Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 41 - Aimer | 41

Chapter 41 - Aimer | 41

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Untuk apa Axell datang kesini. Dan Martin, untuk apa lelaki tua bangka itu mendatangi restoran milik grandma. Tumben – tumbenan mereka mau datang. Bukankah lelaki tua Bangka itu sudah tidak mau lagi berhubungan dengan keluarga Hudson semenjak kematian mommy.

Mengusap kasar wajahnya, setelah itu langsung menemui Nicolette dan mengajaknya ke ruangan pribadinya. Tak ingin bertemu dengan Axell, Jose pun menggunakan lift pribadi yang berada disamping bangunan. Mendapati perubahan ekspresi menyelimuti wajah tampan kekasihnya, Nicolette pun memilih diam.

Ketika pintu lift terbuka, tampillah sebuah ruangan yang sangat mewah dan megah. Dari atas sini bisa menyaksikan pemandangan disiang hari. Nicolette pun berdecak kagum.

"Pemandangan malam hari lebih bagus sayang. Kau bisa menyaksikan keindahan kota ini. Untuk itulah kita harus menginap disini malam ini." Ucapnya sambil menyandarkan dagu ke pundak Nicolette. Merasakan hembusan nafas berat menyapu tengkuknya tak hanya sekali membuat Nicolette memutar tubuhnya.

Tatapannya kini terpaku pada manik coklat. "Untuk apa kita harus menginap disini. Apa telah terjadi sesuatu?"

"Tidak ada sayang. Aku hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama denganmu. Apa kau keberatan?" Mengulas senyum hangat. Namun Nicolette sadar bahwa ada sesuatu yang coba Jose sembunyikan. Kilatan matanya menyirat hal berbeda. Antara rasa marah, takut, kecewa tersirat disana. Meskipun begitu tak ingin mencecar dengan ribuan pertanyaan, satu hal yang Nicolette yakini jika Jose ingin berbagi maka tanpa diminta sekalipun, Jose akan menceritakannya.

Menatap dalam ke kedalaman manik coklat, jemarinya terulur mengusap rahang kokoh membuat manik coklat memejam merasakan kehangatan. Mendekatkan wajahnya menghadiahi pipi Jose dengan kecupan sayang. Seketika manik coklat terbuka lalu merengkuh tubuh ramping ke dalam pangkuan. Disaat hendak menyatukan bibirnya, pintu ruangan diketuk.

"Masuk!" Sambil menurunkan tubuh ramping. Tak lama kemudian Martindez masuk dengan membawa menu kesukaan Jose.

"Jangan jauh – juah sayang. Kemarilah!" Merengkuh pinggang ramping supaya duduk disebelahnya. Malu, itulah yang Nicolette rasakan karena diperlakukan sangat romantis didepan Martindez.

"Buka mulutmu sayang!"

Mengerutkan kening kemudian merebut sendok dari tangan Jose. "Aku bisa makan sendiri."

"Tidak ada siapa pun disini sayang ku. Untuk apa malu."

Tersenyum. "Tapi aku ingin makan sendiri." Lalu mengusap pipi Jose dengan penuh sayang.

"Suka?"

Nicolette mengangguk. "Masakan Martindez membuatku rindu."

"Kalau aku?" Goda Jose yang langsung dihadiahi cubitan dilengan.

"Kau belum jawab, kalau apa sayang?"

"Kalau kau ingin ku makan. Puas!" Kalimat yang terlontar tanpa disengaja itu telah mencipta ketegangan terutama bagi Jose. Yang langsung diserang pikiran – pikiran liar berputar dalam otaknya bagai kaset rusak. Sementara Nicolette bersikap biasa saja, sama sekali tak menyadari perubahan ekspresi menyelimuti wajah tampan kekasihnya.

Jose yang selesai makan lebih dulu, terus mengamati wajah cantik kekasihnya ini sambil menopang dagu. Merasa terus diawasi langsung mendongakkan wajahnya.

"Merindukanku, hum?" Sambil mengerlingkan sebelah mata menggoda. Karena kurang hati – hati sampai tersedak.

"Pelan – pelan saja sayang. Untuk apa buru – buru. Ini, minum lah dulu!" Menyerahkan segelas air putih sambil mengusap – usap sepanjang punggung ringkih.

"Bagaimana, apa masih terasa sakit?"

Kembali mendongak menatap wajah tampan kekasihnya. "Hanya tersedak sayang. Jangan khawatir berlebihan."

Setelah selesai menyantap menu makan siang, rencananya Jose akan mengajak Nicolette ke taman akan tetapi mengingat Axell juga ada ditempat yang sama, terpaksa harus menunda keinginannya tersebut.

Mendapati Jose banyak melamun hari ini membuat Nicolette dilanda rasa khawatir. Seperti saat ini Jose sedang berada diteras menyenderkan tubuhnya pada daun pintu dengan besedekap dada. Tatapannya lurus ke depan. Entah sudah berapa lama tenggelam dalam lamunan hingga tak menyadari kehadiran kekasih tercinta.

Sentuhan hangat yang menyergap secara tiba – tiba membuat Jose terperenyak sehingga tanpa sadar menyentak jemari mungil. Mendapati raut ketakutan menyelimuti wajah cantik kekasihnya, Jose pun langsung meminta maaf. Sorot matanya menyirat ketulusan dan juga penyesalan.

"Sayang ... Apa ada masalah pekerjaan?" Tanya Nicolette hati – hati.

Menghujani kekasih tercinta dengan senyum hangat kemudian merangkum pipinya dengan sayang. "Tidak ada masalah apa – apa sayang ku. Semuanya baik – baik saja, kenapa kau menanyakannya?"

Apa kau tak percaya padaku Jose? Sorot matamu dan juga bibirmu mengatakan hal yang berbeda.

"Sayang, itu hanya perasaanmu saja. Kemarilah!" Mendudukkan Nicolette ke pangkuan. Menghujani wajah cantik dengan tatapan hangat, jemari kokoh terulur menyingkap rambut yang jatuh menjuntai ke pipi.

"Dengarkan aku sayang. Tak ada yang aku tutup – tutupi darimu. Bukankah kau tahu, aku tidak suka ada yang disembunyikan diantara kita. Jadi jangan berfikir yang bukan - bukan."

Nicolette mengangguk.

"Em Jose, sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan." Lirih Nicolette.

"Apa? Katakan saja." Sejenak Nicolette tampak ragu. Ia melihat ke dalam manik coklat. Menghembus nafas berat sebelum berucap. Entah kenapa tiba – tiba hatinya diselimuti keraguan mengingat dulunya Jose pernah mengatakan bahwa dia hidup sebatang kara, tak memiliki siapa pun di Negara ini.

"Letta sayang ingin tanya apa?"

"Em tidak ada. Aku hanya ingin ke taman. Bisakah kau ajak aku kesana. Pemandangan disana sangat bagus, nyaman dan juga menenangkan."

"Apa kau tak suka menghabiskan waktu disini bersamaku sayang?"

"Tentu saja suka. Tapi aku sedang ingin menikmati pemandangan sayang."

Menghembus nafas berat. Tak tahu lagi apa yang harus dikatakan yang jelas posisi Jose tersudut diantara dua pilihan. Disatu sisi tak ingin mengecewakan kekasih tercinta namun disisi lain juga tak ingin bertemu dengan Axell karena hal itu tentu saja akan membahayakan dirinya. Kebohongannya pasti akan terbongkar dan Nicolette tak mungkin mau memaafkannya setelah jati diri terkuak.

Sebenarnya apa yang terjadi Jose? Ketika mendapati sang kekasih kembali tenggelam dalam pikiran sendiri. Wajahnya juga menyimpan beban berat.

"Jose." Yang dipanggil segera menolehkan kepalanya. Mengulas senyum lalu mengulurkan tangannya yang langsung disambut jemari lentik.

"Lihatlah sayang, pemandangan dibawah sana lebih indah kalau kita lihat dari sini." Sambil merengkuh pinggang ramping dari belakang. Hembusan nafas mengirim rasa hangat menjalari permukaan kulit tengkuk. Bau harum tubuh Nicolette membuat Jose kelimpungan, tanpa dapat ditahan lagi langsung menenggelamkan wajah ke leher jenjang, sesekali mengecupnya lembut. Tak tahan dibuatnya, jemari Nicolette mencengkeram lengan kekar.

Beruntung disaat pertahanan kendali diri hampir saja goyah, Zoe menghubungi.

"Bukankah sudah ku bilang, jangan menggangguku disaat aku sedang bersama kekasih ku! Apa kau ini tuli, hah?"

"Tapi Jose."

"Cepat katakan!"

"Mr. Martin dan Mrs. Delila barusan datang ke mansion, mencarimu."

"Apa?"

"Mr. Martin dan Mrs. Delila marah – marah setelah tahu kamu mempublish hubunganmu dengan Ms. Nicolette."

"Kalau hanya berita sampah seperti itu untuk apa kau menghubungiku, hah?"

"Aku hanya takut kalau mereka sampai menyusulmu ke restoran. Axell juga mencarimu."

Belum selesai berbincang sudah lebih dulumemutus sambungan telepon. Wajahnya menyirat emosi, Jose tak pernah suka Martinikut campur dalam setiap permasalahannya. Setelah kematian ibunya, Jose takpernah menganggap Martin sebagai ayahnya lagi. 

--

Thanks

Yezta Aurora