Malam semakin larut, berulangkali jam dinding besar milik pak Haji berdentang nyaring memecah kesunyian. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
Sebagian warga masih berkumpul menemani bapak dan paman di teras rumah mbok Alis. Sedangkan yang lainnya menyebar. Ada yang berjaga di pos ronda, ada yang berjalan menelusuri setiap jalan setapak yang ada di desa itu. Namun, mereka belum juga menemukan titik terang dimanakah keberadaanku.
Hingga akhirnya, keheningan dipecah oleh teriakan ibu.
"Ana!" teriak ibu.
Mbok Alis yang sempat ketiduran di samping ibu sampai terlonjak karena terkejut.
"Mbak, sabar ya Mbak. Sebentar lagi Ana pasti ketemu," ujar mbok Alis menenangkan ibu.
"Ana Lis," ratap ibu, lalu air matanya kembali tumpah.
Mbok Alis mendekat dan segera memeluk ibu, "Iya Mbak, pasti sebentar lagi Ana pulang. Ana anak yang cerdas Mbak, dia tidak akan pernah tersesat atau lupa jalan pulang," tukas mbok Alis.