Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Axell yang juga ada ditempat yang sama tanpa sengaja melihat Nicolette sedang dibimbing ke lantai atas.
Letta? Dan pria itu? Apa dia ... kekasih mu Letta?
Ingin rasanya menyusul ke atas akan tetapi niat tersebut segera diurungkan mengingat hubungannya dengan Nicolette sudah berakhir. Jadi kalau pun saat ini Nicolette menghabiskan waktu bersama kekasih tercinta tak seharusnya ia datang sebagai pengganggu.
Kembali di sesapnya minuman kesayangan, tak sengaja menangkap sosok kakaknya masuk ke dalam café dengan langkah tergesa.
Apa yang Jose lakukan di tempat ini dan siapa yang dia cari? Axell membatin. Seketika ingatannya kembali pada Nicolette. Mungkinkah kakaknya ini sedang mencari Nicolette, itulah yang Axell pikirkan saat ini.
"Hai Jose apa yang kau lakukan disini?"
Menoleh ke arah sumber suara yang sudah tidak asing. "Axell ... Kau sendiri apa yang kau lakukan di tempat ini?"
"Refreshing, pemandangan alam di tempat ini sangat bagus untuk merileks pikiran dari penatnya urusan kantor. Kau sendiri apa yang kau lakukan di tempat ini? Apa kau mencari seseorang?"
Menghujani Axell dengan tatapan tajam. "Bukan urusanmu!"
Tak lama kemudian orang suruhannya datang menghampiri dan memberitahu bahwa Nicolette sudah dibawa ke lantai paling atas. Tanpa menunggu lama langsung berlari secepat kilat begitu juga dengan Axell menuju kamar dimana saat ini Nicolette berada.
Tak sabar menunggu petugas hotel membawa kunci cadangan, segera mendobrak pintu dengan dibantu Axel. Beruntung mereka datang tepat waktu, sebab kalau sampai terlambat sedikit saja kehormatan Nicolette pasti sudah terenggut. Beruntung baru blazer yang diloloskan, tubuh Nicolette masih memakai pakaian lengkap hanya saja kaki dan tangan terikat pada ranjang. Posisinya saat ini telentang. Sungguh biadab lelaki yang sudah memperlakukan wanita sehina ini.
Jose yang sudah seperti kerasukan iblis langsung memukuli Nelson hingga lelaki itu memuntahkan darah segar. Melihat Tuannya hampir saja menghabisi Nelson, orang suruhan Jose segera berlari menghampiri dengan mendorong kasar tubuhnya hingga tersungkur ke lantai sementara Nelson sama sekali sudah tak berdaya. Tubuhnya tergeletak di lantai bersimbah darah.
"Apa yang kau lakukan, hah?" Bentak Jose.
"Maafkan saya, Sir. Tapi nyawa lelaki ini bisa melayang kalau Anda terus saja memukulinya. Biar saya yang mengurusnya, lebih baik Anda segera temui, Nona."
Namun Jose belum puas memberi pelajaran pada Nelson sehingga sekali lagi melayangkan pukulan hingga Nelson kembali memuntahkan darah segar.
Sementara Axell membantu Nicolette melepaskan diri dari ikatan yang membelit tangan dan juga kaki. Mendapati Nicolette bergerak – gerak gelisah semakin membuat Axell diterpa rasa khawatir.
"Kau tak kenapa – napa kan Letta. Mana yang sakit?" Sambil menelisik tubuh Nicolette.
"Axell ... " Panggil Letta. Entah ini halusinasi atau kenyataan yang jelas suara panggilan Nicolette barusan terdengar seperti desahan menggelitik pendengaran.
"Kau kenapa Letta." Axell semain dibuat khawatir mendapati wajah Nicolette memerah, sorot mata tersiksa dan juga keringat yang mengucur deras padahal suhu dalam ruangan ini sangat dingin.
Disaat ingin merengkuh tubuh Nicolette ke dalam pelukan, Axell merasakan tubuhnya dihempas dengan sangat keras hingga terpelanting ke lantai.
"Beraninya kau menyentuh kekasih ku, lancang!" Bentak Jose. Ketika hendak melayangkan pukulan pada adik tirinya, tiba – tiba suara Nicolette menghentikan.
"Jose ... " Yang dipanggil segera bergegas mendekat.
"Iya sayang. Kamu sudah aman sekarang. aku disini."
"Jose ... Plese, please." Sambil terus saja bergerak – gerak gelisah.
"Apa sayang. Letta mau apa?"
"Bawa aku pergi dari sini, aku tak tahan lagi. Tubuh ku terasa panas. Ada sesuatu yang ingin meledak dari dalam tubuh ku. Panas Jose ... Panas ... " Ucap Nicolette bercampur desahan.
Tubuhnya kembali bergerak gelisah, tanpa sadar meraih jemari Jose mengarahkan pada tubuhnya. Sadar, bahwa sudah terjadi hal buruk pada kekasihnya. Jose segera membawanya keluar ruangan. Namun lagi – lagi Nicolette merintih. Suara rintihannya mampu memecah akal sehat Jose kala itu.
Nelson awas saja kau. Kau akan segera terima hukuman mu!
Tak kuasa melihat raut tersiksa menyelimuti manik biru laut segera membawa Nicolette masuk kembali ke dalam. Akan tetapi ke kamar lain, karena Jose tak mau memakai kamar bekas Nelson.
Membaringkan Nicolette di bath up kemudian menyalakan shower. Seketika tubuh Nicolette menggelinjang hebat. Bukannya tak ingin menyentuh, bukannya tak ingin membantu Nicolette keluar dari rasa sakit akan tetapi bagi Jose, Nicolette adalah kekasih berharga yang harus selalu dia jaga kehormatannya.
Segera berlari merengkuh tubuh Nicolette yang terus saja meronta kesakitan. Ternyata guyuran air dingin tak mampu mereda rasa sakit. Berkali – kali mengumpat dalam hati lalu membaringkan tubuh Nicolette di ranjang.
"Kau hanya tambah menyakitinya Jose." Bentak Axell yang tak kuasa melihat Nicolette makin lama makin tersiksa.
"Kau tahu kan efek obat perangsang itu sangat menyakitkan! Sampai kapan kau akan membiarkan Nicolette terus tersiksa seperti ini, huh?"
Menolehkan wajahnya menatap Axell dengan sorot mata nyalang. "Lalu menurutmu, apa aku harus meniduri Letta sekarang juga. Begitu maksud mu, hah?"
Tak kuasa menjawab, Axell memilih pergi meninggalkan kamar dengan membanting pintu dibelakangnya.
Tak yakin apakah tindakannya ini benar atau salah yang jelas Jose tak bisa membiarkan Nicolette makin tenggelam dalam siksaan. Sembari menatap dalam wajah cantik, Jose berucap. "Maafkan aku Letta."
Kemudian memberi Nicolette obat tidur. Tak lama kemudian tubuh Nicolette mengejang hebat membuat Jose semakin frustasi, karena tak tahu hal apalagi yang mesti dilakuin. Satu – satunya yang dapat dilakukannya sekarang ini, mendekap erat tubuh Nicolette. Akan tetapi sepertinya hal itu tak banyak membantu karena tubuh Nicolette masih saja mengejang hebat hingga beberapa saat sampai pada akhirnya melemah dan tertidur.
Meraih kepala mungil bersandar disalah satu lengannya sementara lengan satunya mengusap peluh keringat yang membasahi sepanjang wajah cantik. Lalu mengusap puncak kepala dengan sayang. Tak lupa menghujani sang kekasih dengan kecupan lembut.
"Maafkan aku sayang karena datang terlambat. Maafkan aku yang lalai menjagamu." Kemudian melingkarkan sebelah tangan ke sepanjang perut. Berbeda dengan Nicolette yang tertidur pulas, sepasang manik coklat masih saja terjaga hingga pagi menjelang.
Melirik jam dipergelangan tangan yang sudah mengarah pada angka 10.00 pagi. Akan tetapi manik seindah lautan biru tetap saja memejam. Sejenak berfikir apa memang seperti itu efek obat tidur, membuat si pemakai tertidur selama berjam – jam lamanya.
Disaat tenggelam dalam pikiran sendiri tiba – tiba ponselnya berdering menampilkan nama -Zoe Alsbeck- yang menanyakan akan keberadaannya saat ini. Tanpa menjawab justru memberi perintah pada Zoe untuk membuatkan surat pemutusan kontrak kerjasama dengan Amstrick Law Office dan pemutusan kontrak kerja atas nama Nicolette Phoulensy Hamberson.
"Sebenarnya ada masalah apa Jose?"
"Bukan urusan mu Zoe! Segera jalankan perintah ku dan kalau Nelson bertingkah segera jebloskan ke penjara atas kasus pelecehan."
"Apa maksud mu Jose, pelecehan siapa? Dan dimana posisi mu saat-"
Belum menyelesaikan kalimat sambungan telepon sudah diputus begitu saja. Ketika masuk kembali ke dalam kamar, terlihat Nicolette sudah bangun sambil memegangi kepalanya yang terasa seperti dilempari ribuan batu.
"Sayang, kau sudah bangun?" Bergeras menghampiri.
"Jose ... Itukah kau?" Ucapnya masih dengan mata memejam sambil memegangi kembali kepalanya yang terasa berdenyut – denyut hebat. Ia tak berani membuka mata karena serangan hebat itu akan langsung menyergap.
"Iya sayang ini aku. Mana yang sakit sayang. Ayo berbaringlah dulu!"
Ketika dirasa denyutan mulai menghilang, perlahan – lahan membuka mata akan tetapi segera menutupnya kembali karena tubuhnya langsung terasa seperti diputar – putar.
"Bagaimana aku bisa ada disini dan kau ... Ini sebenarnya dimana Jose? Kamar siapa ini?" Ucapnya dengan mata memejam.
"Sudahlah jangan berfikir yang macam – macam dulu. Pejamkan matamu. Biar ku pijit kepala mu." Dengan hati – hati memijat kepala Nicolette sambil menunggu kedatangan dokter pribadinya. Tak berselang lama dokter pribadi Jose sudah datang dan saat ini kekasihnya sedang dalam pemeriksaan.
Oh My God kenapa lama sekali. Jangan sampai terjadi hal buruk.
Tak tahan dirundung rasa khawatir segera bergegas menghampiri. "Kenapa lama sekali. Tak terjadi hal buruk pada kekasih ku kan?"
"Aku sedang memeriksa kekasih mu. Jangan mengganggu. Tunggulah disana." Ekor mata dokter melirik ke arah sofa memberi isyarat supaya Jose menungguinya disana.
"Tapi kau ini lama sekali. Apa kau tak tahu aku ketakutan setengah mati. Awas saja kalau sampai kekasih ku ini kenapa – napa." Tanpa meladeni Jose, sang dokter hanya menggeleng – gelengkan kepala.
Tak biasanya Jose sepeduli ini pada kekasihnya. Apa gadis ini benar – benar sangat istimewa. Batin sang dokter sambil menatap dalam wajah cantik Nicolette.
Pantas saja Jose dibuat bertekuk lutut, wajahnya sangat cantik bak Barbie.
Menyadari tatapan mendalam dilayangkan pada kekasihnya, segera menghujaninya dengan tatapan tajam setajam pedang. "Tugasmu disini memeriksa kondisi kekasih ku, bukan malah mengagumi kecantikannya. Paham!" Nada suara Jose terdengar tajam, penuh ancaman menggelitik pendengaran membuat sang dokter balas melempar tatapan tajam.
"Aku tak menyangka gelar lady killer akhirnya lepas juga darimu Jose." Ucapnya sembari mengangkat sudut bibirnya. Seketika Jose mengumpat kesal sambil melenggang menuju sofa.
Kurang ajar! Lancang sekali dia mengatakannya didepan Letta. Umpat Jose. Tatapan matanya tak lepas dari wajah cantik yang kini terbaring diranjang.
Thanks
Yezta Aurora