Chereads / Rumitnya Cinta / Chapter 24 - Apakah Benar Rindu ?

Chapter 24 - Apakah Benar Rindu ?

Langit malam ini begitu gelap, tak ada bulan atau pun bintang.

Yasmin memutuskan untuk menginap di rumah Cessillya, di tengah kebersamaan Yasmin dan Cessillya datang tamu yang memang tak di undang.

Leon, dia datang ke rumah Cessillya, kali pertama Leon kembali datang setelah malam dulu.

Entah apa tujuan kedatangannya, tapi Leon memang ada dihadapan mereka sekarang ini.

"Kalian ngobrol aja, aku mau keluar dulu ya."

"Kemana Yas ?"

"Diteras, gak kemana-mana kok."

Yasmin berlalu meninggalkan keduanya, Leon dan Cessillya menggeleng lantas duduk dan mengobrol berdua.

Yasmin duduk diteras luar, menatap gelapnya langit malam ini.

Jauh sejak kejadian di toilet itu terlewat, 1 hari, 1 minggu dan sampai 1 bulan.

Kevin tak pernah lagi peduli dengan Yasmin, sikapnya berubah total, kasar pada orang yang ditemuinya dan Kevin terlihat enggan berurusan lagi dengan Yasmin.

Yasmin sedih, sepi, ada rasa kehilangan setelah Kevin mengabaikannya.

Dulu setiap hari ada saja cara Kevin untuk bisa menganggunya tapi sekarang tingkah menjengkelkannya tak lagi ada.

Yasmin kehilangan, entah kehikangan untuk artian apa, yang jelas Yasmin merasa ada yang kurang setelah Kevin berubah seperti itu.

Gelapnya langit seolah menggambarkan setiap kenangan Yasmin dan Kevin, saat manis, saat jahil, saat-saat menjengkelkan sampai saat menyedihkan bahkan menyakitkan.

Pelukan dan kecupan itu, pertengkaran dan bahkan tampatan itu.

Apa Yasmin merindukan Kevin, kenapa rasa itu harus terlambat menghampiri, kini Kevin tak lagi peduli dengannya.

Melupakan kebersamaan mereka, dan mengacuhkan setiap pertemuan mereka disetiap harinya.

Kini yang antara mereka herdua seolah hanya sebatas kebencian saja.

"Aku rindu."

Kalimat Yasmin terdengar bersamaan jauh ditempat sana.

"Aku rindu."

Kevin menatap langit gelap yang seolah mengerti dengan keadaan hatinya saat ini.

Kevin memutar-mutar ponsel ditangannya, setiap malam ingin sekali Kevin menghubungi Yasmin dan berharap Yasmin akan menghubunginya lebih dulu.

Tapi nihil, setiap dering panggilan yang masuk itu bukanlah panggilan yang diharapkan.

"Kevin."

Kevin menoleh dan tersenyum melihat Siska datang, Siska adalah ibu Kevin yang selalu mengerti dengan keadaan dan perasaan Kevin.

"Kamu belum istirahat ?"

"masih sore Mah."

"Kenapa lagi, kamu udah terlalu lama seperti ini, Mamah takut loh Vin."

Kevin terdiam, tak ada kalimat yang ingin Kevin ucapkan pada Siska.

"Kenapa, kamu gak pernah seperti ini sebelumnya, ada masalah apa ?"

"Gak ada Mah."

"Terus kenapa kamu selalu terlihat bingung, sedih, gelisah tiap malam seperti sekarang."

Kevin tersenyum dan meminta Siska untuk duduk dikasur, balkon kamar Kevin memang disediakan kasur santai sehingga Kevin bisa nyaman berada disana.

Kevin berbaring dipangkuan Siska, selama ini memang cuma Siska yang benar-benar bisa mengerti dirinya.

"Kenapa sayang, kamu laki-laki, gak boleh seperti ini."

"Aku cuma cape Mah."

"Cape kenapa, mikirin perempuan."

Kevin mengernyit dan melirik Siska yang tersenyum padanya.

"Siapa .... yang mana orangnya, gak dikenalkan sama Mamah, Papah ?"

"Dia berbeda Mah, dia bukan orang seperti kita, dia orang biasa, apa mungkin kalian setuju ?"

"Berbeda dengan kita gimana, dia perempuan kan, cantik pasti makanya kamu suka."

"Iya tapi dia ...."

"Bukan orang kaya."

Kevin mengangguk mengiyakan ucapan Siska, Siska tersenyum dan mengusap lembut kepala Kevin.

"Sejak kapan Mamah, Papah membedakan orang dengan kekayaannya ?"

"Iya tapi kan ...."

"Kamu anak satu-satunya yang Kami punya, kami akan memberikan apa pun yang bisa membuat kamu bahagia, termasuk juga pasangan hidup, siapa pun dia mau seperti apa keadaan keluarganya, yang penting baik buat kamu kenapa harus ditolak, Mamah yakin kamu gak akan sembarang memilih."

Kevin tersenyum bangga pada ibunya, Kevin senang dengan semuanya.

terlahir dari keluarga kaya tapi gak pernah memandang beda kalangan bawah, itulah yang berusaha Kevin contoh dan terapkan dalam kehidupan pribadinya.

Jika Kevin kini berada dalam ketenangan bersama Siksa, Yasmin juga merasa sedikit tenang bersama Cessillya.

Leon juga masih berada disana, entah apa yang telah mereka bicarakan di dalam sana, tapi saat keluar .... mereka jadi terlihat sangat dekat.

"Udahlah Yas, kamu ajak bicara duluan siapa tahu aja Kevin juga nunggu hal itu."

"Benar tuh, gak usah gengsi, dari pada seperti ini terus gak jelas."

"Gak gengsi, kalau dianya juga gak mau ya harus gimana."

Cessillya melirik Leon yang melirik kearahnya, Cessillya mengangkat sebelah alisnya seolah memberikan isyarat pada Leon.

"Gimana Yas, kalau lo coba dekati Kevin lagi, dengan cara lo aja, buat Kevin tahu kalau lo ingin memperbaiki hubungan sama dia."

"Gimana ?"

"Ya gimana aja, terserah lo yang penting Kevin bisa balik merhatiin lo."

Yasmin terdiam tak menjawab apa pun untuk kalimat Leon.

"Lo suka sama Kevin, sampai segalau ini lama gak bareng."

"Kamu juga suka kan sama Sisi, buktinya sekarang kamu lebih milih menemui Sisi dari pada sama Geovani."

Cessillya melirik Leon yang memalingkan pandangannya, Cessillya tersenyum bangga.

Jika itu benar maka hebatlah Cessillya, gadis yang dianggap cupu dan kampungan bisa menarik hati lelaki seperti Leon.

"Gak bisa ngomong kan ?"

"Udahlah, gak usah ribut."

Cessillya menengahi, mereka akhirnya membicarakan topik lain untuk mengalihkan kegalauan Yasmin dan juga kesalah tingkahan Leon.

Mereka mengobrol sambil menikmati teh hangat dan beberapa cemilan, malam sedikit berwarna saat ini bagi Yasmin dan Kevin.

Mereka sama-sama ditemani oleh orang yang memang sangat menyayangi mereka yaitu Cessillya dan Siska.

Siska meninggalkan putra kesayangannya yang mengatakan jika dirinya akan beristirahat, setelah merasa puas bercerita, Kevin memutuskan untuk tidur, agar bisa menjalani hari esok dengan semangat penuh.

"Ya udah, aku pulang dulu."

Ucap Leon berpamitan pada Yasmin dan Cessillya, kedua mengangguk bersamaan.

"Hati-hatinya, sampai ketemu besok."

"Ok, selamat beristirahat, perhatikan orang didekat kamu itu nanti dia melamun semalaman."

Yasmin mengernyit mendengar ucapan leon, tanpa berkata apa pun Yasmin berlalu begitu saja memasuki rumah meninggalkan Cessillya dan Leon.

"Udah sana ah."

"Kenapa di usir sih."

"gak diusir, ini kan udah malam kamu mau pulang jam berapa memangnya ?"

"Aku mau menginap kalau boleh."

"Enak aja, yang ada nanti diusir warga tahu."

"Digrebek, biarin aja biar dinikahin."

Cessillya tersenyum dan menggeleng, aneh memang dengan semua ketiba-tibaan yang sedang terjadi ini.

Cessillya tak pernah tahu jika Leon akan datang, dan Cessillya juga masih yakin kalau Leon memang baik, terlepas dari Geovani dan mereka semua.

"Udah, besok kan bisa kesini lagi."

"Boleh ?"

"Boleh, kalau aku gak disini berarti di warung, kamu kesana."

"Ok."

Leon berlalu dengan melambaikan tangan, Cessillya membalasnya dan setelah kepergian Leon, Cessillya melangkah masuk menyusul Yasmin.

Cessillya akan kembali menjalani hari esok dengan tenang dan semangat.