Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Tak tahan dengan sikap malu – malu yang Nicolette tunjukkan, Jose pun langsung mendekatkan wajahnya membuat manik biru laut memejam. Sampai sepersekian detik tak merasakan apapun sehingga manik biru laut kembali terbuka yang langsung beradu tatap dengan sepasang manik coklat yang menatapnya lekat.
"Ada apa dengan pipimu ini, hum?" Sambil mencubit gemas. Tak tahan dengan rasa malu langsung menutupi wajahnya namun buru – buru Jose menghadang dengan melayangkan kecupan sayang mampir dikening.
Setelah itu tanpa disangka - sangka langsung menyatukan bibirnya. Mendapati tak ada respon segera menggigit bibir bagian bawah. Disaat terbuka, lidahnya menyeruak masuk mengabsen setiap komponen. Rasa manis yang sudah bagai candu membuatnya tak ingin menyudahi ciuman. Yang ada ciuman semakin menuntut membuat Nicolette kewalahan.
Tak ingin gadis yang sangat berharga ini kehabisan nafas. Segera melepas ciuman, membiarkan Nicolette menghirup udara sebanyak yang dia mau untuk mengisi paru - parunya yang serasa mau pecah.
Disaat mendekatkan kembali bibirnya, Nicolette langsung memberi jarak. Tak ayal hal ini langsung mendapat protes dari Jose. "Kenapa? Apa kau tak merindukan bibir ini, hum?"
"Ciuman mu membuatku sulit bernafas." Menatap lekat manik coklat coba menyelami ke kedalamannya. Ingatannya bagai diputar pada kejadian beberapa tahun silam.
Rasanya aku masih tak percaya bahwa lelaki misterius itu kamu Jose.
"Apa yang coba kau pikirkan?"
"Ehm tidak ada. Aku hanya berfikir tega sekali kau ini menyiksaku." Bohong Nicolette.
"Itu hukuman mu karena kau tadi marah - marah tak jelas."
"Bagaimana aku tak boleh marah. Kekasih bukan tapi kau sudah menyeretku ke dalam masalah."
Manik coklat menyipit sempurna. "Jika yang kau maksud karena Nelson berulah hampir memecat mu, maka itu bukan masalah besar tapi keberuntungan dan satu lagi mulai saat ini kita sudah resmi berpacaran."
"Berpacaran?" Nembak aku aja belum seenaknya saja ngajak berpacaran. Meskipun dalam hati melambung tinggi.
"Iya sayang berpacaran. Apa harus ku perjelas?"
Seenaknya saja ngomong. Sejak kapan coba aku menerima dia ini jadi kekasihku.
"Sejak kau tak menolak ku cium."
Seketika Nicolette tampak berfikir dan Jose sengaja membiarkannya. Mengusap kepala Nicolette sambil lalu.
Tapi dia kan sudah mencium ku sejak diacara kencan online itu. Apa itu artinya?
"Berfikirlah sesuka mu Letta." Sambil mengacak kasar rambut Nicolette sebelum melenggang menuju kamar mandi.
"Kau mau kemana?"
"Mandi. Mau ikut?" Sambil mengedipkan sebelah mata menggoda.
"Ish dasar." Sambil tersenyum geli.
Rencananya malam ini Jose akan membawa Nicolette pergi ke acara Ansthon Mark. Dulu sih untuk menghadiri acara – acara seperti ini, seringkali menggandeng para super model. Tapi kali ini tak lagi karena sudah ada yang spesial, Nicolette. Setelah selesai bersiap segera menghampiri Nicolette yang terlihat fokus pada salah satu acara televisi.
Pergerakan pada sofa membuat Nicolette menoleh untuk melihat siapa gerangan. Seketika manik biru dimanjakan dengan lelaki tampan yang sedang menyunggging senyum. Rambutnya yang basah disisir ke belakang semakin menambah ketampanannya saja. Begitu juga kemeja biru yang dipadukan jas tuxedo lengkap dengan dasi kupu-kupu malahan semakin membuatnya terlihat gagah dan juga seksi, memaksa Nicolette harus menelan ludahnya kasar.
"Suka dengan yang kau lihat, hum?" Menarik paksa tubuh Nicolette sehingga terduduk dipangkuan.
"Turunkan aku Jose!"
"Tidak mau." Sambil mencium pundak Nicolette. Hanya ciuman seringan bulu namun hal sekecil itu mampu mengirimkan senyawa - senyawa kecil yang siap meledakkan hasrat.
Tak ingin semakin larut dan hilang kendali segera menurunkan tubuh Nicolette hingga kakinya memijak lantai. Mendorong bahu gadis itu memasuki kamarnya. Meskipun mendapat protes namun Jose tak mengindahkannya.
"Jangan macam-macam Jose!" Manik biru laut mendelik hingga bola matanya hampir melompat keluar.
Sambil bersedekap dada, ia berucap. "Macam - macam?" Sembari menyipitkan matanya.
"Awas saja kau kalau sampai berani berbuat macam-macam padaku."
"Aku hanya menyuruhmu mandi dan bersiap, jangan berlebihan Letta. Lagipula kau tak lihat apa, aku sudah rapi begini." Lalu melirik ke arah jarum jam dipergelangan tangan.
"Cepatlah! Sebentar lagi kita berangkat!" Sambil mengacak kasar rambut Nicolette.
"Kau mau mengajakku kemana?"
"Letta please. Cepat bersiap dan jangan banyak bertanya, Ok! Waktu kita tak banyak sayang."
"Katakan dulu kau mau mengajakku kemana?"
"Kencan!" Lalu mencium puncak kepala. Nicolette yang masih tak percaya hanya bengong. Sehingga tangan kekar langsung mendorong pundak ramping menuju kamar mandi. Tak lupa memberitahu bahwa semua keperluan termasuk gaun malam dan juga aksesoris sudah tersedia didalam walk in closet.
Selama menunggu Nicolette selesai bersiap, menenggelamkan diri pada layar laptop. Disaat fokus bekerja tiba - tiba ponselnya berdering. Dan ternyata Zoe yang menghubungi, memberitahu bahwa ada bukti - bukti yang menguat pada keterlibatan Nelson pada kasus Antonio Hosburg.
"Singkirkan kekasih ku dari sana."
"Kekasih mu?"
"Letta. Kita harus melindunginya."
"Melindungi ku dari siapa?" Sontak saja Jose langsung menolehkan wajahnya ke belakang. Mendapati Nicolette berdiri disana, segera mematikan sambungan telepon.
"Sejak kapan kau berdiri disitu?" Berjalan mendekati Nicolette.
"Melindungi ku dari siapa? Kau belum menjawab pertanyaan ku."
"Karena kau kekasih ku tentu saja aku harus melindungi mu dari siapa pun Letta."
"Omong kosong."
"Sudahlah aku tidak mau berdebat. Malam ini aku hanya ingin makan malam romantis dengan kekasih ku ini, tolong jangan merusak suasana." Menelisik penampilan Nicolette. Meskipun hanya polesan bedak tipis dan juga lipstik namun sama sekali tak mengurangi kecantikannya. Manik biru laut menyilau indah, dan wajahnya yang cantik bak Barbie menjadikannya perpaduan sempurna.
"Cantik." Sambil mengusap lembut pipi Nicolette. Rasanya Jose tak ingin membawa Nicolette ke acara tersebut. Membayangkan banyak pasang mata memuji kecantikan Nicolette saja sudah membuat darah berdesir hebat.
"Gaun ini terlihat pas membalut tubuh mu." Memutar tubuh ramping dan ketika tatapannya terpaku pada belahan tinggi sampai menyentuh setengah paha, seketika senyumnya meredup. Sekertarisnya itu tak menjalankan perintahnya dengan baik ternyata, padahal ia sudah berpesan untuk mencarikan gaun malam tanpa belahan tapi apa ini?
Sambil menahan rasa kesal langsung melenggang menuju kamarnya. "Tunggu sebentar sayang."
Belum reda rasa kesal semakin di buat kesal ketika tak menemukan satu pun gaun malam tanpa belahan. Ternyata yang dipilih Nicolette sangat tepat karena hanya gaun itulah yang tak banyak mengekpos kulit mulus.
Kembali menghampiri Nicolette dengan mengulas senyum hangat. Jemarinya terulur merapikan helaian rambut yang menjuntai melewati pipi lalu mengalungkan sebelah tangan Nicolette melingkari sepanjang lengannya.
"Sudah siap berangkat?" Tanyanya. Tanpa berniat menjawab hanya mengulas senyum. Dengan penuh rasa sayang membimbing Nicolette, mereka berdua berjalan bersisian layaknya pasangan romantis membuat iri hati setiap mata memandang. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka berdua ketika berjalan melewati lobby.
"Kenapa tak langsung ke parkiran saja sih? Aku malu."
Menolehkan wajahnya sembari tersenyum lalu membimbing Nicolette memasuki mobil yang sudah menungguinya didepan apartement. Ketika mobil mulai melaju, jemari Jose langsung menekan tombol sehingga muncul kaca pembatas dengan kursi kemudi.
Manik biru laut menatapnya penuh tanda tanya namun bibir Jose enggan terbuka. Hanya rengkuhan tangan kekar yang melingkari sepanjang pinggang membuat posisi keduanya sangat dekat hingga nyaris tak ada celah.
"Malam ini kau sangat cantik Letta."
"Berarti malam-malam sebelumnya aku tak cantik, begitu maksud mu?"
Oh My God salah bicara. Dasar wanita dipuji cantik salah, dipuji kurusan salah. Dikatain jelek, gendut apalagi. Bisa-bisa melayang tuh sepatu hill. Dasarrr wanita!
Tanpa sengaja sudut matanya melirik ke bawah yang seketika langsung mendapat protes sepasang manik biru laut.
"Melihat apa?" Tanyanya dengan suara sinis.
"Ehm sepertinya tali hill mu lepas, biar ku betulkan." Menyingkap dress yang menjuntai hingga melewati kakinya. Lalu duduk berjongkok dengan bertumpukan pada satu kaki. Ternyata benar, salah satu hill talinya lepas.
"Aku bisa merapikannya sendiri. Duduklah!"
Mendongak menatap Nicolette. Tatapan keduanya saling mengunci. Seketika hatinya bergetar ditatap begitu dalam oleh sepasang manik coklat.
"Jangan banyak protes lebih baik kau duduk, diam. Oke! Aku tak suka wanita cerewet."
"Ish dasar egois. Dia pikir aku suka dengan sikapnya yang pemaksa, semaunya sendiri itu, huh?" Geram Nicolette.
"Berapa kali harus ku katakan, mengumpat lah dalam hati Letta. Telinga ku ini masih bisa mendengar umpatan mu dengan sangat jelas."
Disaat bibirnya hampir terbuka melempar kata - kata sarkastik, tiba - tiba mobil hilang keseimbangan. Tubuh Nicolette merosot ke bawah, beruntung ada Jose disana sehingga terjatuh dalam pangkuan. Dalam posisi seperti itu langsung menekan tombol sehingga kaca pembatas terbuka.
"Pinggirkan mobilnya!" Suara bentakkannya menggaung membuat Nicolette beringsut menjauhkan wajahnya.
"Sorry aku tak bermaksud membuat mu takut." Mengusap lembut puncak kepala.
Zoe langsung meminggirkan mobilnya.
"Dasar tak becus bawa mobil. Kau ini sengaja ingin membahayakan nyawa kekasih ku, hah?" Bentak Jose sambil membantu Nicolette duduk disisi kursi kemudi.
Seenaknya saja mengatai ku tak becus. Aku kan memang bukan supir.
"Sini kunci mobilnya?"
Zoe pun dibuat sangat geram sehingga langsung mendekatkan wajahnya sembari berbisik. "Lebih baik kau cari pengganti supir yang kemarin kau pecat. Aku bukan supir mu Jose. Lagian apa kau yakin membawa Ms. Letta ke acara Mr. Ansthon Mark? Jika Nelson saja belum berhasil kau singkirkan jangan memancing singa kelaparan lainnya."
"Diam kau!" Desis Jose lalu menyuruh Zoe pulang naik taxi namun sebelum itu mengeluarkan beberapa lembar dolar, menyerahkannya ke tangan Zoe. Setelah itu langsung memasuki kursi kemudi, menghujani Nicolette dengan senyum hangat.
"Sorry membuat mu lama menunggu."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, sorot matanya berbicara, tidak apa-apa Jose.
Jemarinya terulur mengusap kepala Nicolette lalu melirik ke arah jarum jam dipergelangan. Manik coklat seketika terbelalak.
"Kita sudah sangat terlambat. Tak apa kan kalau mobilnya melaju kencang?" Mendapati Nicolette tampak berfikir, ia segera mengurungkan niatnya. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
"Kau sudah sangat terlambat kan Jose, lebih baik tambah kecepatan mobilnya."
Menolehkan wajahnya, melempar tatapan hangat. "Tak masalah, kalau pun kita tak datang juga tak jadi masalah lagipula sepertinya aku berubah pikiran."
"Kenapa?"
"Karena aku lebih tertarik membawamu ke tempat lain Letta, yang lebih privasi." Sambil mengedipkan sebelah mata menggoda.
--
Thanks
Yezta Aurora