Chereads / Diriku dan dirinya / Chapter 20 - TERSIHIR OLEHNYA

Chapter 20 - TERSIHIR OLEHNYA

Malam selasa, malam yang tak ingin Seina lakukan dengan Vino. Malam yang akan menjadi malam paling romantis untuk Vino. Vino sudah menyiapkan baju yang akan dipakainya. Jeans dan kemeja yang dibaluti jaket. Di sisi lain Seina terlihat malas dan tak ingin keluar bersama Vino.

"Entah kenapa aku merasa sangat malas" pekik Seina.

Vino sedang berada diperjalanan untuk menjemput Seina. Seina bersiap-siap.

Malam itu Seina tak berpenampilan begitu menarik dan dandan seadanya. Tidak seperti saat ia akan pergi dengan Elan.

Vino mengklakson motornya, tandanya ia sudah berada di depan kostannya.

Seina lari keluar dan mengunci kamarnya.

"Sudah sampai Vin? Cepet banget?" ucap Seina.

"Iya dong" jawabnya.

Padahal baru setengah jam yanga lalu Vino menghubungi bahwa ia akan segera ke sana , tau-tau Vino sudah berada di depan kostan Seina.

"Kita mau ke mana Vin?" ucap Seina.

"Udah ayo sini naik aja" Pekiknya.

Seina menaiki motor Vino,Vino membawanya dengan pelan, sehingga Seina tak memegang erat pinggang Vino.

"Gak pegangan nih Sey?" pekik Vino.

Seina mencoba memegang pinggang Vino, namun ia merasa sangat grogi dan tak enak.

Vino menarik tangan Seina sampai ke perutnya.

"Pegangan ya begini" pekik Vino.

Detak jantung Vino mulai terasa, namun Seina hanya merasakan hal yang biasa.

Seina tak banyak bicara seperti biasanya, ia lebih banyak diam.

Begitupun dengan Vino yang merasa tegang dan lebih memperhatikan jalanan.

**

"Mau makan apa Sey?" pekik Vino mengambil menu makanan yang sudah disediakan oleh pelayan.

"Boleh steak sama jus strawberry" pekik Seina.

"Kalau kamu?" Seina memandang Vino.

Vino masih membolak balikan menu, "Boleh sama. Tapi aku jus jeruk aja" ucapnya.

Vino memanggil pelayan cafe dan mulai memesan apa yang kami pesan.

Tak ada yang spesial, bahkan romantis. Kami mendengarkan lagu yang di putar di cafe itu.

Lagu yang bernuansa patah hati. Sangat tidaak cocok dengan suasananya.

**

"Sey, aku ke sana dulu ya?" pekik Vino.

"Eh... Tunggu dulu, kamu mau apa? Mau kemana?" Seina takut ditinggal sendirian. Sedangkan Vino tersenyum dan berjalan mengarah ke panggung kecil dan bergabung dengan beberapa penyanyi di sana.

"Aku ingin mempersembahkan lagu ini untuk cewek disana" pekik Vino menunjuk Seina.

Banyak yang bersorak dan mendukung Vino, wajah Seina mememerah dan terlihat malu.

Seina mengembalikkan badannya membelakangi Vino dan memakan steak yang sudah datang.

Namun Seina terpaku dengan suara Vino yang sangat merdu. Vino menyanyikan lagu dengan sangat menjiwai.

Seina menengok dan memperhatikan Vino, seakan dunia berhenti berputar, Seina kagum dengan sesosok lelaki yang membawakan lagu untuknya.

Dengan tak disangkanya Seina tersenyum ke arah Vino. Seolah Vino telah menyihir Seina dengan suaranya.

Seina melihatnya tanpa berkedip, Vino dengan bangganya dipandangin oleh Seina.

Dengan sorak horai penonton yang melihat Seina mencoba mendukung Vino.

Selesai Vino menyanyi, Seina masih terdiam dan mematung.

Vino mendekat ke arah Seina dan tersenyum.

"Bagus ga?" ucap Vino.

"Bagus" jawab Seina.

"Maksudku suaraku" pekik Vino.

"Eh.... " Seina salah tingkah dan menjawab pertanyaan Vino dengan tak sadar, Vino tertawa melihat tingkah konyol Seina.

Vino mencoba membuat Seina tak tegang dengan cerita tatang dirinya yang dulunya anggota band di sekolahnya sebelum ia pindah.

"Terkenal dong" pekik Seina tiba-tiba.

"Eumb.... Entahlah, tetapi banyak wanita yang kagum."

"Sama aja dengan terkenal!" ucap Seina.

Seina masih tak menyangka ternyata Vino tak kalah terkenalnya dikalangan cewek sama seperti Elan.

Hanya saja Elan termasuk cowok yang rapi, sedangkan Vino terlihat cowok dengan tampilan yang lebih cuek tapi modis.

Seusai Vino menyanyi, banyak wanita yang diam-diam melirik ke arah Vino.

Seina merasa risih dengan hal itu, namun ia tidak enak jika meminta pulang. Karena mereka baru saja makan.

**

"Makasih untuk malam ini ya Vin" pekik Seina.

"Kok makasih? Harusnya aku yang mengucap itu" bantah Vino.

Seina melongo.

"Iya kan aku yang ngajak kamu Sey?" pekik Vino melanjutkan perkataannya.

"Tetep aja aku udah makan gratis" seru Seina.

Vino tertawa mendengar jawaban dari Seina, "Iya pahala ngasih makan gratis sama anak kost" jawab Vino.

**

Malam yang awalnya tak Seina inginkan menjadi cukup terhibur untuk dirinya, Vino yang tak disanganya ternyata bisa mengubah dunia Seina menjadi lebih berwarna.

Seina sendiri tak menyangka Vino ternyata lebih peka orangnya, dan tentunya lebih perhatian.

Kini Seina membayangkan siapa cowok yang akan singgah dihatinya.

Vino ataukah Elan.

Tak mau memikirkannya terlalu jauh, yang terpenting siapapun itu bisa membuat Seina merasa aman dan nyaman.

**

Tengah malam lampu yang semula menyala tiba-tiba mati. Membuat Seina ketakutan.

Seina yang tak biasa tidur saat lampunya gelap, ia mencoba menghubungi pemilik kost. Namun apalah daya Seina hanya memiliki satu lilin dan menyalakannya.

Sedangkann di kostanya kebanyakan penghuni sedang pulang kampung, ada juga yang masih diluar dan belum pulang.

Seina ingin ke kamar mandi namun ia sungguh ketakutan. Sudah terlanjur kebelet buang air kecil, akhirnya mau tak mau ia beranikan. Padahal kamar mandinya masih berada satu ruangan dengan tempat tidurnya yang tersekat sebuah tembok.

Seina meraba-raba benda apapun yang ada di sekitarnya. Meskipun sudah ada lilin, namun itu tak cukup untuk ruangan kamar mandi.

Tiba-tiba Seina kehilangan kendali dan terpeleset.

Brakkk!

"Aw!" rintih Seina kesakitan, ia terjatuh.

Minimnya penerangan membuatnya tak melihat benda sekitar, Seina merintih kesakitan dan menangis. Terasa perih pada lututnya.

Selesai buang air kecil, ia menyorot lulutnya menggunakan lilin.

"Pantas aja sakit" pekik Seina.

Lututnya lecet dan berdarah, kotak P3K sudah kosong dan belum sempat ia isi.

Perih terus menyiksanya dan membuat ia susah tertidur. Hingga jam 2 dini hari Seina baru bisa memejamkan matanya dan tertidur pulas.

**

Berjalan tertatih-tatih, Seina mencoba biasa saja supaya jika Elan ataupun Vino yang melihatnya tak menyadari tentang lututnya yang terluka.

Seina berjalan menuju UKS, saat ia ingin membuka pintu UKS, tangan dari belakang menghentikan pintu itu. Seina melirik dan kaget Elan berada di belakangnya.

"Kamu kenapa?" ucap Elan.

Seina menggeleng, "Gak kenapa-napa."

Elan melirik ruang yang bertuliskan papan kecil "UKS."

seina mengigit bibir bawahnya dan menunjukkan kakinya yang sudah luka.

**

Elan mengolesi lutut Seina dengan alkohol dan mulai mengolesnya menggunakan salep.

Seina membuka tasnya dan mengembalikan buku milik Elan.

"Makasih ya?" pekik Seina.

Namun Elan tetap tak menyambut ucapan dari Seina, ia masih terlihat mengoleskan salep.

"Aw" rintih Seina.

"Maaf. Aku coba pelan-pelan" ucap Elan dengan meniup lutut Seina.

"Perih" pekik Seina memanja.

"Kenapa kamu bisa samapi begini? Sepertinya luka baru" ucap Elan.

"Iya. semalam aku jatuh, mati lampu" pekiknya.

Elan menatap wajah Seina dengan tatapan haru, "Kenapa tidak mencoba menghubungiku?"

**Bersambung....

Terimakasih sudah mampir dan baca cerita ini, jangan lupa klik coll dan review ya untuk meramaikan cerita ini.