Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Mengusap puncak kepala lalu mengangkat tubuh ramping, membaringkannya diranjang. Tak ingin hilang moment kebersamaan segera membaringkan tubuhnya disebelah Nicolette. Meraih kepala Nicolette supaya bersandar pada lengannya sementara sebelah tangannya melingkari sepanjang perut dengan posesif.
Sudut matanya tak henti – hentinya memandangi wajah cantik kekasihnya ketika sedang tertidur pulas yang lebih menyerupai seperti malaikat. Usapan lembut disepanjang pipi membuat sang pemilik bergerak, tak lama kemudian manik biru laut terbuka sempurna.
"Jose." Yang dipanggil langsung mengulas senyum hangat lalu menghadiahi puncak kepala dengan kecupan sayang.
Jemari lentik terulur mengusap rahang kokoh membuat sang pemilik memejam merasakan kehangatan menjalari permukaan kulit. Lama – kelamaan usapan lembut jemari lentik membuatnya tak nyaman sehingga langsung mencekalnya. Sontak saja hal tersebut membuat Nicolette tersentak.
Tatapan Jose menajam dengan ekspresi yang sulit terbaca. "Please jangan seperti ini sayang. Susah payah aku berusaha mengendalikan diriku sendiri untuk tak menyentuhmu. Jangan sampai harimau lepas dari sarangnya. Aku tak mau merenggut kehormatanmu." Kemudian mengecup buku jemari yang ada dalam genggaman.
Tak sanggup menahan siksaan segera beranjak dari ranjang, Nicolette coba mengehentikan yang langsung dihujani tatapan yang menyirat beribu pertanyaan. Jose pun memiringkan posisinya dengan bertumpu pada salah satu sikunya. Jemarinya terulur menyelipkan helaian rambut yang menjuntai dipipi, kemudian mengusap puncak kepala dengan penuh kelembutan.
"Ada apa sayang? Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Jose dengan tatapan mata tak pernah lepas dari wajah cantik kekasihnya. Sorot matanya menyirat cinta yang besar. Tak tahan ditatap penuh cinta dari jarak yang sangat dekat, Nicolette pun segera menenggelamkan kepala ke dalam dada bidang. Paham dengan yang dirasakan sang kekasih segera merapatkan pelukan. Jemari kokoh mengusap sepanjang lengan, sesekali meremasnya lembut.
"Malam ini aku ingin mengajakmu makan di restaurant bawah sayang. Suasana malam sangat romantis, kau pasti akan sangat menyukainya. Sekarang mandilah! Aku akan menghubungi Zoe sebentar, nanti aku menyusul." Goda Jose yang langsung dihadiahi tatapan penuh peringatan seolah berkata. Awas saja kalau kau sampai berani berbuat macam – macam Mr. Jose.
Melihat tingkah lucu kekasihnya ini memaksa Jose mengulum senyum geli, lalu mendekatkan wajahnya hingga saling mengirim rasa hangat menjalari permukaan kulit wajah masing – masing. "Aku hanya menginginkan satu macam saja darimu Ms. Nicolette Phoulensy Hamberson, tapi itu nanti setelah kita resmi menikah." Ucapnya dengan nada suara lirih, tak lupa mengedipkan sebelah mata menggoda.
Apakah itu artinya Jose menganggap hubungan ini benar – benar serius? Dan apakah itu artinya Jose mengharapkan aku ini menjadi istrinya yang kelak akan melahirkan anak – anaknya?
Merangkum pipi dengan sayang. "Hai, memikirkan apalagi? Jangan suka berfikir yang bukan – bukan. Cepat mandi sana!" Sambil mendorong tubuh ramping ke kamar mandi.
"Jangan lupa kunci pintunya! Aku tak tahu apa aku bisa tahan membiarkanmu berada dikamar mandiku."
Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran membuat sorot manik biru laut menyirat ketakutan mendalam. Melihat ketakutan menyergap kekasih tercinta, Jose pun segera mengklarifikasi ucapannya.
"Dengarkan aku Letta sayang. Hal yang kau takutkan itu tak akan pernah terjadi. Jose Mart-" Jeda sejenak. "Tak pernah ingkar janji." Hampir saja bibirnya keceplosan mengucap nama Jose Martin. Dan hal itu tentu saja mengusik ketenangan Nicolette, pasalnya setiap kali kalimat itu hampir terlontar dari bibir kokoh, Jose langsung menghindar dengan berbagai alasan.
"Jose ... " Yang dipanggil menolehkan wajahnya. Tahu dengan apa yang akan Nicolette tanyakan segera mengulas senyum hangat sembari berucap.
"Cepat mandi. Apa kau ingin aku yang memandikanmu, hum?" Tatapannya penuh pemujaan membuat bulu roma meremang ketakutan, sehingga langsung menutup rapat pintu. Menyenderkan tubuhnya ke dinding sembari menekankan jemarinya ke dada sendiri.
Untuk apa kau khawatir berlebih seperti ini Letta. Jose pria baik dan juga bertanggung jawab. Kalau pun dia mau melakukannya, pasti dia sudah mengambil kesempatan itu dari awal pertemuan kalian. Nyatanya tidak kan? Dewi dalam hatinya berteriak menyakinkan.
Nicolette sadar bahwa Jose tak mungkin melakukan hal itu tanpa adanya ikatan pernikahan. Dia memang lelaki brengsek yang suka mempermainkan hati banyak wanita tapi itu kan dulu sebelum pertemuannya dengan Nicolette. Gadis cantik pemilik wajah bak Barbie yang mampu membuat Dunia seorang Jose Martin jatuh bangun.
Tak ingin dibuat resah dengan keberadaan Nicolette saat ini, Jose segera melenggang menuju balkon berbincang dengan seseorang.
"Apa kau sudah memebereskan Zoe?"
"Mr. Martin meminta langsung bertemu denganmu Jose."
"Apa yang lelaki tua Bangka itu mau, hah?"
"Aku tidak tahu pasti Jose tapi sepertinya ini ada hubungannya dengan Ms. Nicolette." Zoe pun bisa menebak pasti Tuannya itu saat ini sedang mengerutkan kening.
"Apa maksudmu dengan Letta?"
"Sepertinya ini ada hubungannya dengan berita dimedia yang memberitakan tentang hubunganmu dengan Ms. Nicolette yang saat ini jadi perbincangan hangat."
Mengepalkan tangan hingga buku – buku jemarinya memutih. "Kurang ajar!"
"Apa tidak sebaiknya kau jujur saja pada Ms. Nicolette tentang hubunganmu dengan Mr. Martin sebelum semuanya semakin kacau Jose."
"Tugasmu menjalankan perintahku bukan mengaturku. Paham!"
"Baiklah, aku minta maaf."
Setelah mendengar langkah kaki mendekat segera mematikan sambunga telepon. Memutar tubuhnya segera untuk bertatapan dengan kekasih tercinta dan alangkah terkejutnya ketika mendapati bukan Nicolette yang ia lihat melainkan adik tirinya, Axell Martin.
"Dasar tidak tahu sopan santun! Apa kau tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu, hah? Sejak kapan kau disitu?"
"Aku sudah mengetuk pintu berkali – kali tapi tak ada jawaban, jadi ku putuskan langsung masuk. Toh pintunya juga tak dikunci."
Menelisik ke seluruh ruangan. "Sedang apa kau disini? Apa kau datang sendiri?"
"Bukan urusanmu aku menginjakkan kakiku ditempat manapun yang ku suka! Keluar dari kamarku!" Bentak Jose, sudut matanya berkali – kali melirik pada pintu kamar mandi takut kalau – kalau Nicolette sampai keluar dan memergokinya sedang bersama Axell. Tentu hal itu akan jadi masalah besar, pasalnya Nicolette belum tahu hubungan sebenarnya.
"Daddy mencarimu."
Mengangkat sudut bibirnya. "Daddy? Cih, aku sudah tidak punya orang tua."
"Jaga ucapanmu Jose. Bagaimana pun didalam tubuhmu ini mengalir darah daddy."
"Apa aku harus mengakui tua bangka itu sebagai ayahku, hah? Setelah dia berselingkuh dengan ibumu hingga lahirlah kau ke Dunia ini. Dengarkan aku baik – baik Axell, sampai kapan pun aku tak sudi mengakuinya sebagai-"
"Cukup! Sikapmu ini sudah sangat keterlaluan."
"Kau yang keterlaluan." Jari telunjuk mengarah tepat ke wajah Axell. "Kau dan ibumu yang tidak tahu diri itulah yang menyebabkan ibuku meninggal! Dan sejak kejadian itu hubunganku dengan Martin sudah putus. Paham!"
Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran membuat Axell terdiam. Pasalnya memang seperti itulah kenyataannya. Seandainya saja ia diposisi Jose, dia pasti juga akan melakukan hal yang sama.
"Keluar dari kamarku!" Mendapati Axell masih berdiri mematung semakin memancing amarah Jose.
"Apa kau tuli Axell? Keluar dari kamarku!" Suara bentakan Jose menggaung seperti seekor singa kelaparan. Nicolette yang berada didalam kamar mandi pun dibuat sangat terkejut. Sehingga mempercepat mandinya untuk melihat apa yang terjadi diluar.
"Jangan menguji kesabaranku dan melenyapkanmu sekarang juga, Axell Martin." Axell pun dibuat bergidik ngeri mendapati sorot mata kakaknya yang berubah gelap, rahang mengeras hingga terdengar suara gemelatuk gigi.
Tak ingin semakin memancing emosi sang kakak segera meninggalkan ruangan. Ia tahu betul kakanya tersebut tak pernah terpancing emosi tapi sekalinya terpancing akan sangat membahayakan. Dia bisa berubah sangat kejam seperti iblis, tak peduli lagi pada lawan, kawan bahkan saudara sekalipun.
--
Thanks
Yezta Aurora