Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
"Apa yang kau lakukan sendirian disini sayang ku? Kenapa tak langsung masuk ke dalam." Segera memutar tubuhnya kasar untuk memastikan kembali apakah pemilik suara yang sudah sangat tidak asing itu benar Jose atau bukan.
"Jose." Rasa tak percaya masih menyelimuti. Bukannya memeluk justru berdiri mematung dengan membekap mulutnya sendiri. Airmata bahagia mengalir begitu saja membasahi pipi mulus.
"Apa kau akan tetap diam saja disitu sayang? Apa kau tak merindukanku? Apa kau tak ingin memelukku?" Ucap Jose sambil merentangkan kedua tangan.
Nicolette langsung berlari memeluk tubuh kekar, membuat Jose terhuyung. Kalau saja tidak segera menopang dengan cepat pasti saat ini tubuh keduanya sudah membentur lantai.
"Hati – hati sayang." Sambil mengusap puncak kepala Nicolette dengan penuh rasa sayang. Tanpa dapat ditahan lagi tangis Nicolette pecah dalam pelukan Jose. Mendapati tubuh ringkih bergetar segera mengurai pelukan. Merangkum kedua pipi dengan sayang.
"Untuk apa kau teteskan airmata mu ini, hum? Kau tahu kan sayang, aku paling tidak suka melimatmu menangis." Ibu jari terulur mengusap airmata yang terus saja mengalir membasahi pipi mulus. Akan tetapi Nicolette tetap saja terisak, antara rasa bahagia dan juga rasa bersalah menyergapnya secara bersamaan.
Perlakuan tak baik dipertemuan terakhir benar – benar menyisakan penyesalan mendalam. Harusnya saat itu ia membiarkan Jose menjelaskan bukan malah memilih pergi dengan Axell.
Tak ingin jadi bahan pertontonan para pengunjung apartement, segera membimbing tubuh ramping memasuki kamar apartement nya. Mendudukkan Nicolette disofa, Jose juga memilih duduk disebelahnya.
"Sudahlah sayang untuk apa kau bersedih. Aku disini, bersamamu." Nada suara Jose terdengar lembut. Sejenak menatap lama ke kedalaman manik coklat kemudian menenggelamkan kepalanya kembali ke dalam dada bidang. Menghirup dalam – dalam parfum beraroma kayu - kayuan yang sangat dirindukan ini.
Tak ingin sang kekasih tercinta tenggelam dalam kesedihan segera memberi jarak kemudian melenggang menuju kamar dan kembali dengan membawa bingkisan ditangan. "Untukmu sayang." Ucapnya sembari mengulas senyum hangat. Kemudian menghujani puncak kepala dengan kecupan sayang.
Tatapan manik biru laut kembali sendu, pasalnya kenapa Jose masih saja bersikap baik. Padahal Nicolette memperlakukannya dengan sangat buruk, bahkan lebih memilih Axell untuk menemaninya saat itu. Seolah tahu dengan kegundahan hati kekasih tercinta segera merangkum pipi Nicolette, memberinya usapan – usapan lembut.
"Memikirkan apa? Aku tak suka melihat raut kesedihan diwajahmu ini. Aku merindukan sorot matamu yang biasa menyilau indah, menatapku penuh cinta." Kemudian meraih jemari lentik, mengecupnya lembut.
Diperlakukan dengan penuh kelembutan seperti sekarang ini justru semakin tak bisa menghentikan airmata yang kembali mencuat ke pelupuk. Ingin sekali bibirnya mengucap kata maaf tapi entah kenapa tiba – tiba terasa kelu.
Maafkan aku Jose, tak seharusnya waktu itu aku menyakitimu, menuduhmu yang bukan – bukan. Padahal yang kau lakukan hanyalah untuk melindungiku dari kejahatan Nelson. Batin Nicolette sedih.
Tiba – tiba matanya memanas sehingga langsung menenggelamkan kepala ke dalam dada bidang karena tak ingin Jose memergokinya lagi.
"Sudahlah! Untuk apa terus menyalahkan diri sendiri. Aku saja sudah melupakannya sayang." Berkali – kali menghujani puncak kepala dengan kecupan penuh cinta.
"Menginaplah disini. Aku masih sangat merindukanmu." Bisik Jose.
Segera melepaskan diri dari pelukan, menatap ke kedalaman manik coklat, sebelah tangan terulur mengusap lembut rahang kokoh membuat sang pemilik memejam merasakan rasa hangat menjalari permukaan kulit.
Dengan bibir bergetar, Nicolette berucap. "Tapi aku harus pulang ke apartement." Nada suaranya terputus – putus.
"Apa kau tak merindukanku?"
"Tentu saja aku sangat merindukanmu Jose. Tapi aku harus pulang karena-"
"Letta sayang dengarkan aku. Kalau aku mengajakmu untuk menginap disini, itu artinya semua keperluanmu sudah terpenuhi. Ayo tidur, ini sudah malam. Besok pagi kita harus ke kantor." Mengulurkan tangan supaya disambut jemari lentik akan tetapi Nicolette tak juga menyambutnya sehingga Jose memilih mendudukkan kembali bokongnya disofa.
"Sayang ... Apa lagi yang kau khawatirkan?" Sambil merangkum kedua pipi. Seolah mengerti dengan yang dipikirkan Nicolette saat ini, segera menjelaskan bahwa mereka berdua ini tidak akan tidur dalam satu kamar karena Jose sudah menyiapkan kamar khusus untuknya.
"Ayo ku tunjukkan kamarmu." Sambil mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik. Malu, itulah yang Nicolette rasakan. Karena tadinya ia memikirkan hal yang bukan - bukan.
"Good night sayang, mimpi indah yah." Mencium lama puncak kepala kemudian beralih ke kening, hidung dan ketika tatapan terpaku pada bibir ranum segera menjauhkan wajahnya. Menatapnya dalam dan lama, tatapan penuh kerinduan. Ingin rasanya mencecap rasa manis, saling beradu saliva akan tetapi segera melenggang keluar kamar karena tak ingin kendali diri runtuh.
Jika dulunya seluruh Dunia mengenalnya sebagai Lady Killer, tidak lagi untuk saat ini karena pada kenyataannya ia tunduk pada gadis mungil, polos, penulis novel dan yang pasti cerewet sehingga orang – orang sekitarnya lebih mengenalnya dengan julukan si ratu debat.
Membayangkan Nicolette yang saat ini berada di apartement nya tentu saja hal itu sangat menyiksanya. Begitu juga dengan Nicolette, ia sama sekali tak dapat memejamkan mata. Pikirannya melayang jauh memikirkan kekasih tercinta.
Membuka tirai jendela kamarnya, menyandarkan kepalanya disana. Tatapannya kosong ke depan, ingin rasanya berlari ke kamar Jose, memeluknya, meluapkan kerinduan yang masih setia membelenggu.
Pasti Jose sudah tidur, pikirnya.
Kemudian meraih sweeter tipis, berjalan menaiki tangga. Ia ingin ke gajebo untuk meredam gejolak jiwa. Angin malam pasti bisa merileks pikiran, itulah yang dipikirkannya saat ini. Karena tak fokus saat menaiki tangga tanpa sengaja kepalanya menabrak sesuatu yang sangat keras.
Mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa gerangan dan alangkah terkejutnya ketika bertatapan dengan sepasang manik coklat yang menatapnya dalam.
"Mau kemana?"
"Em ke gajebo." Ucap Nicolette ragu.
"Malam – malam begini?" Sambil mengerutkan kening sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Untuk apa ke gajebo sayang. Udara malam tidak baik untuk kesehatan. Apa kau tak bisa tidur?"
Nicolette mengangguk.
Jemari kokoh terulur meraih dagu Nicolette sehingga tatapan keduanya saling bertemu. "Kenapa sampai tak bisa tidur? Apa kamarmu kurang nyaman?"
"Tentu saja nyaman."
"Lalu kenapa? Apa yang kau pikirkan sayang?" Mendapati Nicolette memilih diam dengan menundukkan kepala memaksa Jose mengulurkan jemarinya menekan dagu Nicolette, sehingga tatapan keduanya saling bertemu.
"Merindukanku, hum?" Goda Jose. Seketika pipi Nicolette memerah karena malu.
"Dan ada apa dengan pipimu ini, hum?" Mencubit gemas pipi Nicolette kemudian mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik membimbingnya memasuki kamar Jose. Sorot manik biru laut menyirat ketakutan mendalam. Sangat mengerti dengan kegelisahan yang dirasakan sang kekasih, segera meremas lembut punggung jemari. "Tidak apa – apa sayang. Ayo!"
Ini bukan untuk pertama kalinya Nicolette memasuki kamar Jose, akan tetapi untuk saat ini ada ketakutan mendalam apalagi ketika tatapannya terpaku pada ranjang king size. Mengikuti arah pandang Nicolette, bibir Jose langsung mengulas senyum.
"Kemarilah!" Membimbing Nicolette menuju sofa panjang.
"Berbaringlah disini sayang." Menepuk pahanya. Akhirnya Nicolette merebahkan kepalanya bersandar dipaha Jose. Tak lama kemudian ia pun tertidur pulas mengarungi alam mimpi. Tak ingin kekasih tidur dalam posisi tak nyaman, segera memindahkannya ke ranjang, sementara ia merebahkan tubuhnya ke sofa.
Sebelum memejamkan mata, lebih dulu menatap lama wajah cantik yang sedang tertidur pulas. Pesona Nicolette bagaikan magnet menjeratnya dengan sangat kuat. Tak dapat ditahan lagi ia berjalan ke sisi ranjang, mendudukkan bokongnya disana. Menatap dalam dan lama wajah cantik kemudian mencium kening dengan sayang.
"Good night sayang, sweet dream." Tiba – tiba pergelangan tangan dicekal dan semakin dibawa merapat hingga melingkari sepanjang perut.
Melalui ekor matanya melirik pada suhu ac. Pantas saja Nicolette merasa kedinginan. Dengan perlahan – lahan melepaskan pelukan. Kemudian menyelimuti tubuh ramping, dan tak lupa kembali menghadiahi kening Nicolette dengan kecupan sayang. Setelah itu kembali menuju sofa lalu membaringkan tubuhnya disana.
Sang surya mengintip malu – malu melalui tirai kamar menerpa wajah cantik. Rasa hangat seketika menjalari permukaan kulit membuat sang pemilik membuka mata lalu menggeliat, merentangkan tangan dan alangkah terkejutnya ketika mendapati Jose ada disana sedang menatapnya lekat dengan tatapan penuh cinta.
"Good morning." Ucap Jose sambil mengulas senyum hangat. Malu, itulah yang Nicolette rasakan sehingga langsung menutup wajahnya. Jemari kokoh membuka penghalang yang menutupi kecantikan kekasihnya ini.
"Jangan ditutupi sayang. Aku suka wajahmu yang khas bangun tidur ini. Cantik alami tanpa make up." Tatapan keduanya bertemu. Manik biru laut menyirat banyak sekali pertanyaan lalu menunduk untuk memastikan bahwa ia masih berpakaian lengkap.
"Apa yang kau pikirkan sayang? Apa kau pikir aku ini lelaki kurang ajar yang dengan sengaja memanfaatkan keadaan?"
Tak tahu harus menjawab apa, Nicolette pun memilih bungkam. Seharusnya ia tak berfikir buruk tentang kekasihnya ini. Bukannya kejadian di hotel waktu itu sudah cukup membuktikan bahwa Jose ini bukanlah lelaki brengsek. Ia sangat menyayangi Nicolette dengan tulus.
Merangkum pipi dengan lembut sehingga tatapan keduanya saling mengunci beberapa saat sebelum Jose memuali kalimatnya. "Letta sayang apa yang sedang kau pikirkan, hum? Jangan berfikir yang bukan – bukan sayang ku. Aku sengaja memindahkanmu ke ranjang supaya posisi tidurmu nyaman." Lalu mendekatkan wajahnya dan ketika jarak bibir keduanya tinggal 1 cm lagi, tubuh kekar Jose terpental ke belakang akibat dorongan kuat.
Setelah itu tubuh ramping segera melesat secepat kilat. Tubuh mungilnya menghilang dibalik kamar mandi. Sementara Jose hanya menggeleng – gelengkan kepala dengan tingkah lucu kekasihnya itu. Sambil menunggu Nicolette selesai mandi segera membuka layar laptop, mengecek semua pekerjaan yang Zoe kirimkan.
Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Nicolette dengan memakai handuk yang panjangnya hanya sebatas lutut. Dalam hati mengumpat sumpah serapah, sementara Nicolette dengan santainya duduk dimeja rias. Ia tidak menyadari kehadiran Jose.
Nicolette dibuat terperenyak ketika tanpa sengaja bertatapan dengan sepasang manik coklat yang menatapnya lekat dari pantulan kaca rias. Menelan ludahnya kasar lalu membalikkan tubuhnya akan tetapi segera dihalangi oleh Jose. Dengan penuh kelembutan memakaian kimono ke tubuh ramping Nicolette.
"Lain kali jangan hanya memakai handuk seperti ini sayang. Aku tak tahu sejauh mana aku bisa mengendalikan diriku untuk tak menyentuhmu." Meskipun nada suaranya terdengar lembut akan tetapi bagi Nicolette, hal itu suatu tamparan keras.
"Semua keperluanmu ada didalam walk in closet." Mengusap puncak kepala penuh sayang, menghujaninya dengan kecupan lembut sebelum melenggang keluar kamar.
Kenapa aku sampai tak menyadari ada Jose disini. Bodoh, bodoh, bodoh. Batin Nicolette sambil mengumpat kesal. Selesai bersiap langsung menuju walk in closet. Ternyata Jose benar, semua keperluannya sudah disiapkan. Mulai dari hal terkecil sekalipun. Tatapannya dimanjakan dengan baju – baju merk ternama yang harganya sangat fantastis.
Hari ini Nicolette memilih setelan kemeja lengkap dengan blazer. Rambutnya yang panjang diikat ke atas menampilkan leher jenjang.
Mendapati kedatangan Nicolette, bibir kokoh langsung mengulas senyum bahagia. Mengulurkan tangan supaya disambut jemari lentik lalu membimbingnya ke meja makan.
"Apa kau kurang istirahat? Badan mu kurusan."
Nicolette menggeleng.
"Aku minta maaf sayang sudah memintamu menggantikanku. Aku tahu tugas itu tak mudah. Pasti kau sangat kelelahan." Menggenggam jemari kokoh, mengusap lembut punggung jemari. Berusaha meyakinkan sang kekasih bahwa ia baik – baik saja. Selesai menyantap sarapan langsung membimbing menuju mobil namun seketika menghentikan langkah.
"Kenapa masih memakai tas ini. Apa kau tak suka dengan pilihanku?"
"Tentu saja aku sangat menyukainya tapi semua keperluanku sudah tertata disini dan aku tak sempat memindahkan. Jangan salah paham."
Tersenyum. "Tentu saja tidak, ayo!"
Ternyata kebiasaan Jose masih sama. Ia tak lupa membukakan pintu dan juga memakaikan self belt. Sikapnya memang sangat manis. Bibir seksi Nicolette pun tak henti – hentinya menyungging senyum bahagia.
Sepenjang perjalanan sebelah tangan Jose terus saja menggenggam jemari lentik. Meskipun Nicolette sudah mengingatkan untuk fokus nyetir akan tetapi sama sekali tak diindahkan. Kerinduannya pada sang kekasih membuat Jose tak mau jauh sejengkal pun.
Tak berelang lama mobil yang membawanya pergi telah sampai didepan gedung pencakar langit bertuliskan JM Law Office. Semua karyawan langsung menunduk menyambut kedatangan 2 orang paling penting yaitu CEO Jose dan CEO Nicolette yang berjalan bersisian dengan diekori beberapa bodyguard dibelakangnya.
Sebuah suara menghentikan langkah mereka sehingga langsung berbalik untuk melihat siapa gerangan. Dan alangkah terkejutnya mendapati Ansthon sedang berjalan ke arahnya.
Untuk apa sepagi ini dia datang ke kantorku? Batin Jose kemudian melirik kekasih yang terlihat tak nyaman karena terus ditatap oleh Ansthon.
Segera mengulurkan tangan yang langsung disambut hangat. "Selamat datang Mr. Ansthon." Kemudian membimbing Ansthon menuju ke ruangannya. Sementara melalui ekor matanya mengisyaratkan supaya Nicolette memakai lift darurat dan menunggu di kamar pribadinya.
Bukannya langsung ingin mengambil jabatan CEO dari tangan Nicolette akan tetapi tindakan Jose lebih ke rasa ingin melindungi karena sepertinya tujuan Ansthon datang ke kantor hanya untuk mendekati Nicolette. Dan kecurigaan Jose benar, setelah Ansthon tak diijinkan bertemu dengan Nicolette, Ansthon pun langsung meninggalkan kantor Jose.
Thanks
Yezta Aurora