Seina memegang tangan Elan, "Bukan itu Lan, aku ingin mengatakan sesuatu."
"Apa?"
"Aku.... Aku hanya ingin kamu dan Elina baikan. Maksudku, kita balik lagi seperti dulu. Berteman seperti dulu."
Elan terdiam dan mengigit bibir bawahnya.
"Sey... Aku ... Aku suka kamu" ucap Elan.
Seina tak menyangka Elan akan mengungkapkan isi hatinya setelah ia menutup hatinya rapat-rapat untuk Elan.
Meskipun Seina tak menjawabnya, Seina masih menyimpan rasa terhadap elan. Jantungnya masih berdegup kencang dan mengidamkan Elan untuk menjaga dirinya.
Namun Seina sendiri sekarang sudah merasa ragu terhadap Elan, Seina ragu dan takut terluka lagi.
"Aku...." Seina terdiam dan tak bisa menjawabnya.
Elan mengambilkan Seina air putih dan memberikannya, "Kamu gak usah menjawabnya sekarang. Tapi aku tetap menunggu jawaban kamu Sey."
"Tapi aku gak bisa jawab Lan?" ucap Seina.
Seina masih memikirkannya, dan melamun.
"Hey.... Jangan berfikir keras, aku tak memintamu menjawabnya sekarang" ucap Elan.
Mereka tak menantikan kepastian, walau Elan menunggu, Elan mengerti Seina masih meragukan dirinya. Hanya berjalannya waktu dan mengalir seperti air.
Elan sangat pintar membuat Seina terperangkap lagi, Elan dengan santainya bercanda dan bercerita lucu sehingga Seina tertawa terbahak-bahak.
Di sisi lain, Vino menunggu Seina yang tak kunjung datang dan tak tahu dimana keberadaan Seina.
**
"Na... Liat Seina gak?" ucap Vino mendekati Elina.
"Emang Seina kemana?" ucap Elina.
Mereka tidak tahu kemana perginya Seina, bahkan Elina juga tak melihat Elan sejak tadi.
"Tadi aku ke kelas Elan, dan tak ketemu Elan" ucap Elina.
Meskipun Elina masih marah dengan Elan, namun Elina tetap ingin mengulang lagi dari awal. Mengulang persahabatannya, bukan merusak persahabatan mereka hanya karena perasaan.
Elina dan Vino penasaran dengan Seina dan Elan yang tiba-tiba menghilang.
Vino dan Elina bertanya-tanya dalam hati, mungkinkah Seina dan Elan sedang bersama? Tetapi di depan Vino, Elina seakan tak ingin mempermalukan dirinya yang terlihat cemburu. Ia tetap terdiam di depan Vino.
"Vin..." ucap Elina.
"Ya."
"Ke... Ke kantin yuk."
Elina tiba-tiba mengajak Vino untuk ke kantin, meskipun masih terasa canggung. Tetapi Elina hanya ingin dekat saja dengan teman kelasnya, namun sepertinya Vino tak begitu tertarik dengan Elina, ia menolak ajakan Elina.
"Maaf Na, aku sudah ada janji" pekik Vino dan pergi.
Elina sedikit kesal dengan cara Vino yang menolaknya, serasa semua cowok yang ia dekati hanya bertekuk lutut dengan Seina saja.
**
Jam pelajaran akan mulai, Vino menanyakan banyak hal dengan Seina.
"Kamu habis kemana aja?" pekiknya mencemaskan Seina.
"Tadi lagi pengin sendiri."
Vino terlihat kecewa dengan Seina yang mulai berbohong. Vino ingin memastikan jika Elan tak memberikan hatinya untuk Seina.
Vino tak lagi banyak bicara, ia mulai mengamati Seina. Sementara Elina terus melihat Seina, saat Seina mengambil buku paket di rak mejanya, terdapat secarik surat. Seina sudah tahu itu tulisan Elina, walau Elina tak menyebut nama pada surat itu. Seina membaca apa yang tertulis pada surat itu.
Seina tersenyum membaca surat dari Elina. Vino yang penasaran menendang kursi Seina.
"Kenapa Sey? Apa yang membuatmu senang?"
Vino sangat penasaran dengan tingkah Seina yang mulai sering tersenyum, Vino takut jika senyuman Seina hanya untuk Elan.
Seina menggeleng dan tak begitu menghiraukan vino yang terus bertanya.
**
Sepulang sekolah Seina mendekati Elina. Elina terlihat masih cuek namun Seina tahu dalam hati Elina, ia sudah mulai menerima lagi kehadiran Seina.
"Pulang yuk" ucap Seina mengajak Elina.
Elina mengangguk, Seina dengan inisiatifnya membawakan buku yang akan Elina bawa.
"Mau diapakan buku sebanyak ini?" ucap Seina masih sedikit canggung.
"Mau aku bawa ke perpus" jawab Elina.
Tanpa bicara lagi Seina mengikuti Elina dan mereka membenarkan buku yang dibawa Elina. Hari itu Elina mendapat giliran jadwal piket sehingga ia menaruh kembali buku-buku yang dipinjami oleh teman-temannya dan yang piket hari itu juga wajib untuk menaruh buku kembali ke raknya seseuai dengan jenis golongan buku. Sudah ada jenis buku yang tertuliskna di rak tersebut, sehingga mempermudah siapapun untuk menaruh buku itu kembali ke dalam rak buku.
Seina berbicara dengan sedikit hati-hati, "Kenapa kamu mulai mau berbicara lagi denganku? Hatimu sudah mulai membaik? Atau kamu sudah tak lagi terluka?" ucap Seina yang masih penasaran dengan sikap Elina yang tiba-tiba akrab lagi.
"Dibilang sakit hati ya pasti masih ada. Cuman... Aku tahu kamu juga suka sama Elan, jadi ya sudahlah aku mencoba sedikit rela" pekik Elina.
Seina sangat berharap waktu bahagia seperti dulu terulang lagi, waktu bersamanya dengan Elani yang mereka habiskan bersama.
"Kalau saja dari dulu aku tahu kamu dan Elan pacaran, aku tak akan mengejar Elan sampai sejauh itu" pekik Seina dengan tersenyum paksa.
**
Elina melirik Seina dan selesai mereka merapikan buku, mereka berjalan ke luar gerbang sekolah untuk pulang.
"Walau begitu, aku ingin kita akrab lagi seperti dulu" ucap Seina memandang Elina.
Elina yang ada dihadapannya, walau sudah bersamanya lagi, namun Seina tak merasa Elina belum sepenuhnya kembali seperti dulu. Elina yang masih terasa canggung bersamanya, dan Elina yang lebih pendiam.
"Sey.... Kamu mau bareng kan? Aku menunggu jemputan" ucap Elina.
Elina pulang dengan meminta di jemput oleh kakaknya, Seina mengangguk.
"aku pulang sendiri aja."
"Yakin kamu gak mau bareng?" ucap Elina.
Jika dulu Seina meminta tumpangan pada Elina saat ia sedang tak membawa kendaraan pribadi, namun kali ini Seina tak menginginkan hal itu.
Seina menunggu di halte bis dan menunggu bis yang datang ataupun angkot yang ke arah rumahnya.
Vino yang melihat Seina sendirian, ia mencoba menghampirinya, tetapi Vino kalah, Elan lebih keduluan berada di sana.
"Sey.... Aku antar ya?" ucap Elan dengan senyum manisnya.
"Gak usah Lan, aku nunggu bis atau angkot aja."
"Masih lama Sey" pekik Elan.
Seina melihat jam tangannya, dikira-kirakannya bus atau kendaraan umum lainnya yang akan lewat masih setangah jam lagi. Bahkan langit sudah mulai mendung. Jika Seina menunggu kendaraan umum datang, pastilah sampai kostan sudah hujan.
Seina selalu menyalahkan dirinya yang tak mencari kostan dekat sekolahnya itu, kostan yang dekat dengan sekolahnya kebanyakan angker sehingga membuat Seina mencari kostan yang jaraknya lumayan jauh.
Seina berfikir, ia memiliki kendaraan motor, jarak setengah jam dari sekolahnya tak menjadi hambatan. Tetapi Seina tak berfikir lagi jika kendaraan pribadinya sedang bermasalah.
"Yakin masih mau menunggu?" pekik Elan mengulurkan tangannya dengan memberikan helm berwarna biru untuk Seina pakai.
Seina masih belum menerima helm itu, "Ya sudah aku pulang duluan ya?" pekik Elan menaruh kembali helmnya di depan jok motor.
Seina langsung duduk di motor Elan sesaat Elan mau jalan. Elan hanya tersenyum di depan spion dan melirik Seina. Seina cuek saja dan tak berbicara apa-apa.
Elan memberikan helm biru pada Seina, "Nih pake dulu" pekiknya.
"Kamu... Abis nganter siapa? Kenapa bawa helm dua?" ucap Seina.
**Bersambung....
Terimakasih sudah baca cerita ini, yuk klik coll dan review ya untuk meramaikan cerita ini.