"Bagaimana ?"
Fania mengangkat kedua alisnya, jelas saja ternyata Fania lupa untuk menanyakan dokternya ada atau tidak dan juga menanyakan jam kontrolnya.
"Kenapa ?"
"Aku lupa, belum tanya itu sama Mamah"
"Eemmm .... "
Farhan menatap Fania dengan gemas, bagaimana bisa dia lupa dengan semua itu, padahal Fania tahu jika Farhan tidak mengeti tentang hal itu.
"Kita tanya susternya saja ya"
"Baiklah"
Farhan melihat sekitar mencari sosok suster, Fania melangkah duduk untuk menghilangkan pegal dikakinya.
Farhan melirik Fania dan kemudian melangkah pergi meninggalkannya untuk mencari suster.
"Malah pergi, gimana sih"
Fania memijat-mijat kedua kakinya sambil melihat-lihat sekitar, Fania sangat bosan datang ke rumah sakit itu.
Ingin sekali penyakitnya cepat hilang dan Fania tak perlu lagi mendatangi rumah sakit itu, dan Fania juga bisa bebas lagi menjalani hari-harinya.
"Ayo Fan, kamu bisa langsung masuk, katanya dokternya lagi gak ada pasien"
Fania mendelik mendengar ucapan Farhan, kalau gak ada pasien kenapa dokternya gak mau di suruh datang ke rumah.
"Malah diam, ayo cepat"
"Sebentar, kaki aku pegal"
"Pegal, kasian sekali"
Ucap Farhan meledek, Fania mengernyit membuat Farhan tersenyum geli.
Farhan tak ingin lagi berkata-kata, tanpa permisi Farhan menggendong Fania untuk membawanya ke ruang dokter.
"Apa sih, aku bisa jalan kali"
"Kan kamu bilang kakinya pegal"
"Ya maksudnya tunggu sebentar"
Fania tersenyum saat setiap mata melihat kearahnya, Fania tak peduli dengan itu karena Fania menyukai keadaan itu.
Menyukai saat berada dipangkuan Farhan.
"Ok kita sudah sampai"
Farhan menurunkan Fania didepan pintu ruangan dokter, Fania tersenyum dan merapikan baju juga rambutnya.
"Siap ?"
"Tentu saja"
Farhan mengangguk dan mengetuk pintu dihadapannya, setelah mendapat jawaban dari dalam, Farhan membuka pintunya dan membawa Fania masuk.
"Fania, ayo silahkan duduk"
"ayo duduk"
Farhan menarik kursi dan Fania pun duduk disana sedangkan Farhan berdiri dibelakang sambil memegang sandaran kursi Fania.
"Bagaimana keadaannya sekarang, lebih membaik ?"
"Iya, sekarang gak pernah sakit lagi"
Dokter mengangguk, itu memang jawaban yang diharapkannya dengan begitu pengobatannya pun akan lebih mudah dilakukan.
"Tapi, apa bisa saya berhenti minum obat ?"
"Berhenti total tidak bisa, paling hanya bisa dijarak saja waktunya jadi tidak harus setiap hari atau sehari berkali-kali"
"Tapi saya maunya berhenti total"
"Obat bisa dihentikan total jika memang penyakitnya sudah sembuh total, maaf Fania ini bukan penyakit biasa dan kita tidak boleh menganggapnya sepele"
Fania mendelik tak peduli, jawaban dokter bukan yang diharapkannya dan jelas jika selesai periksa nanti Fania masih harus konsumsi obat-obatan yang memuakan.
"Gak apa-apa Fania, biar kamu juga cepat sembuh"
Farhan mengusap pundak Fania, menyemangati apa yang menjadi kelemahan Fania saat ini.
"Baiklah kalau gitu, mari kita periksa dulu supaya kita bisa tahu perkembangan pengobatannya"
Dokter bangkit dan melangkah lebih dulu meninggalkan Fania dan Farhan, Fania melirik Farhan yang tersenyum menatapnya.
"Ayo sana, ikut sama dokter biar cepat selesai dan cepat ke pantai, kita akan senang-senang disana"
Fania menghembuskan nafasnya pasrah, pemeriksaan yang berlangsung cukup memakan waktu itu harus kembali dijalani Fania kali ini.
"Ayo sana"
"Hemmmm, iya"
Fania bangkit dan berlalu meninggalkan Farhan untuk menyusul dokter yang telah pergi sejak tadi, Farhan duduk dan menungguk waktu Fania pemeriksaan.
"Kamu pasti sembuh Fan, aku yakin dan aku harap kamu juga bisa yakin dengan kesembuhan kamu"
(Drrrtttttt) ponsel di saku Farhan tiba-tiba saja bergetar, Farhan merogohnya dan melihat ada panggilan masuk dari Andra.
Farhan paham dengan itu karena Andra pasti tahu jika hari ini jadwal kontrol Fania.
"Lo memang terbaik Dra"
Farhan menggeser simbol jawab dilayarnya tanpa berfikir lagi soal apa pun.
"Hallo Dra, kenapa ?"
"Fania sama lo ?"
"Iya, kita lagi di rumah sakit, Fania lagi pemeriksaan didalam"
"Syukurlah kalau lo yang antar"
"Lo gak antar Fania ?"
"Gak bisa, kerjaan gue banyak"
"Ya sudah, lo fokus saja sama kerjaan, Fania aman sama gue"
"Nanti kabarin gue ya kalau hasilnya sudah keluar"
"Beres"
"Ok, thank"
Farhan tersenyum saat tahu sambungannya diputus oleh Andra, Farhan tak lagi bermasalah dengan segala perhatian Andra karena Andra juga sudah tak lagi ikut campur dengan hubungannya bersama Fania.
Farhan terdiam menantikan selesai pemeriksaan Fania, sudah melewati banyak menit tapi Fania belum juga selesai.
Farhan mulai gelisah dengan hasilnya nanti, bagaimana jika saja kondisi Fania tidak ada perubahan seperti apa yang dikatakan Fania.
Merasa pemeriksaan tidak juga selesai, ingin sekali Farhan menyusul keduanya agar bisa cepat mengetahui keadaan Fania.
Farhan bangkit dari duduknya dan melangkah bolak-balik karena tak bisa menutupi kegelisahannya, ini pertama kalinya Farhan ikut jadwal kontrol Fania, sehingga Farhan tak sabar untuk tahu hasilnya.
"Pelan-pelan, dan silahkan duduk"
Farhan segera membantu Fania berjalan dan duduk, Farhan turut diam disamping Fania, meneliti keadaan Fania yang memang terlihat baik-baik saja.
"maaf Fania, keadaan kamu memang terlihat membaik, tapi hal itu tidak bisa membuat kamu berhenti untuk minum obat"
Fania mengangkat kedua alisnya, sebenarnya itu bukan kabar yang Fania inginkan.
"Memangnya kenapa dok ?"
"Iya soalnya Fania memang harus tetap meminum obatnya, karena hasil yang terlihat juga cuma beberapa persen saja, dan itu belum sampai 40%, jadi Fania harus tetap dengan konsumsi obatnya"
Farhan memejamkan matanya sesaat, Fania pasti sedih dengan apa yang didengarnya.
Tapi mungkin itu adalah yang terbaik untuk hidup Fania, dan mau tak mau juga Fania harus menurutinya.
"Ya sudahlah Fan, gak apa-apa, kita lihat satu bulan lagi ya, siapa tahu kamu langsung sembuh"
Fania tak mejawab kalimat Farhan, Fania sudah merasa putus asa dengan semuanya.
Mungkin memang benar hidupnya cuma sebentar lagi, karena setelah meminum obat yang diharuskan juga Fania tidak mendapat hasil apa-apa.
"Baiklah, ini resepnya, langsung ditebus ya"
"Baik dok, makasih"
"Tetap banyak istirahat, dan harus tenang ya Fania"
"Siapa orang di dunia ini yang bisa tenang kalau tahu hidupnya gak akan lama lagi"
Fania berlalu begitu saja, tak peduli dengan ekspresi yang ditunjukan Farhan dan Dokternya.
"Maaf dok mungkin Fania kecewa dengan hasilnya, kalau gitu saya permisi"
"Iya silahkan, dijaga baik-baik, Fania harus tetap semangat karena tidak ada yang tahu mungkin dengan semangatnya Fania akan cepat sembuh"
"Baik dok, kami akan berusaha"
Farhan pun berlalu menyusul Fania dengan resep obat ditangannya, Farhan mencari sosok Fania yang pergi entah kemana.
Kekhawatiran Farhan kini kembali, Farhan takut jika saja Fania akan melakukan hal diluar dugaannya.
Farhan yakin kalau hasil periksaannya kali ini,tidak membuatnya bahagia, karena tidak sesuai dengan harapannya.