Chereads / Rumitnya Cinta / Chapter 27 - Biarkan Saja

Chapter 27 - Biarkan Saja

"Pertemuan berikutnya dengan saya, kalian harus kumpulkan makalah tentang apa yang telah kita bahas, jangan ada yang terlambat."

Tegas Dosen pada mereka semua, sebagian dari mereka ada yang mengeluh dengan permintaan Dosennya itu.

Tapi banyak juga yang setuju bahkan bersikap santai dengan apa yang jadi tuntutan Dosen, termasuk Yasmin dan Cessillya pun tampak biasa saja dengan tugas itu.

Dosen lantas pergi meninggalkan kelas, karena jamnya juga telah selesai, dan mereka sudah mendapatkan tugas darinya.

"Bareng yuk kerjakan tugasnya."

Ucap Devan, Yasmin menoleh dan mengangguk setuju.

Devan juga mengajak Cessillya untuk gabung, dan tentu saja Cessillya juga menyetujuinya.

"Kapan ?"

"Terserahlah, kamu maunya kapan, kan pertemuannya juga masih tiga hari lagi."

"Hari ini saja langsung, biar cepar selesai dan cepat santai juga."

"Malam ya, siang kan aku harus urus warung."

"Gak masalah, di rumah siapa ?"

"Di rumah aku saja."

Devan dan Cessillya mengangguk setuju, tentu saja Devan memang ingin sekalian tahu dimana rumah Yasmin.

Karena Devan hanya tahu warung Cessillya saja.

"Yas, malam aku chat kamu kenapa gak dibalas sih ?"

Yasmin menoleh dan menggeleng, memang benar Devan mengirimnya pesan.

Tapi Yasmin tidak membalasnya, karena Yasmin memilih sibuk dengan ibunya saja.

"Ada apa memangnya ?"

"Gak ada sih, aku suntuk aja."

"Kenapa gak chat aku ?"

"Ngapain juga, aku kan biasa chat sama Yasmin."

Devan mengangguk, ya memang seperti itu.

Cessillya memang tak pernah chat Devan, kecuali kalau Devan yang chat duluan baru Cessillya akan membalasnya.

"Ke Kantin yuk."

"Sekarang ?"

"Iyalah."

"Malas ah, aku gak lapar sih."

"Elaaah, biar aku ada teman kali, kalian kan sekarang teman ku"

"Masa ?"

Devan mengernyit, membuat Yasmin dan Cessillya sedikit tertawa.

Devan menggeleng, memang menyebalkan mereka berdua, selalu saja seperti itu pada Devan.

"Sisi."

Cessillya menoleh ketika namanya disebut.

"Apa ?"

"Kamu di panggil pak Wahyu, suruh ke ruangannya sekarang."

"Untuk apa ?"

"Tidak tahu, pergi saja sekarang."

Cessillya melirik Devan, untuk apa papahnya memanggil Cessillya sekarang.

"Kenapa .... pergi sana."

"Tumben manggil-manggil."

"Mau jodohin kamu sama Devan."

Ucap Yasmin polos, Cessillya seketika mencubit tangan Yasmin, tapi justru hal itu membuat Yasmin tertawa.

"Udah sana samperin, pasti penting makanya manggil."

"Iya ah."

Cessillya bangkit dan berlalu meninggalkan keduanya, Yasmin juga bertanya pada Devan kalau saja mungkin Devan tahu alasannya.

"Aku juga tidak tahu."

"Bohong pasti."

"Kok bohong sih, kamu ikuti saja sana."

Yasmin tersenyum dan menggangguk, sudahlah lagian Cessillya juga tidak bertingkah apa pun di Kampus.

"ke Kantin yuk ah, panas nih disini."

"Kok panas sih"

"Panaslah, diawasi terus dari tadi."

Yasmin mengernyit dan melirik Kevin disana, pasti itu yang dimaksud Devan, karena memang Kevin sedang melihat kearah mereka.

"Biarlah, suka-suka dia, mata dia sendiri."

"Ya kaya gak ada yang lain aja yang bisa dilihat."

Yasmin tersenyum lantas bangkit, mengajak Devan untuk ke Kantin sesuai dengan ajakan Devan sebelumnya.

Yasmin juga tidak ingin terus diperhatikan seperti itu, bukankah Kevin tidak mau lagi berurusan dengan Yasmin, lalu untuk apa seperti itu terus.

Keduanya turut berlalu meninggalkan kelas, mereka akan kembali jika memang Cessillya juga sudah kembali.

Kevin memejamkan matanya sesaat, Kevin ingat dengan kata-kata Yasmin tentang dirinya yang menyayangi Kevin.

"Lo kenapa lagi Vin ?"

Kevin menoleh dan menggeleng, mereka mungkin saja tahu alasannya, hanya mereka juga harus mengerti Kevin.

"Biar sajalah, mungkin dia lagi betah sama anak baru itu, nanti juga balik ke lo lagi pasti"

Kevin terdiam tak berniat menjawab Zian, bagaimana Yasmin bisa kembali jika Devan terus saja seperti itu.

Mereka terus saja bersama dari masuk Kampus, saat sedang di kelas dan di luar kelas, bahkan saat pulang Kampus pun mereka bersama.

Bagaimana bisa Yasmin balik ke Kevin lagi, Kevin juga sudah malas harus terus mengejar Yasmin, sedangkan Yasmin malah asyik dengan Devan dan Devan lagi.

Ungkapan sayangnya mungkin saja hanya omong kosong, hanya supaya Kevin bisa tenang saat itu.

Yasmin tidak berniat membuktikan ucapannya sendiri, karena hanya saat itu saja Yasmin mengatakan rasa sayangnya, dan sekarang mungkin Yasmin sudah melupakannya.

"Rumah gue kosong malam ini."

Ucap Geovani, semua tampak melirik ke arahnya.

"Gue ada satu sih cewek baru, lumayan."

Geovani berdecak mendengar ucapan Zian, otaknya terlalu kotor.

"Kenapa lo, keberatan ?"

"Iyalah, rumah gue lo jadiin tempat gitu mulu."

"Ya makanya gak usah info rumah kosong, lo sendiri yang info .... ya jelas gue manfaatkan."

Lelaki yang lainnya tampak tersenyum dan menggeleng, Zian adalah satu-satunya diantara mereka yang memang gila.

Zian selalu membawa wanita berbeda untuk bisa bermain dengannya, dan rumah Geovani adalah selalu jadi pilihannya.

"Lo udah ada calon kan, ngapain sih masih main-mainin cewek aja."

"Bedalah yang disimpan itu yang baik, gue puas-puasin dulu sekarang, sebelum nanti kekunci gak bisa kemana-mana."

"Parah memang ya."

"Biarkan saja, tidak masalah selagi wanitanya juga mau."

Ucap Radit, Zian langsung menepuk pundak Radit, satu temannya itu memang selalu mendukung Zian.

"Lo sama Zian kan sama aja mesumnya."

"Enak aja lo, gue cuma jadi saksi, itu juga sekali-sekali kalau memang gue lagi penasaran aja."

"Si Radit kalau udah penasaran pasti ngikut juga tuh."

"Sembarangan aja, gue gak sekotor itu ya, si Zian aja itu."

"Apaan lo, muanfik, lo juga kadang ikut kali colek-colek."

Radit menjitak kepala Zian, kenapa seperti itu mulutnya, sembarangan sekali bicaranya.

"Udahlah, kalian sama aja."

Sela Cleo, Zian dan Radit meliriknya bersamaan.

"Lo mau, si Radit pasti mau sama lo."

Radit tersenyum dan kembali menjitak Zian, kenapa jadi serba Radit sekarang.

Bagaimana bisa dengan Cleo, wanita itu tidak perlu susah-susah dirayu, dia akan menawarkan dirinya sendiri.

Kevin tampak terdiam menatap Cleo, Kevin tahu jika Cleo menyukai dirinya, tapi sayang Kevin tidak bisa membalasnya.

"Enggak dong, Cleo kan maunya sama Kevin."

"Tepat sekali."

Ucap Satria seraya menggebrak meja, mereka disana tampak meliriknya sekilas.

Memang selalu seperti itu gerombolan Leon selalu saja berisik.

Kevin tak melepas tatapannya meski Cleo telah menyadari hal itu, ada sesuatu hal yang tiba-tiba masuk ke fikirannya.

Mereka saling sikut dan meminta melirik Kevin sekarang, tak ada ekspresi apa pun.

Kevin hanya diam menatap Cleo.

Leon mulai berfikir kalau mungkin Kevin mulai memikirkan hal lain tentang Cleo yang menyukainya.

"Tatap terus, lumayan cantik juga"

Ucap Radit, tapi tak berpengaruh apa pun pada Kevin.

Cleo jadi berfikir, Kevin sekarang sedang menatapnya atau hanya sedang melamun saja, memikirkan tentang gadis kampung itu.