Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
Mendengar kata privasi tentu saja membuat bulu romanya seketika meremang. Tak ingin rasa takutnya ini sampai di ketahui oleh Jose, ia pun kembali membuka percakapan.
"Memangnya tadinya kau mau mengajakku kemana?"
"Ke acara Mr. Ansthon tapi ... "
"Kenapa?"
"Tiba - tiba aku malas saja datang." Lalu meraih ponsel dan segera menghubungi Zoe. Meminta lelaki itu segera bersiap dan meluncur ke acara Ansthon menggantikan dirinya. Sementara dari seberang telepon Zoe mengumpat sumpah serapah karena Jose selalu bertindak sesuka hati.
"Harusnya kau tak mengesampingkan urusan kerjaan." Nasihat Nicolette.
"Sudahlah Letta tak perlu kita membahas masalah yang tak penting, karena ada hal yang lebih penting." Sambil melemparkan tatapan penuh arti.
Tak lama kemudian membelokkan mobilnya ke salah satu restoran mewah. Sebelum membukakan pintu untuk Nicolette, tampak berfikir sejenak membuat Nicolette bertanya - tanya. Melirik sekilas belahan paha lalu kembali menatap manik biru laut.
"Ya sudah ayo masuk." Nada suaranya terdengar dingin menggelitik pendengaran. Sementara Nicolette hanya menggelengkan kepala dengan sikap Jose yang selalu berubah - rubah dalam hitungan detik.
"Jangan jauh - jauh Letta." Menarik pinggang ramping mendekat hingga nyaris tak ada celah.
"Ini tempat umum." Desis Nicolette.
"Apa peduli ku?"
"Jose, kau ini seorang pengacara terkenal. Wajah mu wira - wiri diberbagai acara televisi, jangan memancing awak media untuk membuat statement yang bukan - bukan." Bisik Nicolette.
Sadar bahwa sikap cerobohnya ini telah membahayakan keselamatan Nicolette secara tak langsung segera memberi jarak seolah mereka berdua sedang membahas masalah bisnis. Satu hal yang dilupakannya, pakaian yang melekat ditubuh keduanya. Tentu akan membuat awak media bertanya - tanya.
Tanpa disadari ada seorang wartawan yang mencuri foto kebersamaan mereka. Ini akan jadi berita hangat. Batinnya sembari mengukir seringaian licik.
Sementara mereka berdua tampak menikmati kebersamaan. Selesai menyantap menu makan malam langsung mengantar Nicolette pulang ke apartement. Seketika Nicolette minta diantarkan lebih dulu ke apartement Jose karena baju dan juga tasnya masih tertinggal disana. Akan tetapi lagi - lagi sama sekali tak mengindahkan. Nicolette pun dibuat geram akan sikap acuh yang Jose tunjukkan.
"Apa kau tak mendengar ku Jose?"
"Tentu saja aku mendengarkan mu sayang ku." Sambil membukakan pintu mobil, mengulurkan tangan namun tak juga disambut.
Mendekatkan wajahnya hingga hidung keduanya nyaris bersentuhan. "Please Letta jangan memancing emosi. Aku tak ingin berdebat dengan mu. Masalah baju dan juga tas mu akan ku antarkan besok. Aku sudah sangat lelah dan ingin segera pergi beristirahat." Bohong Jose, padahal yang sebenarnya terjadi dia ingin membereskan wartawan yang sudah dengan lancang memanfaatkan keadaan.
Jose tak pernah mempermasalahkan jiwa awak media mengetahui kedekatannya dengan Nicolette. Namun satu hal yang sangat dikhawatirkannya adalah keselamatan Nicolette, mengingat musuh besarnya bertebaran dimana – mana.
Deru nafas lelah terasa menyapu hangat sepanjang permukaan kulit memancing manik biru laut menatapnya sendu sembari berucap.
"Sorry." Sembari mengusap lembut rahang Jose.
"Tak masalah sayang, lupakan." Mengusap puncak kepala sembari menghujaninya dengan kecupan lembut.
"Ayo." Kembali mengulurkan tangan yang langsung disambut jemari lentik. Membimbingnya sampai ke depan kamar.
Sebelum meninggalkan apartement Nicolette, menghujani gadis itu dengan beberapa kali kecupan lembut pada puncak kepala dan juga pelukan hangat.
"Segeralah pergi beristirahat dan jangan tidur larut." Menyentuh bawah mata yang mulai menghitam.
"Besok pagi aku akan menjemput mu jam 08.00 jadi jangan bangun terlambat. Jangan buat kaki ku ini pegal karena harus menunggui mu selama berjam - jam berdiri disini."
Tak ayal perkataan Jose ini membuat bibir Nicolette maju beberapa senti ke depan.
"Dan jangan sekali - kali mengerucutkan bibir mu ini Letta. Kecuali kau siap menerima hukuman!" Sambil mencubit gemas pipi Nicolette.
Ih dasar aneh, apa - apa ga boleh.
Meskipun tak melihat namun Jose yakin gadis itu saat ini sedang menghentak - hentakkan kakinya karena rasa kesal.
Sepanjang lorong apartement terasa sangat sepi, namun ketika pintu lift terbuka ia berpapasan dengan seorang gadis seusia Nicolette yang menatapnya penuh tanda tanya. Wajar saja kalau gadis itu bertanya - tanya pasalnya Jose bukanlah salah satu penghuni apartement tersebut.
Apa dia penghuni baru apartement ini? Wow tampan sekali. Cerelhia membatin sembari terus melangkahkan kaki.
Mengerutkan kening karena pintu apartement tak terkunci. Tumben sekali tak dikunci?Ish pasti ini kelakuan Letta. Dasar ceroboh! Bagaimana kalau ada orang jahat masuk? Batin Cerelhia sambil memperhatikan Nicolette yang sepertinya juga baru saja datang.
"Hai Letta, apa kau mengenal lelaki yang baru saja melewati lorong ini. Aku bertemu dengannya didepan pintu lift. Apa kau tahu Letta, wajahnya sangat tampan dan aku yakin pasti dia taipan." Ucap Cerelhia penuh semangat.
Memutar tubuhnya jengah. "Apa kau tidak bisa melihat lelaki dari kepribadiannya, hah? Selalu saja mengaitkannya dengan kekayaan."
"Dari kepribadiannya, cih! Buktinya mantan mu yang kau puji memiliki kepribadian baik juga tak mau memperjuangkan mu. Apa lelaki seperti itu yang kau banggakan, hah?" Bentak Cerelhia.
"Jangan pernah sebut nama lelaki menyedihkan itu lagi di depanku Cerel." Penuh penekanan pada setiap kata.
Oh My God siapa juga yang menyebutkan namanya. Letta, Letta. Dasar maunya menang sendiri.
"Dan satu lagi kau pikir aku ini petugas sensus penduduk apa? Mendata setiap pengunjung apartement, seenaknya saja kalau bicara."
"Oh My God Letta, aku kan cuma bertanya. Yah kali aja kau tadi melihatnya, kau juga baru datang kan?"
"Aku tak tahu." Sambil melenggang menuju kamarnya.
"Oh ya tunggu!" Mencekal pergelangan tangan Nicolette lalu memutar tubuhnya. Sepasang matanya mengerjap tak percaya.
"Aku tak salah lihat kan? Ini benar Nicolette Phoulensy Hamberson saudara sepupu ku kan?"
Segera menghempas kasar tangan Cerelhia. "Tentu saja iya, kau pikir aku ini jelmaannya, hah?" Bentak Nicolette.
"Bukan begitu Letta, tapi dari mana kau dapatkan gaun semahal ini? Hayo, habis pergi dengan siapa kau?" Menelisik wajah cantik Nicolette mencari jawaban jujur disana.
Mendekatkan wajahnya seraya berbisik. "Memangnya suatu keharusan yah, memberitahumu semua yang ku lakukan Cerel?" Lalu melenggang menuju kamar namun sebelum menutup pintu menghujani Cerelhia dengan tatapan tajam. "Dan satu lagi jangan menggangguku karena besok pagi aku harus bangun pagi – pagi sekali."
Ish dia ini kenapa? Siapa juga yang mau mengganggu. Dasar Letta aneh.
Akan tetapi rasa penasaran Cerelhia terlalu besar. Dia harus tahu saudara sepupunya ini habis berkencan dengan lelaki mana. Bukannya mau ikut campur hanya saja Cerelhia tak mau Nicolette sampai tersakiti lagi untuk kedua kalinya.
Kemana Letta? Pikir Cerelhia ketika tak juga menemukan Nicolette didalam kamar.
Tak lama kemudian yang dicari keluar dari kamar mandi. Mendapati Cerelhia menatapnya dengan tatapan aneh segera melayangkan tatapan tajam. Tak lama kemudian bergelung dengan guling kesayangan.
Sementara Cerelhia masih dibuat bertanya – tanya, rasa penasarannya kian membumbung tinggi. Lalu ingatannya tertuju pada sesosok lelaki yang dijumpainya didepan pintu lift beberapa menit lalu.
"Aku tahu pasti lela-" Seketika menghentikan kalimat mendapati Nicolette sudah tertidur pulas.
"Dasar tukang tidur, baru beberapa menit masuk kamar. Eh udah tidur aja nih anak." Umpatnya kesal lalu sudut matanya melirik ke arah ponsel Nicolette yang terus bergetar menampilkan nama -Jose M Advocat-
Siapa Jose M? pikir Cerelhia namun segera meletakkan kembali ponsel ke atas nakas.
--
Thanks
Yezta Aurora