipun tak begitu mewah namun terlihat sangat nyaman. Di dekat hotel ini ada tempat wisata alam yang sengaja disediakan bagi para pengunjung.
"Untuk apa Anda membawa saya ke tempat ini, Sir?"
"Meeting Letta."
"Meeting? Harus sampai ke ujung kota? Tempat ini sangat jauh dari kantor."
"Kamu bawahan saya. Tugas kamu menuruti semua perintah saya. Mengerti? Sekarang, ayo turun!" Membukakan pintu mobil Nicolette, mengulurkan tangan namun tak juga disambut justru Nicolette memilih turun sendiri. Meskipun sudah dikecewakan oleh kekasih tercinta namun satu hal yang Nicolette ingat bahwa Jose tak akan pernah suka jika ia berdekatan dengan lelaki manapun terutama Nelson.
"Jangan jauh – jauh Letta. Saya ini bukan virus yang harus kamu hindari. Kita kesini bukan hanya sekedar menikmati makan siang tapi juga membicarakan masalah kantor. Jadi bersikaplah profesional."
"Maaf, Sir." Sambil menundukkan wajah.
Tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang mengawasi gerak gerik keduanya. Orang tersebut adalah orang suruhan Jose yang ditugaskan untuk mengawasi Nelson. Keterlibatan Nelson dalam kasus Antonio Hosburg membuat resah dihati. Pasalnya Nicolette masih bergabung di perusahaan tersebut jadi tidak menutup kemungkinan keselamatan kekasihnya pasti akan terseret nantinya.
"Ada apa Letta? Kenapa dari tadi kamu terlihat gelisah." Tanpa berkeinginan menjawab hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau menangis? Apa semua ini ada hubungannya dengan meeting tadi?"
Nicolette kembali menggeleng.
Menghembus nafas berat. "Untuk masalah tadi saya minta maaf Letta. Dan dari mana saja kau tadi?"
Seketika mendongak menatap wajah Nelson. "Makan siang, Sir."
"Lalu kenapa kau menangis?"
"Maaf, Sir. Lebih baik kita mulai saja perbincangkan masalah kantor."
Mendapati perubahan ekspresi Nicolette yang seketika merasa tak nyaman segera mengalihkan pada topik pembicaraan lain sambil menyantap menu makan siang.
"Tak baik melampiaskan kekesalan pada makanan Letta. Makanlah selagi hangat!" Ketika mendapati Nicolette hanya mengaduk – ngaduk makanannya.
Mendongak menatap Nelson. "Maaf saya sudah makan siang, Sir." Tanpa disangka – sangka langsung merebut piring dari tangan Nicolette membuat sang pemilik manik biru laut terperenyak, kemudian meminta waitress segera membereskan meja.
"Ayo!" Ajak Nelson. Kedua mata Nicolette langsung menyipit dengan kening mengkerut seolah bertanya, kemana?
Tanpa menunggu persetujuan langsung menyeret Nicolette memasuki sebuah cafe yang menyajikan live musik. Membimbing Nicolette untuk duduk disofa sementara dia juga memposisikan duduknya disebelah Nicolette. Risih, itulah yang Nicolette rasakan sehingga langsung beringsut memberi jarak.
Nelson pun menghembus nafas berat akan tetapi seolah tak terpancing dengan sikap Nicolette kemudian menuangkan vodca ke dalam gelas.
"Mau minum?" Tawarnya sembari mengangkat gelas ke arah Nicolette.
"Maaf, Sir. Saya tidak biasa minum vodca."
"Lalu kau mau minum apa Letta? Campagne?"
"Maaf, Sir. Saya tidak biasa minum alkohol."
Mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga Nicolette langsung beringsut memberi jarak. "Sedikit tak jadi masalah Letta. Minuman ini bagus untuk menghangati tubuh." Sembari mengedipkan mata genit. Bukannya tergoda justru Nicolette merasa sangat muak.
"Minum Letta! Ini masih jam kerja jadi kamu harus menuruti semua perintah saya sebagai atasan kamu."
Tanpa mengindahkan permintaan Nelson hanya mengulas senyum kemudian memesan segelas orange juice. Tak ayal tindakannya ini berhasil memancing amarah Nelson akan tetapi tetap coba ia tahan karena tujuannya membawa Nicolette ke tempat ini adalah untuk rencana besar yang akan membuat gadis cantik bak Barbie itu jatuh ke dalam pelukannya. Dan hal itu tentu akan menghancurkan Jose. Itulah yang paling diinginkan Nelson saat ini.
Tanpa sepengetahuan Nicolette, jemari Nelson terulur memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya. Setelah itu berpura – pura kembali fokus pada sajian live music.
"Minumlah Letta. Tak baik membiarkan pesanan mu begitu saja." Sementara Nicolette hanya mengulas senyum.
"Sampai jam berapa kita disini, Sir. Pekerjaan saya masih banyak dan harus segera kembali ke kantor."
"Jam kerja tinggal 15 menit lagi Letta. Saya tak mengijinkan kamu lembur kecuali ada pekerjaan tambahan. Dan untuk tas kamu biar nanti supir yang mengantarkan ke apartement. Sekarang nikmati saja, hitung – hitung refreshing." Tak ada yang bisa Nicolette lakukan selain pasrah karena ia hanyalah seorang bawahan.
Orang suruhan Jose segera mengirimkan laporan. Tak ayal rekaman video yang baru saja dilihatnya membuatnya kalap mata hingga tanpa sadar meremas kuat ponsel dalam genggaman kemudian melemparkannya ke dinding.
"Kurang ajar! Awas saja kau Nelson! Kau sudah berani berbuat macam – macam pada kekasihku! Aku tak akan pernah mengampunimu brengsek!"
Mendapati Jose keluar gedung membuat Zoe bertanya – tanya pasalnya malam ini ada meeting penting akan tetapi Jose malah pergi begitu saja tanpa memberitahunya lebih dulu. Berkali – kali menghubungi Jose akan tetapi panggilannya diabaikan begitu saja.
Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Jose terlihat sangat marah dan juga terburu – buru. Batin Zoe sambil melebarkan langkah menuju ruangannya.
Sementara Jose menyetir mobil seperti orang gila. Satu hal yang dipikirkannya yaitu keselamatan kekasihnya yang saat ini ada dalam cengkraman Nelson. Meskipun beberapa kali mobilnya oleng tetap saja tak mengurangi kecepatan. Yang diinginkannya saat ini adalah cepat sampai di hotel.
Tak sanggup membayangkan hal buruk terjadi pada wanita tercinta, segera memberi perintah kepada orang suruhannya apabila kondisi sudah tak terkendali, ia meminta supaya Nelson dilumpuhkan. Tak peduli pada nama baik dan juga jerat hukum, yang terpenting untuk saat ini adalah keselamatan Nicolette.
Sementara didalam café Nicolette terus saja bergerak – gerak gelisah setelah meminum orange juice. Rasa panas seketika menjalari otaknya. Setiap aliran darah terasa sangat menyakitkan, ada gejolak dalam diri yang memberontak meminta untuk disentuh. Dengan gerakan sensual menyentuh sepanjang leher dengan ujung jari sembari mengibas – ngibaskan rambutnya frustasi.
"Kau kenapa Letta?" Sembari menyentuh kening Nicolette. Sentuhan hangat disepanjang kening membuat Nicolette merasa tak karuan. Ia mendamba sentuhan itu, rasanya ingin disentuh lagi dan lagi.
Seringaian licik mengukir di bibir kokoh Nelson. "Apa kau sakit Letta? Badan mu sepertinya demam." Bohong Nelson. Lalu menyentuh leher Nicolette, sentuhan seringan bulu itu membuat Nicolette kelimpungan hingga tanpa sadar bibirnya mengeluarkan suara yang mampu membuat sesuatu dibalik pertahanan Nelson menegang.
"Letta kau kenapa?" Entah kenapa suara berat Nelson terdengar seksi menggelitik pendengaran. Meski begitu Nicolette masih mampu mengontrol dirinya. .
Disaat Nelson mulai merapatkan duduknya, ia segera beringsut menjauh. "Jangan jauh – jauh Letta, kemarilah!" Merengkuh Nicolette ke dalam pelukan. Dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Nelson meskipun gejolak dalam diri menginginkan sebaliknya.
"Letta kalau kita duduk berjauhan seperti ini, orang lain akan menilai kita ini sedang bermusuhan. Lihatlah sekeliling mu, banyak pasang mata melihat aneh ke arah kita."
Melalui ekor matanya melirik ke sekitar kemudian beralih menatap Nelson. "Maaf, Sir. Tubuh saya tiba – tiba terasa panas. Saya butuh ruang lebih, apa ac di ruangan ini mati?" Ucap Nicolette susah payah.
Menyadari Nicolette sudah sepenuhnya beradadibawah kendali obat, segera membimbing Nicolette ke lantai paling atas menujuruangan khusus yang memang sudah disiapkan dari jauh – jauh hari.
--
Thanks
Yezta Aurora