Trang
Para gadis menjerit, guru mudah berjengit dan para pemuda menatap nanar.
Gadis itu baru saja meninju jendela dengan kerasnya. Membuat pecahannya berhamburan. Dengan darah menetes perlahan dari pungung tangan.
"Apa yang kau lakukan?!" jerit sang guru muda panik.
"Bukankah kalian penasaran apa saya ini melakukan self harm? dan ini jawabannnya," ujar sosok di balik
jaket.
"Dia sungguhan gila," ucap mereka.
***
Gadis itu berdiri di depan pintu apartemennya yang berada di lantai delapan.
Pengelola baru saja memberikan kunci padanya jika malas menggunakan sandi.
Ia tinggal di sebuah apartemen menengah ke atas.
Di pusat kota.
Ini kepindahannya yang ke tiga semenjak ia berumur tiga belas tahun.
Barang-barangnya tidak begitu banyak sudah dipindahkan oleh para petugas jasa pindahan.
Tak lupa ia memberikan uangnya, tinggal ia menyusun barang-barang itu lagi.
Sejujurnya ia tidak begitu mengecek apartemen nya ketika pindah. Yang penting itu tak terlalu jauh dari sekolah hanya berjarak beberapa menit saja dan dekat dengan jalan raya. Angkutan umum juga banyak jika malas berjalan kaki, halte bis dekat sana.
Yang pasti karena itu apartemen bagus, fasilitas nya pasti baik juga.
Ia memasukkan sandi barunya. Apartemen itu memiliki dua kamar tidur yang masing-masing memiliki kamar mandi. Ada balkon yang menghadap langsung ke arah taman yang sengaja dibangun di tengah-tengah.
Ruangan yang cukup luas untuk ditinggali sendiri.
Dapur yang luas. Ia membuka kulkasnya yang kosong, entahlah kenapa ia membukanya padahal sudah tahu dirinya belum belanja barang kebutuhan. Tak mungkin juga Bim salabim kulkasnya langsung penuh begitu saja karena ini bukan novel fantasi.
Ia mulai mengecek kompornya, apinya menyala dengan baik.
Kemudian mengecek kamarnya. Barang-barang seperti sofa dan kasur memang sudah di tata oleh mereka.
Gadis itu kemudian melihat ke arah kamar mandinya.
Bersih dan wangi, dengan perpaduan warna putih dan cokelat muda. Ia mengutak-atik beberapa kali kerannya, ada air panas, dingin sedang berfungsi dengan baik pula. Tapi gadis itu sendiri lebih suka pakai yang mana saja, menekannya sembarangan. Yang terpenting masih menyala.
Apartemen ini unit terbaru, Bisa di bilang kawasan itu baru, mungkin baru setahun sejak sudah jadi. jadinya Ia merupakan penghuni pertama di sana. Ia cukup beruntung mendapatkan tempat yang terbilang strategis.
Sebab ia langsung membayar lunas tanpa menyicil sedikit pun.
Ia mulai menyusun barang-barangnya, baju-baju disusun di dalam lemari, dan barang lainnya. Tidak begitu banyak, karena tak terlalu suka belanja hal-hal seperti kebanyakan wanita, baginya semua pakaian sama saja. Toh dia lebih suka pakai kaos oblong.
Gadis itu kemudian memandang seragam sekolah barunya.
Ia mengukur bajunya empat hari yang lalu, dan tadi langsung dikirim ke alamat barunya.
Seragam itu tak terlalu berbeda dengan seragam lamanya. Hanya nampak dominan ke warna cerah saja dengan badge namanya.
Ia mengambil baju berlengan panjang untuk seragamnya, hanya saja untuk pakaian olahraga sendiri celana panjang dan kaosnya berlengan pendek. Agar lebih memudahkan nya saat berolahraga.
Setelah satu jam lebih beres-beres, ia berbaring sejenak di atas lantai.
Sekadar untuk istirahat sejenak. Mengantur napas sambil memandang ke arah langit-langit kamar.
Perutnya mulai terasa lapar, jadi ia segera bangkit, mengambil jaket karena ia memakai kaos dan yang paling penting dompetnya.
Ia harus belanja ke supermarket. Membeli beberapa stok
Gadis itu menunggu lift terbuka.
Seorang ibu tengah mengandeng anaknya yang mungkin berusia sekitar 7 tahun.
Mungkin karena baru pertama kali melihatnya, ia langsung berbalik dan bertanya apakah gadis itu penghuni baru.
Gadis itu mengganguk, dan menunjuk ke arah pintu apartemen 83, tempatnya tinggal. Setelahnya itu pintu lift langsung tertutup dan ia mulai menekan tombol lantai 1.
"Apa dia tak bisa bicara?" gumam wanita itu sedikit tak terima dengan perlakuannya. Setidaknya bilang ya, apa kabar, senang berkenalan dengan anda. Basa-basi sedikit di tempat baru. Padahal ia awalnya berniat ingin memperkenalkan dirinya.
Ketika tiba di lantai satu, yang ia datangi pertama kalinya adalah sesuatu di pengumaman, ia melihat denah sekali lagi untuk memastikan letak supermarket. Tak begitu jauh.
"Sedang melihat denah,
nak? Perlu kamu ketahui setiap orang yang tinggal di sini sudah mendapatkan akses melalui link dan menggunakan password, setiap penghuni akan dikirimkan lewat ponselnya, kalau sekedar melihat denah sih itu hal yang mudah." Ujar seorang satpam.
Gadis itu menoleh ketika sadar seseorang kini tengah bicara padanya.
"Saya tidak punya ponsel, ini sudah cukup," katanya sambil menunjuk denah, lalu menundukkan kepalanya sedikit dan pergi.
Satpam itu mengerjapkan matanya beberapa kali.
Cukup kaget dengan ucapannya.
"Anak muda macam apa yang tidak punya ponsel di zaman sekarang, lagipula dia terlihat kaya," katanya tak habis pikir.
Begitu keluar dari pintu kompleks apartemen. Ia langsung di sambut dengan cuaca cerah dan angin segar. Pemeliharaan di sini cukup baik, ada banyak tanaman, bunga dan pepohonan di tanam. Walau ada beberapa bagian di mana rerumputan nya belum tumbuh subur sepenuhnya, sepertinya masih dalam tahap perkembangan.
Di setiap tikungan jalan setapak ada plang berukuran kecil dengan hiasan, berisi penunjuk arah. Sangat berguna bagi orang yang mudah tersesat meski sudah mendatangi tempat tertentu beberapa kali.
Di sana, ada beberapa gedung lain yang mengelilingi tempat itu. Dengan harga yang bervariasi tergantung kebutuhan. Ada juga apartemen mewah, itu berada di ujung. Jalan utama lain, sedikit terpisah dengan gedung apartemen lain.
Gadis itu bisa saja ke sana, tapi ia tak mau, terlalu berlebihan pikirnya, toh baginya rumah saja saja, tempat untuk beristirahat.
Di taman itu juga ada fasilitas olahraga dan rekreasi berupa tempat main bagi anak-anak. Ada beberapa supermarket juga untuk membeli kebutuhan sehingga mereka tak perlu khawatir.
Untuk tempat mobil sendiri, ada di bawah lantai satu. Setiap apartemen memiliki jatah ruang untuk tempat parkir mobil dan sepeda masing-masing satu. Bagi yang memiliki dua mobil maka mereka harus menyewanya. Sementara untuk parkiran pengunjung pun berada di luar area, ada banyak cctv juga jadi tak perlu khawatir jika terjadi sesuatu.
Ada juga yang mengendarai sepedanya.
Kemarin saat pertama kali datang ke sini, ia melihat banyak yang sedang main bola atau pun basket, karena memang fasilitas untuk olahraga juga tersedia.
Tapi sepertinya gadis itu tak terlihat tertarik. Ia lebih suka berada dalam rumahnya. Membaca buku, memerhatikan orang-orang dari balkon. Dan sedikit menonton kadang-kadang.
Tidak sampai lima menit ia berhasil menemukan super market terdekat.