Setelah kejadian yang kurang mengenakkan tadi, membuat Reno dan Arsyad menjadi sedikit canggung. Keduanya sama-sama ragu untuk berbicara, jadinya suasana hening karena tidak ada obrolan dari mereka berdua.
Sekarang Reno sedang berada di kamarnya, sedang tidur seorang diri sambil memeluk guling. Pikirannya melayang memikirkan Arsyad yang sudah membentaknya tadi, rasanya cukup sedih dan juga sakit setelah diperlakukan seperti itu.
Ia tau kalau Arsyad khawatir dengan kondisinya, namun apa harus sampai membentak seperti tadi? Bahkan orang tua Reno sendiri tidak pernah membentaknya sampai detik ini, kalau marah pun mereka tidak akan membentak layaknya Arsyad tadi. Entahlah, mungkin Reno hanya kaget karena ia tidak pernah dibentak seperti itu sebelumnya.
Clek...
Suara pintu kamar yang terbuka, membuat Reno buru-buru mengusap matanya yang berair. Ia yang sedang tidur membelakangi pintu, perlahan menengok untuk melihat siapa yang datang. Lalu ia kembali ke posisinya semula setelah mengetahui itu.
Pria yang datang dari pintu itu berjalan menghampiri Reno yang sedang tiduran di kasur, setelah itu ia mendudukkan bokongnya di tepi ranjang. Matanya menatap teduh ke remaja yang sedang memeluk guling.
"Ren..." ucap Arsyad lembut.
Panggilan dari Arsyad tidak berhasil membuat Reno menengok, yang ada panggilan itu malah membuat Reno semakin mengeratkan pelukannya ke guling. Pemandangan itu tentu membuat Arsyad merasa bersalah karena sudah membentak Reno tadi.
Secara perlahan Arsyad menaikkan kakinya, bersandar di kepala kasur dengan kaki yang lurus tepat di samping Reno. Tangannya meraih kepala remaja itu, lalu mengusapnya secara lembut. "Ren, maafin Abang. Maafin Abang karena udah bentak kamu tadi, Abang nggak maksud begitu" ucap Arsyad penuh penyesalan.
Lagi, semua ucapan Arsyad tidak ditanggapi oleh Reno. Arsyad menghela napas gusar, bingung harus bagaimana lagi. Tapi tangannya tetap mengelus lembut kepala adik kesayangannya itu.
Reno diam bukan tanpa alasan. Di lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya Reno sudah memaafkan Arsyad semenjak ia membentaknya tadi. Namun tetap saja ia masih ragu untuk berbicara, ia takut salah bicara karena takut Arsyad membentaknya lagi seperti tadi.
Clek...
Terdengar suara pintu kembali dibuka, membuat mereka berdua sontak menengok ke sumber suara. Di ambang pintu sudah ada pria gagah dengan jas putih panjang sambil membawa tas jinjing.
"Pada di sini ternyata, kirain nggak ada orang di rumah" ucap Bayu setelah melihat mereka berdua.
Melihat senyuman Bayu, membuat Reno ikut tersenyum juga. Dengan segera ia bangkit dari tidurnya, lalu berlari kecil menuju ke pria yang sedang berdiri di ambang pintu itu.
"Maaf Mas, aku lupa kalo Mas pulang jam segini" ucap Reno setelah salim kepada Bayu.
"Nggak apa-apa Ren, santai aja" sahut Bayu. Lalu ia menunduk sedikit dan mencium kening Reno untuk melepas rindunya kepada remaja itu.
Mereka berdua tersenyum, namun tidak dengan pria yang sedang memperhatikan mereka dari kasur.
Tatapan mata dan raut wajah Arsyad memperlihatkan ekspresi yang sulit diartikan, lagi-lagi ia merasa kurang suka melihat pemandangan ini. Terlebih ketika melihat Reno yang langsung tersenyum saat Bayu datang, membuat hatinya sedikit tergores karena itu.
"Mas? Em, a-anu, boleh aku ngobrol sama Mas?" tanya Reno tiba-tiba.
Alis Bayu naik sebelah, menatap bingung ke arah Reno. "Tumben?" heran Bayu, lalu ia kembali tersenyum. "Kalau kamu ngobrol sama Mas ya boleh, masa iya Mas larang?"
Reno menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedikit malu mendengar jawaban dari Bayu. "Ta-tapi ngobrolnya di kamar Mas Bayu aja ya?" ucapnya penuh keraguan.
Mendengar ucapan Reno itu, membuat Bayu menaikkan lagi sebelah alisnya karena bingung. Ia merupakan seorang psikiater, yang tentu belajar tentang psikologi juga. Dari nada bicara dan gerak-gerik Reno, ia tau kalau ada sesuatu yang mengganggu remaja di hadapannya itu.
Secara spontan Bayu menoleh ke arah Arsyad yang kebetulan sedang melihat ke arahnya, membuat mereka saling berkontak mata. Ekspresi Arsyad membuat semuanya jelas, kalau di antara mereka berdua sedang ada sesuatu.
"Yaudah, ayo ngobrol di kamar Mas" sahut Bayu.
Reno mengangguk, setelah itu ia berjalan mengekor di belakang Bayu yang menarik tangannya. Mereka berdua meninggalkan Arsyad begitu saja seperti keberadaanya tidak pernah ada.
Arsyad menghela napas gusar, perasaannya semakin gelisah setelah mengetahui kalau Reno sedang menghindari dirinya. "Apa kamu semarah itu sama Abang, Ren?" ucap Arsyad dalam hatinya.
Sesampainya di kamar Bayu, Reno langsung duduk di tepi kasur sambil celingak-celinguk melihat seisi kamar. Kurang lebih luasnya sama, desain kamarnya pun mirip-mirip, hanya jenis ubin lantai yang membedakan.
Bayu mengunci pintu kamarnya, lalu berjalan menghampiri Reno yang duduk di tepi ranjang. Ia duduk tepat di samping Reno, membuat mereka berdua duduk berdampingan. Kemudian keduanya sama-sama menoleh, saling menatap satu sama lain.
"Mau ngobrol apa Ren?" Bayu tersenyum, bermaksud basa-basi terlebih dahulu.
"Em, a-anu Mas, hehe..." sahut Reno sambil menggaruk kepalanya, bingung ingin mengobrolkan apa.
Membuang napas gusar lalu menghembuskannya lagi, setelah itu Bayu menatap lekat ke remaja yang sedang gelisah itu. Ia berdiri, melepas jas yang dipakainya dan meletakkan koper yang masih dijinjingnya itu.
"Kamu sama Arsyad kenapa Ren? Ada masalah apa sampe kalian berantem?" tanya Bayu tanpa melihat ke Reno.
Yang bertanya tersenyum tipis, sementara yang ditanya langsung menganga karena kaget.
"Kamu nggak lupa kan kalau Mas ini psikiater? Psikiater belajar tentang psikologi juga Ren, jadi kamu nggak bisa bohongin Mas" jelas Bayu kepada Reno.
Setelah membereskan barang bawaan dan melepas seragamnya, kini Bayu duduk kembali di samping Reno hanya dengan memakai singlet dan juga celana di atas paha. Ia tersenyum kepada remaja di sebelahnya itu. "Kalau belum mau cerita juga nggak apa-apa, Mas nggak maksa. Tapi Mas saranin ya kamu cerita, nggak baik mendem unek-unek, bisa bikin sakit nantinya."
Sudah diketahui isi pikirannya, membuat Reno pasrah saja. Ia menghembuskan napasnya secara perlahan, lalu menatap Bayu sambil tersenyum tipis. "Nggak apa-apa sih Mas sebenernya, cuma agak canggung aja sama Bang Arsyad hehe."
"Kemarin malem main PS berdua kayaknya seru banget, sampe muka kamu celemotan. Kenapa sekarang jadi canggung?"
"Em, a-anu, tadi Bang Arsyad sempet marah aja ke aku. Jadinya aku diem, takut Bang Arsyad marah lagi." Reno memberikan senyum terpaksa sambil memperlihatkan deretan gigi rapihnya, karena sebenarnya ia sangat ragu untuk mengatakan hal itu.
Seketika saja Bayu berdiri, tangannya mengepal keras dan rahangnya ikut mengeras juga. "Biar Mas yang bilangin ke Arsyad" sahut Bayu dengan suara beratnya. Lalu ia melangkahkan kakinya.
"Eh Mas...!" panik Reno, buru-buru ia menahan tangan Bayu agar tidak terjadi kesalahpahaman. "A-aku nggak apa-apa kok. Ta-tadi Bang Arsyad marah karena nunggu aku lama di dalem sekolahnya, terus Bang Arsyad juga dikerubungin sama cewek-cewek di sekolahan aku. Mu-mungkin Bang Arsyad khawatir aja kok Mas, terus kesel juga karena cewek-cewek itu" jelas Reno secara singkat.
"Dia main tangan sama kamu?" tanya Bayu datar.
Reno menggelengkan kepalanya. "Cu-cuma sedikit ngebentak aja Mas. Tapi aku nggak apa-apa kok, kaget dikit aja hehe" jawab Reno berbohong. Kenyataannya Arsyad membentak Reno sangat keras, sampai ia kaget sekali dan bukan kaget sedikit. Ia tidak mau kalau Arsyad malah ribut dengan Bayu karena masalah sepele begini.
Akhirnya Bayu menghela napasnya, lalu memberikan senyuman hangatnya lagi kepada Reno. Kini ia yang menarik tangan Reno yang masih menggenggam tangannya, membuat tubuh remaja itu langsung berdiri dan mendekap tubuhnya.
"Yaudah, abis ini kita jalan-jalan sebentar. Mas mau nyari keperluan dulu, nanti sekalian beliin hp baru kamu" ucap Bayu sambil mengulas senyum.
Reno menganggukkan kepala, membalas dengan senyuman juga. "Iya Mas, aku siap-siap dulu."
~ ~ ~
Sebuah mobil sedan mewah sedang parkir salah satu parkiran mall yang biasanya menjadi tempat untuk kebutuhan elektronik. Empat penumpang yang berada di dalam mobil pun turun setelahnya, kemudian mereka berjalan masuk ke dalam mall tersebut. Kali ini mereka berempat sedang pergi ke mall sekedar untuk jalan-jalan, sekaligus membeli kebutuhan dan camilan untuk di rumah.
Di dalam mall tersebut, terlihat Reno berjalan beriringan dengan Danu. Sementara Bayu berjalan beriringan dengan Arsyad di belakang mereka berdua. Terlihat wajah Arsyad sedikit berkerut dan tidak menunjukkan kesenangan, entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Minta maaf sana, biar nggak cemberut lagi" tebak Bayu kepada Arsyad setelah melihat wajahnya yang murung.
Pandangan Arsyad yang tadinya lurus, menjadi menengok ke Bayu. Ia menaikkan sebelah alisnya karena sedikit bingung, namun ia tau apa maksud perkataan sahabatnya itu. "Udah, tapi ya gitu" sahut Arsyad seadanya.
"Dari dulu, kalo berantem sehebat apapun sama saya atau Danu, kamu nggak pernah semurung ini. Kenapa sama Reno lain ya?" ucap Bayu dengan nada meledek.
Arsyad menghela napasnya, menatap nanar ke arah Bayu. "Kamu udah tau Bay, kalo saya sayang banget sama itu anak dari dulu, makanya saya seneng banget bisa ketemu sama dia lagi. Tapi kayaknya dia lupa sama kejadian itu ya, sampe nggak ngenalin kita." Kembali Arsyad menghela napasnya, ada sedikit rasa kecewa.
"Masih kecil lah si Reno, mana inget" imbuh Bayu. "Sana baikan, kalo belum baikan kamu nggak boleh ke rumah saya dan nggak boleh ketemu Reno" lanjutnya.
Setelah mengucapkan itu, Bayu berjalan lebih cepat untuk menyusul Reno dan juga Danu. Sementara Arsyad menatap Bayu dengan raut wajah yang kebingungan.
Secara perlahan Bayu mendekati Reno, lalu menepuk pundaknya pelan. "Ren..." panggilnya.
Reno yang sedang melihat-lihat sekitar menjadi sedikit terkejut karena tepukan itu. Lalu ia mendongakkan kepalanya, untuk melihat orang yang memanggilnya. "Kenapa Mas?" tanya Reno.
"Kamu cari hp baru dulu ya sana sama Arsyad, Mas sama Danu mau nyari material dulu sebentar" jelas Bayu.
Belum sempat Reno menjawab, Bayu sudah merangkul Danu dan menariknya. Wajah Danu pun terlihat bingung karena ia tidak tau apa-apa, ketika ingin bersuara pun Bayu melarangnya. Kemudian kedua pria itu hilang dari hadapan Reno, kini hanya ada ia dan Arsyad yang berdiri sedikit berjauhan.
Ketika mata mereka bertemu, Reno secara reflek mengalihkan pandangannya lagi. Ia masih merasa canggung dengan Arsyad, masih belum berani juga untuk berbicara dengan pria tampan itu.
Arsyad menghela napasnya, perasaannya cukup sedih ketika melihat Reno mengalihkan pandangan darinya. Mungkin Reno hanya takut, karena sikap Arsyad yang berubah drastis tadi.
Meski begitu, Arsyad melangkahkan kakinya menuju remaja itu dengan penuh keyakinan. Ia sangat yakin kalau hubungannya dengan Reno bisa kembali membaik seperti kemarin-kemarin, jadi ia ingin memulai itu terlebih dahulu.
Setelah sampai di belakang remaja yang sedang membelakanginya itu, Arsyad membungkukkan sedikit tubuhnya untuk memeluk tubuh kecil Reno. Sepertinya dugaan Arsyad benar kalau Reno hanya ketakutan, karena ia bisa merasakan detak jantung Reno yang cukup cepat ketika tangannya menyentuh dada rata remaja itu.
Tak lama, Arsyad mengangkat tubuh adiknya itu hingga memeluk dirinya karena sudah digendong.
Jantung yang sudah berdetak dengan cepat, menjadi lebih cepat lagi ketika Arsyad mengangkat tubuhnya. Reno seperti kehabisan kata, wajahnya sangat merah ketika Arsyad memberikan senyum kepadanya dengan jarak yang dekat. Akhirnya ia membuang muka dengan menyandarkan dagunya di bahu lebar milik Arsyad.
"A-abang, a-aku bisa ja-jalan tau. Ma-malu diliatin orang" ucap Reno terbata.
"Abang nggak akan turunin kamu kalau kamu masih marah sama Abang" tegas Arsyad.
Lagi, Reno belum sempat bersuara namun Arsyad sudah melangkahkan kakinya dan berjalan, membuat Reno pasrah dan menurut saja kepada abangnya itu.
Meski begitu, Reno merasa sangat senang. Bukan karena ia digendong oleh Arsyad atau memeluk tubuh indah milik Arsyad, melainkan karena ucapan Arsyad tadi. Arsyad pun sama senangnya dengan Reno, senyumnya terus melebar ketika ia merasakan Reno semakin memeluknya erat.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua sampai di salah satu toko hp. Mata Reno melebar ketika ia melihat berbagai merek hp dan jenis-jenisnya di sana, pandangannya terfokus pada hp mewah yang dipajang.
"Kamu mau hp apa Ren?" tanya Arsyad.
Reno memang senang dan suka sekali melihat barang-barang elektronik begini, namun ia tidak tau seperti apa hp yang bagus itu. Ditambah lagi ia bingung hp mana yang harganya kurang dari satu juta di sini. Kalau kata anak zaman sekarang, Reno ini norak.
"Bingung Bang" sahut Reno sambil menatap lekat Arsyad.
"Yaudah, Abang pilihin ya" ucap Arsyad.
Arsyad melangkahkan kakinya, menuju ke kasir tanpa melihat-melihat hp yang ada di sana. Ia sudah tau apa hp yang bagus, tentu ia juga akan memberikan Reno hp yang paling bagus untuk saat ini.
"Mbak, mau hp yang itu dong." Arsyad berbicara kepada kasir sambil menunjuk ke iklan poster hp. "Warna putih sama varian yang tertinggi ya Mbak" jelasnya lagi.
Kasir itu mengangguk, lalu meninggalkan mereka sejenak untuk mengambil hp yang dimaksud oleh Arsyad. Tak lama ia kembali sambil membawa kardus berisikan hp itu dan melakukan scanning untuk pembayaran.
"Totalnya jadi 14 juta 999 ribu Pak" ucap kasir itu.
Mata Reno terbelalak, kaget karena mendengar harga dari hp yang dibeli oleh Arsyad. Ia sudah punya firasat kalau Arsyad akan membelikannya hp yang mahal, namun ia tidak menyangka harganya sefantastis itu.
"Abang, ma-mahal banget" protes Reno dengan suara pelan. "Hp aku harganya nggak sampe satu juta Bang, masa diganti sama yang harganya berkali-kali lipat?"
"Nggak apa-apa Ren, kan buat jangka panjang juga. Biar kamu kalo mau pake buat belajar ya bisa, buat foto-foto juga bagus hasilnya, buat main game juga lancar jaya nggak macet-macet" jelas Arsyad. "Anggap aja ini sebagai permintaan maaf Abang ya sama kamu?"
"Tapi..." Reno menatap Arsyad dengan pandangannya yang sayu, sedikit menekuk wajahnya karena menganggap Arsyad terlalu berlebihan. Namun ia tidak berani mengatakan itu, ia takut Arsyad marah lagi kepadanya seperti tadi.
Wajah Arsyad tersenyum lebar, ketika Reno menganggukkan kepalanya. Ia langsung mencium kening adik kesayangannya itu. "Nah gitu dong, ini baru adik kesayangan Abang" ucap Arsyad senang.
~ ~ ~
Hari sudah gelap, bulan purnama sudah menyinari dan menjadi pemandangan yang indah di malam hari ini. Waktu menunjukkan pukul 9 malam kurang, yang berarti mereka berempat sudah makan malam dan tentunya sudah pulang setelah puas jalan-jalan di mall tadi.
Sekarang mereka sedang menikmati kebersamaan di ruang TV dengan menonton salah satu film sambil makan camilan untuk menemani mulut mereka. Kasur sudah digelar, karena mereka memutuskan untuk tidur bersama lagi hari ini. Reno setuju-setuju saja, karena mau tidur di mana pun bukan masalah baginya.
"Gimana hp barunya Ren? Suka?" tanya Danu ketika melihat Reno sibuk dengan hp barunya, terlihat sekali kalau Reno masih kebingungan memakai hp mahal itu.
Reno menggaruk kepalanya sambil melihat ke pria yang sedang duduk memangku dirinya. "Suka banget Pak. Cuma ya agak bingung aja cara pakenya, soalnya nggak biasa pake barang mahal" sahut Reno apa adanya.
"Mau hp mahal atau murah ya sama aja sebenernya. Kalo belum kebiasa pakenya, pasti nggak bisa juga kan?" imbuh Bayu yang sedang memperhatikan Reno juga. "Anak seumuran kamu biasanya lebih jago soal gitu-gituan daripada orang seumuran kita Ren. Mas yakin, kurang dari satu minggu kamu juga udah pandai pake itu hp."
"Rata-rata sih gitu Mas. Tapi aku kan orang kampung, soal beginian aku pasti kudet kalo dibandingin sama orang kota" sahut Reno lagi.
"Nanti Abang ajarin Ren, biar kamu ngerti ini itu soal teknologi. Abang yakin, kamu pasti suka" imbuh Arsyad juga.
Menengok ke arah Arsyad, lalu Reno memberikan senyuman manisnya kepada pria tampan itu. "Iya Bang, aku emang suka soal gitu-gituan kok. Oh iya, makasih banyak ya Bang buat hpnya, makasih juga hp lamaku udah dibenerin" ucap Reno tulus.
Setelah beberapa menit mengotak-atik hp serta memindahkan beberapa data dari hp lamanya, akhirnya Reno bisa bernapas lega setelah semuanya selesai. Memang cukup memakan waktu karena ia tidak mengerti, untungnya Arsyad yang memang ahli dibidang IT membantu Reno untuk menyiapkan hpnya itu sehingga bisa digunakan.
Sambil tersenyum, sambil Reno memegang kepalanya karena sedikit pusing perkara hp mahal itu. Kalau saja hp yang belakangnya terbuat dari kaca itu jatuh, pasti akan langsung rusak serta biaya untuk servisnya akan lebih mahal dari hp lamanya yang terbuat dari plastik.
"Kalau udah selesai, kita main PS aja yuk?" usul Arsyad.
Sontak aja Reno menengok ke arah Arsyad, ia langsung meletakkan hpnya dan mengangguk-angguk setuju. "Mau-mau Bang!!!" ucapnya girang.
Terlihat Reno dan Arsyad tersenyum, sementara Bayu dan Danu saling tatap dengan raut wajah yang malas. Alasannya, karena mereka tau kalau mereka jarang atau bahkan tidak akan pernah menang melawan Arsyad kalau urusan game.
Malam itu suasana di ruang TV benar-benar ramai dan heboh. Bedak sudah menempel di wajah mereka berempat dengan pola yang berbeda-beda karena kalah bermain game. Bayu dan Danu ikut serta karena ingin ikut seru-seruan juga, tak masalah meski mereka hampir tidak pernah menang.
Sama juga dengan Reno, ia terus-menerus kalah melawan pria tampan blasteran itu. Sesekali ia meluapkan kekesalannya karena Arsyad tidak mau mengalah, namun hanya sesaat dan kemudian mereka semua bersenang-senang lagi dengan bermain PS4 bersamaan.
Setelah hampir dua jam bermain tanpa henti, akhirnya mereka beristirahat sejenak sambil tertawa cekikikan dan senyum yang masih tergambar jelas di wajah mereka. Hari ini rasanya benar-benar hari terbaik Reno di dalam hidupnya.
"Bang, Mas, Pak, foto bareng yuk pake hp baru aku!" usul Reno. Ia benar-benar tidak mau momen kebahagiaan ini terlupakan begitu saja.
"Celemotan begini Ren, pada pake singlet semua juga. Masa foto pas kondisi begini?" protes Danu.
"Nggak apa-apa kali Pak, buat kenang-kenangan aja. Nanti mau aku post di sosial media aku juga, biar aku nggak lupa sama kalian." Reno memberikan senyuman terbaiknya, berharap mereka setuju dengan usulnya itu.
Sudah melihat senyum Reno yang sangat manis dan penuh kebahagiaan, tentu mereka bertiga tidak mau merusak senyum itu. Mereka membuang napas secara bersamaan, lalu tersenyum kepada remaja yang sedang bergembira itu. "Yaudah" ucap mereka secara bersamaan.
"Asiiiikkk....!!!"
Mengambil hp barunya, lalu Reno duduk di tengah-tengah dan mereka bertiga duduk berjajar di belakangnya. Setelah mengambil posisi selfie yang pas, akhirnya mereka bertiga tersenyum biasa layaknya laki-laki yang mati gaya. "Satu, dua, eh...!"
Cekrek...!
Reno kaget bukan main, ketika mereka bertiga secara bersamaan langsung memeluk dirinya satu detik sebelum foto diambil. Sampai-sampai hpnya hampir terjatuh karena ia kaget.
Ia melihat hasilnya fotonya, wajahnya tersenyum lebar karena hasilnya cukup bagus meski sedikit buram karena tangannya bergerak tadi.
"Lagi?" tanya Bayu.
Tanpa pikir panjang, Reno menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka mengambil beberapa foto lagi dengan pose-pose yang berbeda.
Setelah itu Reno membuka aplikasi Instakilo, berniat untuk memposting foto tadi di akunnya yang sudah memiliki lebih dari 1000 pengikut itu. Bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum karena melihat foto yang mereka ambil tadi.
Selesai mengklik tulisan post, akhirnya ia sudah memposting foto tadi ke akun Instakilonya dengan caption 'My new happiness'.
* * *