Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
"Buka pintunya." Perintah Jose pada bodyguard yang berjaga di ruangan bawah tanah.
Sementara dia sendiri dengan angkuhnya mendudukkan bokongnya disofa dengan kaki menyilang kemudian memberi perintah supaya lelaki tersebut diseret ke hadapannya. Tak lama kemudian si wartawan duduk bersimpuh dihadapan Jose dengan kepala menunduk.
"Angkat kepalamu!" Suara bariton yang bercampur emosi membuat siapa pun yang mendengarnya akan dibuat ketakutan begitu pun dengan si wartawan. Dengan tubuh bergetar tak berani menatap Jose.
"Angkat kepalamu keparat!" Perintah Jose sambil menyentuh dagu si wartawan dengan ujung sepatunya. Kemudian tanpa disangka – sangka langsung menendang dengan sangat keras hingga tersungkur. Jose beranjak berdiri, kembali menendang perut si wartawan hingga memuntahkan darah segar.
"Jika yang kau inginkan uang ku. Ambil ini!" Melempar segepok dolar ke wajahnya. Lalu membanting kamera milik si wartawan hingga pecah berkeping – keeping.
Sontak saja wartawan langsung terpancing emosinya karena semua rekaman video dan juga foto – foto hasil kerjanya ada didalam kamera tersebut. Tak ingin meladeni cacing kepanasan yang sama sekali bukan tandingannya, segera melenggang keluar ruangan.
"Bereskan si keparat itu!" Perintahnya pada Zoe.
"Kau sangat beruntung Mr. Jose tak langsung menyelapkanmu. Ingat satu hal jangan berani berbuat macam – macam dengan mengusik kehidupan Mr. Jose dan juga Ms. Nicolette. Karena nyawamu inilah taruhannya! Paham?" Bentak Zoe. Si wartawan langsung memohon ampun. Dia berjanji tak akan pernah mengulangi kesalahannya itu.
Melalui ekor matanya memberi perintah pada kepala bodyguard untuk menutup mata si wartawan. Sehingga lelaki itu tidak tahu akan bekeradaan tempat ini.
Sebelum melenggang dari sana, Zoe membisikkan sesuatu pada kepala bodyguard. Meminta supaya lelaki itu dibuang ke kota terpencil tanpa adanya fasilitas.
"Ambil dompet dan juga ponselnya lalu antarkan pada keluarganya. Dan ini." Menyerahkan segepok dolar. "Antarkan juga pada keluarganya."
"Tapi kalau keluarganya bertanya bagaimana, Sir."
"Sampaikan saja dia kerja keluar kota."
--
Sinar pagi mengintip malu – malu melalui tirai jendela memaksa Nicolette membuka mata padahal masih terasa sangat berat. Namun karena ada meeting penting, mau tak mau harus segera bersiap dan melenggang ke kantor.
"Kemana Cerel?" Ucapnya entah pada siapa karena nyatanya tak ada siapa pun. Tak mau sampai terlambat dan memancing singa kelaparan, segera meraih tas kesayangan.
Meskipun Jose sudah memintanya untuk tak bekerja dalam beberapa hari, akan tetapi Nicolette tetap bersikeras tak mengindahkan permintaan kekasihnya tersebut.
Ketika pintu apartement terbuka tak terlihat Jose disana kecuali supir pribadi Jose yang sengaja dikirim untuk mengantarkan Nicolette ke kantor.
"Selamat pagi Ms. Nicolette, silahkan, Nona." Mempersilahkan Nicolette berjalan lebih dulu sementara dia mengekori dibelakang.
"Memangnya Mr. Jose kemana?"
"Maafkan saya, Nona. Silahkan Nona tanyakan langsung pada Tuan." Ucapnya dengan sopan.
Langsung menghubungi Jose namun sepertinya Jose sangat sibuk sehingga mengabaikan panggilan.
"Apa Mr. Jose sudah berangkat ke kantor?"
"Sudah sejak pagi Nona."
Lalu kenapa Jose sama sekali tak memberitahuku. Nelpon dulu apa susahnya sih. Dasar menyebalkan.
Disaat sedang kesal tiba – tiba ponselnya berdering menampilkan nama -Jose M Advocat- pada layar ponselnya. Meskipun masih diselimuti rasa kesal tapi senyum dibibir tak dapat lagi disembunyikan. Karena bibirnya ini terus saja menyungging senyuman bahagia.
"Dimana? Apa sudah sampai kantor?"
"Sebentar lagi. Kenapa tak-"
"Sorry Letta, hari ini jadwal sidang kasus Siera. Jadi aku tak bisa menjemputmu lebih dulu. Nanti sepulang sidang ku sempatkan mampir ke kantor Nelson."
"Hm."
"Jangan marah sayang. Dan jangan sekali – kali dekat dengan lelaki maanapun termasuk Nelson. Bagaimana luka di tubuh mu?"
"Ish dasar overprotektif. kemarin saja saat Litzi mencium bibirmu aku diam saja kenapa kau melarangku untuk-"
"Jadi kau melihatku di Mollarco Hotel waktu itu?"
Aduh bagaimana ini? kenapa aku bisa sampai keceplosan sih. Batin Nicolette, menyesali kebodohannya yang tanpa sadar akan menggiring Jose pada kejadian kemarin.
Mendapati nicolette hanya diam saja. Jose semakin mendesakknya untuk berbicara.
Please Jose, Please jangan desak aku lagi. Aku tak tahu harus bicara apa sekarang..
"Letta! " panggil Jose lagi. Mendapati Nicolette tetap bungkam segera mematikan sambungan telepon. Sementara Nicolette langsung menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dengan mata terpejam. Nafas berat berhembus beberapa kali dan hal itu tak lepas dari pengamatan supir melalui kaca mobil.
Tak lama kemudian mobil yang membawanya pergi telah sampai didepan gedung pencakar langit bertuliskan Amstrick Law Office. Sang supir langsung membukakan pintu. "Silahkan Nona, Anda sudah sampai."
Seketika terkejut karena dari tadi terlalu asik dengan pikiran sendiri hingga tak menyadari bahwa ia sudah sampai dikantor. Langsung mengulas senyum sembari mengucap kata terimakasih.
Kedatangannya langsung disambut salah satu staff yang memberitahu bahwa sudah ditunggu di ruangan meeting. Mengerutkan kening sembari melirik pada arah jarum jam dipergelangan tangan.
Baru jam 09.00. Meeting kan jam 09.30. Nicolette membatin kemudian melemparkan tatapan penuh arti. Seolah tahu dengan yang akan Nicolette tanyakan, staff nya langsung memberitahu bahwa meeting belum dimulai akan tetapi salah satu dewan direksi memintanya ke ruangan meeting, segera.
"Selamat pagi, Sir. Anda memanggil saya?"
"Silahkan duduk Ms. Letta."
"Ada yang bisa saya bantu."
"Hari ini Mr. Nelson menghadiri acara sidang sedangkan satu jam lagi ada jadwal meeting di Mollarco Hotel dan Mr. Nelson meminta Anda yang mewakili meeting dengan Mr. Ansthon Mark.
Ansthon Mark? Sepertinya nama itu sudah tidak asing. Nicolette coba mengingat – ingat.
"Ada apa Ms. Letta? Apa Anda keberatan?"
"Tentu saja tidak, Sir. Permisi."
"Tunggu Ms. Letta."
"Ada apa dengan wajah Anda?"
Mengulas senyum. "Terbentur dinding, Sir. Jika sudah tidak ada yang dibicarakan, saya permisi." Setelah itu segera melenggang ke ruangannya. Menghembus nafas berat sembari membatin.
Meeting lagi, meeting lagi. Bagaimana aku bisa menghadiri meeting dengan wajah penuh lebam seperti ini.
Meskipun sudah ditutupi make up akan tetapi tak banyak membantu. Luka lebam masih saja terlihat jelas. Disaat masih coba berfikir keras salah satu staff kembali menghampiri.
"Permisi, Miss. Mobil sudah siap."
Tanpa mengatakan sepatah katapun hanya mengulas senyum seolah berkata, terimakasih, silahkan kembali ke ruangan Anda.
--
Mollarco Hotel, 10.00
Tak terasa meeting terasa sangat lama karena ternyata Ansthon, orang yang yang sangat rumit sehingga sulit sekali mencapai kata sepakat. Berkali – kali mengumpat kesal karena Nelson menyuruhnya untuk mewakili dalam meeting ini. Harusnya kan untuk meeting sebesar ini, harus Nelson sendiri bukan malah mengirimkan seorang asisten.
Bukan tanpa alasan Nelson melakukan itu semua, ia tahu bahwa Ansthon adalah musuh besar Martin jadi tidak menutup kemungkinan kalau Jose tahu akan hal ini maka lelaki itu tak akan bisa berbuat macam – macam lagi. Terlebih Nelson ingin merebut Nicolette dari tangan Jose.
Sementara tanpa Nicolette ketahui Nelson sudah menyiapkan kontrak yang mengikat Nicolette selama seumur hidup. Untuk masalah tanda tangan bisa dengan mudah Nelson dapatkan, mengingat Nicolette gadis polos yang mudah sekali ditipu.
"Harusnya untuk meeting seperti ini Mr. Nelson tidak mengirimkan bocah ingusan seperti Anda ini, Nona." Hina Ansthon yang seketika membuat manik biru laut memanas.
Langsung beranjak berdiri. "Kalau begitu meeting akan dijadwalkan ulang bersama Mr. Nelson. Permisi!"
"Tunggu! Meeting belum selesai tapi seenaknya saja Anda meninggalkan ruangan."
Mengunci tatapan Ansthon. "Percuma saja kalau meeting ini dilanjutkan, Sir. Saya tidak sepadan dengan Anda. Saya hanya bocah ingusan yang tidak berpengalaman. Permisi!" Tanpa menunggu lama langsung melenggang pergi sementara Ansthon hanya menatap punggung ringkih yang berjalan menjauh.
Berani sekali gadis itu melawanku. Selama ini tidak ada yang berani membantahku termasuk Nelson sekali pun tetapi gadis itu. Siapa gadis pemilik manik seindah lautan biru itu sebenarnya? Wajahnya juga sangat cantik bak Barbie.
Lalu memberi perintah kepada anak buahnya untuk mengumpulkan informasi mengenai Nicolette. Sementara di dalam mobil, Nicolette terus saja mengumpat sumpah serapah.
Membanting tasnya dengan sangat kesal sehingga memancing rekan kerjanya bertanya. "Hai, apa yang terjadi? Kenapa sepulang meeting wajahmu sangat kesal seperti itu, hum?"
"Bagaimana aku tidak kesal. Harusnya kan Nelson sendiri yang menghadiri meeting, bukannya aku. Buktinya percuma juga aku datang. Buang – buang waktu ku saja. Dia tidak tahu apa kalau pekerjaan ku masih menumpuk." Ucapnya bersungut – sungut. Dadanya naik turun menahan emosi.
"Yah sabar saja lah. Kau tahu sendiri kan Nelson itu orangnya gimana."
Disaat masih diselimuti rasa kesal tuba - tiba telepon kantornya berdering, receptionist memintanya segera ke lobby.
"Apa lagi sih?" Geram Nicolette sehingga memancing rekan kerjanya menoleh ke arahnya. Dengan langkah lebar menuju lobby. Disaat hendak melontarkan kata – kata sarkastik, niatnya tersebut terhenti ketika pegawai receptionist menyerahkan setangkai mawar putih dan juga bingkisan kecil.
"Ini, Miss."
Seketika kedua alis Nicolette saling terpaut. Bunga, dari siapa? Dan bingkisan apa ini? Pikirnya.
Siapa yang sudah memberiku mawar putih ini? Dan dari mana dia tahu kalau mawar putih ini bunga kesukaan ku. Apa mungkin Jose? Ah tak mungkin, Jose kan masih di pengadilan menghadiri sidang.
"Bunga dan bingkisan ini dari siapa?"
"Dari Mr. Jose, Miss."
Berarti sidang sudah selesai dunk. Lalu kenapa Jose tak memberinya langsung padaku?
"Bunga dan bingkisan itu dari Mr. Jose, tadi datang kesini tapi Anda masih berada diluar kantor jadi menitipkannya pada kami."
Senyum mengembang langsung menghiasi bibir seksi. Menciumnya sambil memejamkan mata kemudian membaca isi pesan yang bertuliskan.
--
I Love You Letta sayang
Miss You
Jangan telat makan, dan minum obat mu.
Dari kekasih tercinta mu
Jose M
--
Tak ingin dihinggapi rasa penasaran segera mengintip apa isi dari bingkisan tersebut yang ternyata sekotak menu makan siang, green tea latte kesukaan Nicolette dan juga obat. Senyumnya kian mengembang diberi perhatian lebih oleh kekasih tercinta. Jose memang tipe overprotektif sehingga hal – hal kecil pun tak pernah luput dari perhatiannya.
Tanpa melihat pada jalanan, terus saja membaca tulisan itu berkali – kali hingga tanpa sadar menabrak sesuatu yang sangat keras yang diyakini bahwa itu, dada bidang seorang pria. Segera mendongakkan wajah untuk melihat siapa gerangan dan alangkah terkejutnya mendapati orang tersebut adalah, Nelson.
--
Thanks
Yezta Aurora