Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 30 - Aimer| 30

Chapter 30 - Aimer| 30

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Tak tahan hanya duduk diam kembali berjalan mendekat. Menatap lama wajah cantik bak Barbie yang masih saja setia memejam, wajahnya memucat. Jose pun dibuat tak tega melihatnya, ingin rasanya merengkuh tubuh ramping ke dalam pelukan.

"Kenapa lama sekali? Sebenarnya apa yang terjadi dengan kekasih ku, hah? Katakan dokter."

"Tenangkan dirimu Jose. Kondisi kekasih mu sudah mulai membaik."

Mendudukkan bokongnya disisi ranjang, mengusap lembut puncak kepala dengan penuh rasa sayang. "Letta sayang, apa yang kamu rasakan sekarang? Apa masih pusing?"

"Sudah tidak lagi." Akan tetapi Nicolette masih belum berani membuka mata.

Sementara dokter menghujani Jose dengan tatapan tajam, kemudian menyeret Jose menjauh dari Nicolette. "Kau ini benar – benar ceroboh Jose, bagaimana bisa kau beri kekasih mu obat perangsang dan juga obat tidur dalam waktu bersamaan."

"Iya aku tahu dokter, aku salah. Tapi saat itu aku tak ada pilihan lain. Terpaksa aku harus memberinya obat tidur." Sambil meremas kasar rambutnya sendiri.

"Tanpa obat tidur. Obat perangsang saja sudah cukup Jose." Nada suara dokter meninggi menggelitik pendengaran sehingga Jose langsung melayangkan tatapan tajam. Kemudian kembali mengacak rambutnya kasar. "Kau tak mengerti dengan kondisinya saat itu." Ucap Jose frustasi.

Karena sudah tak lagi merasakan denyutan hebat, akhirnya Nicolette memberanikan membuka mata akan tetapi betapa terkejutnya mendapati Jose sedang terlibat pertengkaran dengan seorang pria. Samar – samar mendengar perbincangan keduanya.

"Obat perangsang." Ucap Nicolette. Sontak saja kedua pria tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Sayang kenapa bangun? Ayo berbaring lah dulu." Akan tetapi dengan kasar menghempas kasar tangan kekar. Menghujani manik coklat, menuntut penjelasan, segera.

Yang ditatap tak berani menjelaskan apapun. kemudian beralih menatap tajam dokter pribadinya dengan dada naik turun menahan emosi sementara sang dokter hanya mengedikkan bahunya acuh.

Awas saja kau dokter! Kau sudah membuatku dalam masalah besar!

"Jawab Jose. Obat perangsang apa yang kalian bicarakan." Bentak Nicolette.

Jose pun tetap memilih bungkam. Mengingat kondisi Nicolette saat ini ia tak mau menjelaskan bahwa pelaku sebenarnya, Nelson. Jika Nicolette tahu kenyataan sebenarnya pasti akan sangat shock.

"Jawab Jose!"

"Kau salah dengar sayang."

"Cukup! Jangan coba – coba membodohi ku. Aku tak pernah menyangka kau tega melakukan semua ini."

"Melakukan apa sayang? Kau salah paham."

Denyutan hebat kembali menyergap kepalanya. Akan tetapi Nicolette memaksa bangun. Ia merasa jijik berada didekat Jose. Dengan langkah terhuyung menghampiri dokter peibadi Jose menuntut penjelasan.

"Obat perangsang apa yang kalian bicarakan? Katakan dokter!" Mendapati dokter memilih diam semakin memperkuat asumsinya. Bahwa yang di dengarnya memang lah benar, Jose telah memberinya obat perangsang.

Aku tak menyangka kau tega melakukan hal menjijikkan seperti itu Jose. Nicolette membatin sembari melemparkan tatapan tajam setajam pedang. Dadanya naik turun menahan emosi.

"Sayang percayalah semua tak seperti yang kau pikirkan." Ucap Jose frustasi sambil memegangi kedua pundak Nicolette yang langsung dihempas kasar. Sambil memegangi kepalanya yang kembali berdenyut hebat, menyenderkan tubuhnya pada dinding. Kemudian melayangkan tatapan mematikan.

"Kurang ajar! Jadi kau sengaja ingin memperkosaku dengan cara memberiku obat – obatan menjijikkan itu, hah! Dasar lelaki laknat!" Ucapnya bersungut – sungut. Tak lama kemudian melayangkan tamparan mampir dipipi sebelah kiri sehingga terbentuklah jari – jari Nicolette disana. Sementara Jose memilih diam. Bukannya ingin menyembunyikan fakta sebenarnya akan tetapi ia tak ingin memperburuk kondisi Nicolette saat ini.

"Tenanglah dulu sayang. Aku pasti akan menjelaskan semuanya. Semua ini tak seperti yang kau pikirkan." Sekeras apapun Jose coba menjelaskan, Nicolette sudah terlanjur salah paham.

Dengan langkah gontai berjalan meninggalkan kamar, berkali – kali menghapus kasar airmatanya sambil memegangi kembali kepalanya yang masih saja berdenyut – denyut hebat. Tak ingin semakin membuat histeris, Jose hanya mengawasinya dari kejauhan sambil mengepalkan kedua tangan.

Axell yang saat itu menunggui didepan kamar segera bergegas menghampiri Nicolette, beruntung Axell langsung bergerak cepat. Sebab kalau tidak pasti saat ini tubuhnya sudah menyatu dengan dinginnya lantai.

Jose yang berdiri tak jauh dari sana semakin menggepalkan tangan, sorot mata berubah gelap, terdengar suara gemelatuk gigi pertanda sang pemilik sudah berada di puncak amarah melihat sang kekasih disentuh pria lain. Apalagi pria itu, adik tirinya sendiri, mantan Nicolette.

Tak kuasa dilanda cemburu segera meraih tubuh Nicolette, akan tetapi sang pemilik langsung meronta histeris sehingga keributan pun terjadi. Melalui sorot mata Axell, menyirat pada Jose untuk menjauh lebih dulu sampai kondisi Nicolette kembali tenang.

"Please antarkan aku pulang Axell."

"Tanpa kau minta, pasti aku akan mengantarkan mu pulang." Sambil membimbing Nicolette menuju mobil. Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara. Berkali – kali melalui ekor matanya melirik Nicolette yang terus saja meneteskan airmata.

Dengan memberanikan diri langsung menggenggam jemari lentik akan tetapi segera dihempas kasar. Sorot manik biru laut menyirat tatapan penuh arti seolah berkata, jangan macam – macam Axell.

Sadar pada hubungan yang sudah berakhir, Axell pun memilih fokus pada jalanan. Meskipun didalam hati terdalam masih sangat mencintai Nicolette. Cinta yang terhalang restu orang tua.

Setelah menempuh perjalanan jauh akhirnya mobil yang membawa keduanya telah sampai pada apartement Nicolette. Meskipun dengan tegas menolak diantar sampai kamar akan tetapi Axell tetap memaksa. Terlebih tak ingin melihat wanita yang masih menduduki sudut hatinya ini sampai kenapa – napa.

Mendapati Nicolette memasuki kamar dengan langkah terhuyung. Cerelhia langsung menghujaninya dengan berbagai pertanyaan, apalagi saat ini ada Axell bersamanya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Letta bisa sama – sama Axell?

"Kau apakan saudara ku, hah? Jawab brengsek!"

"Cerel please jangan membuat keributan. Semua ini bukan salah Axell." Lirih Nicolette.

Tak juga mengindahkan perkataan Nicolette segera mencengkeram kuat kerah kemeja Axell. Menghujaninya dengan sorot mata tajam. "Jawab aku brengsek!"

Dengan kasar menghempas cengkraman Cerelhia. "Jika kau ingin tahu siapa lelaki brengsek yang hampir saja merenggut kehormatan Letta, orang itu adalah-"

"Jose." Potong Nicolette.

Keduanya langsung menoleh bersamaan. Terutama Cerelhia, ia langsung membekap mulutnya tak percaya seorang pengacara seterkenal Jose bisa melakukan hal rendahan seperti ini.

"Bagaimana kau bisa menuduh Jose pelakunya. Apa Jose sudah-" Sambil berjongkok didepan Nicolette bertumpu pada salah satu kakinya.

"Memberiku obat menjijikkan itu."

"Obat perangsang?"

"Ya dan juga obat tidur."

"Apa Jose sudah menyentuhmu?" Ada kecemburuan dalam nada suaranya.

"Mana aku tahu Axell. Aku tidak sadarkan diri, ketika terbangun kepala ku terasa sangat sakit."

"Lalu kenapa kau bisa sampai menuduh bahwa Jose pelakunya Letta?"

Menghujani Axell dengan tatapan tajam. "Karena aku mendengarnya sendiri perbincangan Jose dengan dokter."

Tak kuasa melihat airmata terus saja mengaliri pipi mulus, segera merengkuh tubuh Nicolette ke dalam pelukan. Mendapati tak ada penolakan, jemari kokoh terulur mengusap punggung ringkih dengan gerakan naik turun coba memberi rasa damai akan tetapi isak tangis justru semakin menjadi.

"Sudahlah Letta. Percayalah padaku Jose tak mungkin setega itu menyentuhmu. Dia menyayangimu dengan tulus."

"Jadi maksudmu aku berbohong, dan kau." Mengunci tatapan Axell. "Apa yang kau lakukan di tempat itu?"

Tersenyum sebelum berucap. "Bukan begitu maksud ku. Hanya saja kalau Jose memang mau melakukannya, pasti dia sudah melakukannya kan. Buktinya dia malah memberi mu obat tidur yang berefek sangat kuat."

Kening Nicolette berkerut. "Apa maksudmu? Dari mana kau tahu?"

"Aku ada disana. Aku melihat semuanya."

"Aku tak peduli apapun itu yang jelas yang Jose lakukan ini adalah pelecehan dan aku akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Aku akan meminta Mr. Nelson mengurus semuanya."

"Nelson?"

"Yah dia seorang pengacara, dia pasti bisa membantuku."

Tak ingin salah duga segera memperlihatkan foto yang sempat Axell ambil sewaktu di café tadi.

"Apa dia orangnya?"

Nicolette mengangguk.

"Kau harus tahu Letta bahwa lelaki ini yang-" Belum sempat menyelesaikan kalimat tiba – tiba ponselnya berdering menampilkan nama Martin. Tak ingin bahaya kembali mengancam wanita yang masih sangat di cintainya ini. Segera meninggalkan apartement tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Maafkan aku Letta. Batin Jose sambil mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju Martin Company.

"Aku masih tak percaya Jose bisa melakukan hal menjijikkan seperti itu Letta. Hal ini benar – benar sulit di percaya. Jose terlihat sangat tulus menyanyangi mu. Lagipula dia itu seorang pengacara terkenal, tak mungkin melakukan tindakan rendahan seperti itu. coba kau pikir?"

"Please Cerel jangan sebut lelaki brengsek itu lagi di depanku. Aku muak mendengarnya."

Semenatara Jose, ia masih saja dibakar api cemburu memuncak membayangkan Nicolette berada dalam pelukan adik tirinya. Ingin meluapkan emosi ia pun mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi hingga terdengar bunyi decitan. Meskipun beberapa kali oleng dan bisa membahayakan nyawanya akan tetapi sama sekali tak di hiraukan. Tetap mengendarai dengan kecepatan tinggi menuju JM Law Office.

Memasuki kantor dengan langkah tergesa dan sangat dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang sama sekali tak diinginkannya.

"Sudah 2 jam lebih aku menunggumu disini seperti orang bodoh. Dari mana saja kau?" Sambil bergelayut manja di sepanjang lengan kekar.

Menghempas dengan kasar sampai – sampai tubuh Litzi terhuyung. "Apa yang kau lakukan di kantor ku?"

"Tentu saja menemuimu untuk membicarakan masalah kasus ku. Sampai mana perkembangannya? Dan kenapa penampilan mu sangat kacau seperti ini. Apa yang sudah terjadi dengan mu Jose?"

Tak ingin perbincangannya di dengar sekretaris, segera menyeret Litzi masuk ke ruangannya. Meminta Litzi duduk disofa sementara ia menuju kursi kebesarannya. Mengusap kasar wajahnya kemudian menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dengan mata memejam.

Tak suka di abaikan oleh lelaki pujaan. Berjalan mendekati Jose, menatap wajah tampan lekat – lekat. Dan tanpa rasa malu jemari lentik terulur mengusap lembut sepanjang rahang. Sontak saja sang pemilik langsung membuka mata.

"Keadaan mu sangat kacau Jose. Apa yang sebenarnya terjadi?" Jemari lentik terulur meraih dagu Jose, kemudian mendekatkan wajahnya mengirimkan deru nafas hangat menyapu permukaan kulit wajah. Mengunci tatapan Jose sesaat sebelum menyatukan bibirnya. Mendapati tak ada protes segera melumat bibir Jose. Sesekali bibir seksi Litzi mengulas senyum diantara ciuman karena lelaki pujaan hatinya ini juga menyambut ciumannya.

Belum juga puas saling bertukar saliva keduanya dikejutkan dengan kedatangan Axell yang tanpa mau mengetuk pintu lebih dulu. 

--

Thanks

Yezta Aurora