Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Disaat masih dilanda emosi memuncak, ponselnya kembali berdering menampilkan nama -Zoe Alsbech- Akan tetapi Jose tak tertarik untuk mengangkatnya sehingga diabaikannya begitu saja.
"Kenapa tidak diangkat?"
"Biarkan saja sayang."
"Angkat dulu. Siapa tahu ada berita penting yang ingin Zoe sampaikan."
"Sudahlah sayang. Aku ingin menikmati liburan kita ini tanpa adanya gangguan jadi-" Hampir saja mematikan ponselnya namun segera direbut oleh Nicolette. Menghujani Jose dengan tatapan tajam sambil mengangkat panggilan.
"Kenapa lama sekali angkat teleponnya!"
"Ada berita penting apa Zoe?"
Menyadari suara diseberang bukan suara Jose, Zoe pun terdiam. "Zoe!" Suara Nicolette meninggi.
"Maaf Ms. Nicolette, bisakah aku berbicara dengan Mr. Jose, ada berita penting yang harus segera ku sampaikan."
"Zoe ingin berbicara denganmu." Menyerahkan ponsel ke tangan Jose, sementara Nicolette memilih meninggalkannya sendirian menuju balkon.
"Ada apalagi?"
"Mr. Antonio berulah lagi Jose, dia akan menutup kembali pasar dagang sehingga product kita tidak bisa masuk ke pasar International."
"Kurang ajar! Cepat kau bereskan kekacauan ini."
"Dan besok Mr. Exandle membuat janji temu denganmu."
"Atur saja!" Setelah mematikan sambungan telepon segera membuka layar laptop. Memantau kekacauan yang coba Antonio timbulkan. Mengusap kasar wajahnya dan hal tersebut tak lepas dari pengamatan sepasang manik biru laut. Tanpa Jose sadari, Nicolette keluar kamar menuju lantai bawah dan kembali dengan membawa coffe latte kesukaan kekasihnya tersebut.
Menyentuh pelan pundak Jose membuat sang pemilik mendongak. "Untukmu, minumlah dulu selagi panas. Coffe latte bagus untuk merileks pikiran."
Bibir kokoh mengulas senyum. "Terima kasih sayang. Kemarilah!" Meminta Nicolette untuk duduk disebelahnya.
"Apa Martindez yang mengantarkannya kesini?"
"Bukan, aku mengambilnya sendiri ke bawah."
Kalimat yang baru saja menggilitik pendengaran, mengusik ketenangan hati. Menelisik wajah cantik mencari jawaban jujur disana. "Siapa saja tadi yang kau temui dibawah?"
Mengerutkan kening karena tak mengerti dengan pertanyaan Jose. Menyadari akan perubahan ekspresi menyelimuti wajah cantik, Jose segera mengklarifikasi ucapannya.
"Maksudku selain Martindez apa Alberto juga ada disana."
"Hanya ada bibi Martindez dan juga para pengunjung."
Kelegaan langsung menyelimuti wajah tampan kemudian menghadiahi sang kekasih dengan kecupan lembut mampir di kening. Setelah itu kembali fokus pada layar laptop. Meskipun sedang menenggelamkan diri dalam pekerjaan, tak sekalipun tak melirik kekasih tercinta yang terus memperhatikannya sedari tadi. Jemari kokoh terulur mengusap puncak kepala dengan sayang lalu menghujaninya dengan kecupan lembut.
Tak ingin mengganggu yang sedang bekerja segera beringsut menjauh. Tatapan sepasang manik coklat langsung menajam, menutup laptop kemudian merengkuh pinggang ramping dari belakang. Sontak saja hal tersebut membuat Nicolette terperenyak. Ingin rasanya mengurai pelukan akan tetapi tangan kekar semakin memeluk erat hingga tak ada celah. Seketika rasa hangat merayapi sepanjang punggung ketika bersentuhan dengan dada bidang, menyalurkan percikan – percikan api skala kecil.
Tak ingin Nicolette menyadari betapa besar pengaruh gadis itu pada sesuatu dibawah sana, segera memutar tubuh perlahan. Tatapan keduanya saling mengunci beberapa saat sebelum bibir keduanya saling menyatu mengikuti irama. Menyalurkan rasa sayang, rasa saling menjaga untuk selalu bersama mengarungi kebahagiaan. Tak ada ciuman panas yang saling menuntut lebih, yang ada hanyalah ciuman lembut.
Meskipun begitu pengaruh Nicolette mampu melumpuhkan akal sehat. Hingga tanpa sadar menyeret tubuh ramping ke ranjang. Meskipun sangat mendamba akan tetapi akal sehat Nicolette kembali menyergap sehingga langsung mendorong tubuh kekar. Sambil menelan ludahnya kasar, ia beranjak dari ranjang.
Tak ingin pertahanan runtuh langsung melenggang begitu saja meninggalkan kamar tanpa mengatakan sepatah kata pun. Sementara sepasang manik biru laut hanya menatap nanar punggung kekar yang mulai hilang dari pandangan.
Bagaimana aku bisa sampai hampir kelepasan seperti tadi? Aku kan sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menjaga kehormatan dan harga diri Letta, tapi justru aku sendiri yang hampir saja menghancurkannya. Oh bodoh, bodoh, bodoh!
Penyesalan yang Jose rasakan sama halnya dengan yang Nicolette rasakan. Tadinya ingin sekali menghentikan kepergian Jose, tapi buat apa? Akan percuma, selain Nicolette yang sudah berkomitmen tak mau melakukan hal – hal yang diluar batas kewajaran. Jose juga sudah berjanji tak akan pernah mau menyentuh Nicolette sampai mereka berdua dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan.
Sesampainya dilantai bawah, tanpa sengaja menangkap mobil Axell yang sudah berjalan meninggalkan halaman mansion.
"Paman Alberto."
"Iya, Tuan."
"Apa yang Axell lakukan disini?"
"Setahu saya Mr. Axell mengecek restoran, mansion dan juga taman belakang, Tuan."
Apa yang sebenarnya ingin Martin dan juga Axell lakukan? Awas saja kalau mereka berani macam – macam. Batin Jose kesal. Meski begitu ada sedikit kelegaan mendapati Axell sudah tak ada disini, jadi ia bisa bebas melakukan apa saja bersama kekasih tercinta.
Dengan langkah lebar memasuki mansion dan tanpa sengaja menemukan dokumen berisi artistik tergeletak diatas meja. Mengamatinya sejenak, tak lama kemudian langsung mengepalkan tangan hingga buku – buku jarinya memutih. Sorot mata berubah gelap, rahang mengeras, hingga terdengar suara gemelatuk gigi pertanda bahwa sang pemilik berada dipuncak emosi.
Lancang! Berani sekali mereka ingin mendirikan pabrik ditempat ini.
Ia tak terima jika tempat ini dihancurkan dan dijadikan pabrik. Karena ditempat inilah ia bisa mengenang kenangan indah bersama wanita yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu mendiang ibunya, Maria Hudson.
Tak mau buang – buang waktu segera menghubungi Zoe untuk membereskan kekacauan yang Martin timbulkan. Dan sebelum memutus panggilan telepon ia berpesan pada Zoe, jika Martin masih bersikukuh maka tempuh saja jalur hukum. Martin tidak akan bisa berbuat apa – apa karena yang tertanda dalam dokumen kepemilikan bangunan tersebut, Mars Hudson.
Dadanya masih naik turun menahan emosi, lalu melempar dokumen tersebut hingga berhamburan ke lantai lalu segera melenggang ke lantai atas untuk bertemu dengan kekasih tercinta. Disaat seperti ini ia butuh Nicolette disisinya.
"Sayang." Akan tetapi tak ada sahutan. LangkahJose semakin lebar takut telah terjadi sesuatu pada kekasih tercinta. Akantetapi pemandangan didepan mata memaksa bibirnya mengulum senyuman sambil menggelang– gelengkan kepala. Kemudian dengan langkah tergesa menuju ke sofa, menataplama wajah cantik yang sedang tertidur pulas dengan posisi yang sama sekalijauh dari kata nyaman.
--
Thanks
Yezta Aurora