Malam ini, mereka semua memutuskan untuk menginap di rumah Fania, sebenarnya itu adalah usul Andra.
Andra ingin menemani Fania, dan rasanya akan lebih menyenangkan jika banyak orang yang menemaninya juga.
Mereka setuju saja dengan itu, lagian sudah lama juga mereka tidak menginap di rumah Fania.
Kebersamaan ini terasa berbeda, Fania lebih banyak diamnya dari pada bicaranya, mungkin Fania masih saja memikirkan penyakitnya itu.
Tapi mereka tidak peduli dengan itu, mereka terus berusaha mengajak Fania bahagia, tidak ada perbincangan serius antara mereka berdua, semua hanyalah lelucon untuk membuat keadaan seriang mungkin.
"Heboh ya kalian"
Ucap Gina seraya menyajikan banyak makanan dan minuman, semua kompak bersorak.
Waktu kebersamaan mereka akan terasa semakin menyenangkan setelah ada suguhan ini, mereka memang suka sekali makan, jadi kalau ada makanan pasti akan selalu ribut.
"Terimakasih tante"
"Sama-sama, silahkan ya"
"Tante gak gabung saja disini ?"
"Tidak usah, tante harus temani om"
Mereka mengangguk kompak, benar juga Gina memang harus menemani Hendra disana, biarkan saja Fania bersama mereka karena mereka akan menjaga dan menemani Fania sampai terlelap nanti.
"Fan, gue makan ya"
Fania mengangguk, silahkan saja bukankah itu memang disiapkan untuk mereka saat ini.
Wulan melahap makanannya, jujur saja Wulan telah menunggu makanan ini sejak tadi, dan sekarang telah ada mana mungkin jika Wulan
sia-siakan hidangan itu.
"Enak gak ?"
"Enak loh, ayo makan, ini pasti bikinan tante sendiri, dia kan suka bangrt bikin-bikin cemilan kaya gini"
Fania tersenyum dan mengangguk, tentu saja mamahnya itu memang serba bisa.
"Fania, Farhan gak kesini ?"
"Gak tahu, gue aja gak tahu kalian mau datang"
Jawab Fania untuk pertanyaan Raka, dan itu memang benar, mungkin pertanyaan itu harus ditujukan pada Andra saja.
Karena Andra yang mengusulkan untuk tidur di rumah Fania, dan mungkin Andra memang tidak mengajak Farhan untuk ikut gabung malam ini.
"Biarkan saja, Farhan sedang sibuk dengan outlet martabaknya itu, jadi jangan mengganggunya sekarang"
"Lo aja kali yang masih keberatan sama hubungan Farhan dan Fania"
Ucap Radit, Andra mengernyit dan menggeleng tanpa mengatakan apa pun.
Fania hanya tersenyum, entahlah seperti apa perasaan Andra sekarang mengenai hubungan Fania dan Farha.
Andra memang pernah mengatakan kalau Fania harus bersama kebahagiannya, dan Andra setuju kalau memang Fania bersama Andra asalkan Fania bisa tetap bahagia, dan tentunya semangat menjalani kesehariannya.
Jujur Fania memang senang dengan keputusan Andra, tapi disisi lainnya Fania juga enggan bersama Farhan jika pada akhirnya nanti Fania juga akan meninggalkan Farhan.
"Lo kalau mau dia kesini, ya ditelepon saja kan lo punya kontaknya pasti"
Fania menganggu menjawab Andra, itu tidak perlu karena Fania juga tidak menginginkan itu.
Dengan adanya mereka saja sudah cukup membuat Fania senang, jadi rasanya untuk saat ini tidak ada Farhan pun tidak jadi masalah.
"Fan, besok jalan yuk"
"Jalan kemana, jangan macam-macam lo"
Andra lebih dulu menjawab ajakan Anngi, Andra tidak ingin Fania pergi jauh-jauh, itu akan membuatnya lelah.
"Lo kenapa sih, jalan kemana .... ya kemana aja biasa kita jalan kemana, aneh banget"
"Jangan jauh-jauh, Fania belum boleh kelelahan sekarang"
"Ya enggaklah, kan lerginya juga naik mobil gak jalan kaki"
"Tahu nih ngeselin banget, kenapa sih lo"
"Lo yang kenapa"
"Diam, kenapa sih malah ribut, gue mau jalan besok lo gak boleh larang gue"
"Besok gue kerja Fan, gue gak bisa jaga lo"
"Apaan sih, memangnya aku bocah, udah lo kerja ya kerja aja, gue kan pergi sama mereka gak cuma sendiri"
"Tahu, ribet banget hidup lo"
Andra menghembuskan nafasnya pasrah, terserah saja tapi kalau sampai ada apa-apa dengan Fania, mereka akan merasakan akibatnya.
"Jadi besok kita kemana ?"
"Lo maunya kemana, gue ikut lo aja deh soalnya gue juga gak ada tujuan sebenarnya"
Fania megernyit, kalau tidak ada tujuan lalu untuk apa mengajak Fania jalan.
"Kita ke outletnya Farhan saja, kita bisa makan banyak disana"
"Sakit gigi lo baru tahu"
Ucap Anggi seraya menepuk pipi Wulan, itu membuat Wulan tersenyum sendiri.
Giginya memang kerap terganggu jika makan yang manis terlalu banyak, dan tentu saja mereka mengetahui hal itu
"Boleh ajak Farhan gak ?"
Tanya Gilang, Fania mengangguk pasti, silahkan saja itu hak mereka.
Fania tidak akan melarangnya, karena itu juga bisa menjadi salah satu kebahagiaan Fania.
Farhan pasti akan menjaganya selama diluar nanti, dan Andra bisa tenang dengan pekerjaannya di Kantor jika tahu kalau Fania bersama Farhan.
"Gue dengar dari Farhan, katanya kemarin lo hilang Fan ?"
Fania tak menjawab, Fania ingat jika dirinya telah meninggalkan Farhan di rumah sakit, dan Fania tidak lagi menemuinya sampai detik ini, Fania juga tidak menghubunginya sama sekali.
"Fania gak hilang, dia ada di rumah, memang menyabalkan kebiasaan bersembunyinya masih saja ada"
Jelas Andra, Fania masih saja membuat Andra panik dengan tingkahnya itu.
"Lo kenapa, marahan sama Farhan ?"
"Enggak, gak mau aja gue dekat sama dia kemarin"
"Kenapa ?"
"Ya buat apa, esok lusa kan gue pergi juga dan Farhan gak akan bisa lihat gue lagi, jadi biar Farhan belajar dari sekarang untuk terbiasa tanpa gue"
"Sekali lagi lo ngomong gitu Fan, gue bunuh duluan s Farhan"
Fania mengernyit kenapa jadi seperti itu kalimat Andra, bagaimana mungkin Andra melakukan itu, bukankah dia masih memiliki hati nurani.
"Lo bisa gak sih gak usah ngomong hal itu terus, lo harus bangkit Fan jangan lemah"
"Lo cuma pintar ngomong doang, lo gak ngerti perasaan gue, jadi mending lo aja yang diam"
"Ih udah kenapa sih, kalian jangan debat sepert itu, berisik tahu gak sakit nih kuping dengarnya juga"
Ucap anggi menengahi Andra dan Fania, kesal sekali Andra dengan mulut Fania itu.
Mereka semua sedang berusaha untuk kesehatan Fania, tapi Fania sendiri yang membuat kekuatannya itu hilang.
Fania lemah karena pemikirannya sendiri, harusnya Fania ikut semangat karena telah mereka semangati, bukan malah menjatuhkan semangatnya sendiri.
"Mending lo berdua makan deh dari pada ribut kaya gitu"
Ucap Raka seraya melahap makanan ditangannya, Andra dan Fania mendelik bersamaan, mereka kesal satu sama lain.
Andra selalu ingin Fania sembuh total, dan harusnya Fania juga semangat mengejar kesehatanya itu.
"Udah ayo makan makan ah, nanti habis makan kita berbincang lagi, sambil makan kita sambil fikirkan apa yang akan kita bahas"
"Gue juga heran, Andra jadi aneh sekarang sulit dimengerti, segala sesuatu harus selalu sesuai keinginannya saja."
Andra hanya menggeleng tanpa berkata apa pun.