Cincin itu telah dilempar ibu ke dalam jurang.
"Ibu sudah bilang, jangan percaya pada hal-hal seperti itu! syirik An, kenapa kamu kamu masih bandel juga?!" hardik ibu.
kutundukan pandanganku karena takut pada ibu.
"Nenek yang kasih," lirihku.
"Nenek? siapa An? apa kamu lupa kalau Nenek sudah meninggal?" sahut ibu.
"Iya, Nenek datang lewat mimpi. Kasih Ana cincin itu, semalam," ucapku mencoba menjelaskan.
Tiba-tiba mbah Bejo muncul dari arah hutan, membelah kabut yang sangat tebal menyelimuti pepohonan besar di sekelilingnya.
"Assalamu'alaikum," ucapnya.
Kami semua tersentak kaget saat mbah Bejo tiba-tiba sudah berdiri di samping kami.
"Waalaikumsalam," jawab kami serentak saat sudah yakin kalau orang itu adalah mbah Bejo.
Mbah Bejo berjalan ke arah ibu, lalu berbicara setengah berbisik seakan tidak ingin yang lainnya ikut mendengar.
"Kamu tidak bisa menolaknya," ucap mbah Bejo memulai pembicaraan. "Dia sudah terpilih," ucapnya lagi.