Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 34 - Harapan menjadi nyata (2)

Chapter 34 - Harapan menjadi nyata (2)

"Akhhh!!!" jerit Reno keras.

Ia menggigit bibir bawahnya, sambil memejamkan mata dan tangannya meremas pergelangan tangan Arsyad. Rasanya benar-benar sakit, saat kepala penis Arsyad menerobos masuk ke dalam anusnya. Reno tau rasanya akan sakit kalau ditusuk oleh penis besar milik Arsyad, namun ia tidak menyangka kalau rasa sakitnya melebihi yang ia kira.

"Sakit bangen Ren?" tanya Arsyad sedikit cemas, yang diangguki oleh Reno yang masih memejamkan matanya itu. "Tahan ya Ren, Abang coba dorong lagi" lanjut Arsyad.

Lagi-lagi Reno merintih kesakitan, saat penis Arsyad masuk semakin dalam ke anusnya. Penisnya yang tadi tegang, kini sudah loyo karena ia belum merasakan kenikmatan dari hubungan badan ini, melainkan ia merasakan sakit yang luar biasa. Tapi ia berusaha menahannya, sebagai bukti cintanya untuk Arsyad.

"Aaaahhhh..." Arsyad mendesah nikmat saat seluruh penis besarnya sudah masuk ke dalam anus Reno. Ia memejamkan matanya, merasakan kehangatan dan juga anus sempit Reno yang seakan sedang menjepit penisnya.

Reno berusaha beradaptasi dengan penis Arsyad yang ada di lubang anusnya. Tubuhnya bergerak ke kiri ke kanan, mencari posisi yang pas agar rasa sakitnya tidak terlalu terasa. Sesekali ia juga menggerakkan bokongnya untuk mencari posisi, namun tanpa sadar gerakan itu malah membuat Arsyad semakin mendesah nikmat karena sensasinya.

Perlahan Arsyad mendorong lagi penisnya hingga penisnya benar-benar masuk ke bagian anus Reno yang paling dalam, ia sengaja mendiamkan dan mengedut-ngedutkan penisnya bermaksud agar Reno merasakan kenikmatan juga. Setelah itu barulah ia menarik penisnya dan memasukkannya lagi secara berulang kali dengan tempo yang pelan.

"Engh... pe-pelan Bang..." rintih Reno saat kepala penis Arsyad menyentuh bagian terdalam anusnya.

"Ini udah pelan-pelan Ren. Masih sakit ya?" tanya Arsyad sambil menggerakkan pinggulnya pelan.

"Ma-masih lumayan sakit" jawab Reno.

"Abang dorong ya Ren? Abang nggak tahan lagi."

"O-oke."

Arsyad tersenyum lebar, sementara Reno mengeraskan rahangnya karena ia tau Arsyad akan segera menghajarnya. Ia hanya pasrah, rela menahan rasa sakitnya demi orang yang dicintainya itu.

"Aaahhhh..." Reno mendesah, saat penis Arsyad menyentuh titik rangsang di dalam anusnya. Perlahan rasa nikmat sudah bisa ia rasakan, meski rasa sakitnya masih mendominasi.

"Udah enak Ren?" tanya Arsyad lagi. Ia mendengar suara desahan Reno setelah berhasil mengincar titik rangsang remaja itu, yang mana harusnya berhasil memberikan kenikmatan kepada Reno juga.

"Di-dikit Bang, ma-masih sakit. Pelan-pelan aja" jawab Reno.

Secara perlahan, Arsyad membungkukkan tubuhnya dan memeluk erat tubuh Reno. Kembali bibirnya melumat habis bibir Reno dengan ganas, serta lidahnya pun bermain sama ganasnya.

Ini adalah pertama kalinya Arsyad berhubungan intim, terlebih hubungan intim pertamanya dengan laki-laki juga. Ia hanya mempraktekkan gerakan yang seharusnya ia lakukan dengan wanita. Tapi ia tidak peduli dengan jenis kelamin lawan mainnya ini, yang penting ia melakukan hubungan intim dengan orang yang disayanginya juga.

Beberapa menit kemudian, Arsyad melepaskan mulutnya dari mulut Reno saat mengetahui kalau penis Reno mulai menegang kembali meski belum sepenuhnya tegang. Setelahnya, tanpa melepas penisnya dari anus Reno, Arsyad memutar balikkan tubuh Reno sehingga remaja itu menungging membelakanginya.

Kali ini Arsyad mempercepat gerakannya, sengaja ia menusuk-nusuk titik rangsang Reno sehingga desahan panjang dan erangan keluar dari mulut remaja imut itu.

"Akh.. akh... akh..." Suara desahan Reno terus keluar seirama dengan gerakan pinggul Arsyad yang maju mundur. "A-abang, pelan-pelan... aaaahh!" erangnya lagi.

Arsyad terkekeh karena ia menusuk-nusuk anus Reno lebih keras dan lebih kuat lagi dari sebelumnya. Nafsunya sudah di ubun-ubun, nalurinya untuk mendominasi Reno keluar dengan sendirinya.

Kembali Arsyad membungkukkan tubuhnya, memeluk tubuh Reno yang sudah basah oleh keringat dari belakang. Ia menggigit kecil tubuh Reno, sambil tangannya memainkan puting Reno dan meremas dada Reno yang sudah terbentuk meski masih terbilang rata. Tubuh Reno semakin menggelinjang hebat, karena Arsyad terlalu banyak memberikan rangsangan kepada dirinya.

"Akh!!!" jerit Reno, saat Arsyad menghentakkan pinggulnya dengan sangat kuat. Bukan hanya sekali, melainkan Arsyad melakukan berulang kali. "A-abang!!! Pelan-pelan!!! Engh... aaahh!!!" jerit Reno lagi.

Tubuh remaja itu seketika saja menegang, otot-otot tubuhnya seperti ketarik karena rasa sakit dari lubang anusnya yang teramat. Namun penis Reno semakin mengeras, setiap kali penis Arsyad menusuk ke titik rangsangnya. Remaja itu memejamkan matanya, tangannya sudah meremas sprei dengan kuat.

"Abang.... aagh!!!" Tanpa menyentuh penisnya sama sekali, Reno mengeluarkan spermanya ke kasur. Seketika saja tubuh remaja itu hampir ambruk, namun dengan cepat Arsyad menahannya.

"Aahh.. hosh... ohhhh..." Napas Arsyad memburu saat anus Reno semakin menjepit penisnya karena remaja itu sudah klimaks. Membuatnya semakin mempercepat gerakan pinggulnya, maju-mundur dengan kuat.

Hingga Arsyad menusuk dengan sangat kuat, penisnya pun masuk ke bagian terdalam anus Reno. Sampai akhirnya, suara erangan jantan seorang Arsyad terdengar dengan jelas. "Aaauuuhhh..." erangnya keras.

Saat itu juga, Arsyad memuncratkan spermanya yang sangat banyak di dalam anus Reno yang sempit itu.

Arsyad langsung menjatuhkan tubuhnya ke samping, begitu juga dan tubuh Reno yang masuk dipeluknya erat. Napas keduanya terengah kelelahan, tubuh mereka pun mengkilap karena mandi keringat.

Mereka memejamkan mata sejenak, merasakan sisa-sisa kenikmatan dari hubungan badan barusan. Arsyad pun masih membenamkan penisnya di lubang anus Reno, sensasi hangat yang diberikan benar-benar membuatnya tidak mau melepaskan penisnya dari anus Reno.

"Jadi gini rasanya hubungan badan" gumam Arsyad sambil terkekeh. Namun senyuman yang ada pada dirinya, tiba-tiba memudar ketika ia mendengar suara tangisan dari remaja yang baru saja disetubuhinya. Segera ia melihat wajah Reno, benar saja kalau remaja itu sedang menangis. "Ren? Kamu nangis kenapa?" cemas Arsyad.

Dengan terpaksa, Arsyad harus melepaskan penisnya dari anus Reno untuk melihatnya. Ia memutar tubuh Reno, sehingga mereka berdua berhadapan.

"Ren? Kamu nangis kenapa? Apa karena Abang habis gagahi kamu?" tanya Arsyad khawatir. Namun tetap saja, Reno diam dan tidak menjawabnya. "Maafin Abang, Ren. Abang nggak maksud mesum sama kamu, Abang cuma mau buktiin sayang Abang ke kamu, dan tadi pun kamu setuju. Maafin Abang ya Ren" ucap Arsyad lagi.

Beberapa saat kemudian setelah Arsyad mengatakan itu, Reno menggelengkan kepalanya. "Aku bukan nangis, karena itu tau. Aku nangis karena terharu, aku nggak percaya kalau aku habis hubungan badan sama Abang. Makasih ya Bang, maaf kalau Abang jadi ikut-ikut begini karena aku." Reno pun mengeratkan pelukannya ke Arsyad.

"Hais, Abang kira kamu kenapa Ren" protes Arsyad sedikit kesal lantaran ia sudah mencabut penisnya dari anus Reno. Untuk balasannya, Arsyad kembali memasukkan penisnya ke dalam anus Reno yang masih basah oleh spermanya sendiri.

Merasakan penis Arsyad masuk lagi, membuat Reno merintih sejenak dan keheranan. "Abang ngapain? Kok dimasukin lagi?" tanyanya.

"Lanjut ronde dua yuk Ren? Burung Abang belum lemes" goda Arsyad sambil menggerakkan lagi pinggulnya.

"Enak aja, nggak mau ah. Sakit tau" tolak Reno cepat. "Sekarang aja lubang aku masih sakit, agak ngilu juga kalo Abang gerak-gerak. Lagian apa Abang nggak capek? Tadi Abang udah klimaks dua kali lho."

"Enggak, Abang belum capek. Malah rasanya Abang mau nambah" godanya lagi. "Oh iya, tadi kamu telen sperma Abang ya?"

Reno menaikkan kedua alisnya sambil menatap Arsyad dengan raut wajah kesal, ia pun meninju pelan dada bidang Arsyad. "Aku nggak telen, tapi ketelen. Abang mainnya ganas, sampe burung Abang dimasukin ke tenggorokan aku. Sakit tau, aku sampe nggak bisa napas" kesal Reno.

Arsyad terkekeh sesaat, lalu ia mendekap tubuh Reno dan menempelkan keningnya ke kening Reno. "Tapi enak kan?" tanya Arsyad menggoda, namun ia serius juga.

Digoda seperti itu, tentu membuat Reno tersipu malu, apalagi yang menggodanya adalah Arsyad si manusia tampan. Segera ia mendorong wajah Arsyad, lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Arsyad. "Nggak enak, sakit" jawab Reno berbohong.

"Bohong" ledek Arsyad sambil meremas bokong Reno. "Sakit kok sampe mendesah-desah kayak tadi, kamu juga klimaks tanpa nyentuh burung kamu Ren. Bukannya itu berarti Abang hebat soal urusan ranjang meski baru pertama kali?"

Reno menghela napasnya malas, namun sebenarnya ia senang sekali saat ini. "Iya-iya Abang hebat. Makasih ya Bang, aku nggak akan lupain kejadian hari ini" ucap Reno tulus.

"Abang yang harusnya makasih, makasih karena kamu udah ngasih kenikmatan yang nggak ada duanya. Abang nggak akan lupain kejadian hari ini juga" sahut Arsyad sama tulusnya.

Reno menarik kepalanya sejenak untuk melihat wajah Arsyad, lalu ia memberikan sebuah ciuman sebagai tanda kasih sayang mereka. Keduanya pun kembali mengeratkan pelukan, lalu memejamkan matanya dan tertidur karena kelelahan.

~ ~ ~

Beberapa saat tertidur pulas, akhirnya mereka kembali terbangun dengan posisi yang sama. Arsyad yang masih memeluk Reno erat, dan tubuh mereka yang masih menyatu karena penis Arsyad masih terbenam di dalam anus Reno. Karena Arsyad sudah bangun, segera ia melepaskan penisnya dari lubang kenikmatan itu.

Dengan keadaan yang masih mengantuk namun sudah sadar, Reno menatap lekat wajah tampan Arsyad. "Abis ini apa Bang?" tanya Reno.

"Kita pacaran aja gimana?" usul Arsyad.

"Eh? Pacaran?" kaget Reno tidak percaya.

Berpacaran dengan Arsyad? Siapa yang akan menolak? Reno pun sama, ia tidak mungkin menolak usul dari orang yang dicintainya itu. Mungkin tanpa ragu Reno akan menjawab iya, tapi ada beberapa alasan karena memikirkan untuk menjawab itu.

"Kenapa? Kamu nggak mau pacaran sama Abang?" tanya Arsyad kembali, yang menyadarkan Reno dari lamunannya.

"Bu-bukan gitu" potong Reno buru-buru, ia tidak mau Arsyad salah paham. "Siapa sih yang nggak mau pacaran sama Abang? Ganteng pake banget, baik, pengertian, ya pokoknya sempurna. Tapi Abang kan tau kalau sampe detik ini aku masih pacaran sama Pak Sigit. Meski hubungan aku nggak jelas, tapi aku masih menghargai Pak Sigit sebagai pacar aku" jelas Reno.

"Kamu masih cinta sama guru olahraga kamu itu?"

"Jujur, aku nggak tau Bang. Mungkin masih, tapi aku yakin udah dikit banget. Dibandingin sama rasa cinta aku ke Abang, aku yakin lebih banyak cinta aku ke Abang daripada ke Pak Sigit. Tapi ya gitu, aku masih menghargai dia."

"Apa kamu nggak mau putus aja Ren? Hubungan kamu udah ngambang gitu, nggak jelas mau dibawa ke mana."

"Dari dulu maunya juga gitu Bang, tapi Pak Sigit nggak mau putus sama aku. Kalau putus kan harus disetujui sama dua pihak, jadinya aku nggak bisa main putus-putus gitu aja."

"Terus gimana Ren? Apa setelah kita begini, kamu mau hubungan kita sekedar kakak adik aja? Apa kamu nggak mau kita pacaran biar kita bisa cinta-cintaan juga?"

"Ya mau lah Bang, tapi gimana? Aku nggak bisa seenak jidat pacaran sama Abang padahal aku tau kalau aku masih ada status sama Pak Sigit."

Reno terdiam sesaat, berpikir bagaimana cara agar hubungannya dengan Arsyad bisa terjalin tanpa memutuskan hubungannya dengan Sigit.

Bukannya Reno tidak mau putus, ia sangat mau, melainkan Sigit yang tidak mau. Sebanyak apapun Reno mengatakan putus, Sigit pasti menolak. Jadi rasanya sangat mustahil untuk putus dengan guru olahraganya itu.

"Abang tolong jangan salah paham dulu ya?" ucap Reno memelas. "Aku bukannya nggak mau pacaran sama Abang, aku mau kok, tapi gimana. Aku nggak bisa jelasinnya, tapi aku yakin Abang paham kenapa aku belum bisa."

Arsyad menghela napas berat, sedikit kecewa dengan jawaban Reno. "Iya Abang paham, tapi Abang berharap banget kita bisa pacaran kayak kamu sama guru olahraga kamu itu Ren" sahut Arsyad pelan.

"Kalau misal status kita tetep kakak adik tapi sedikit dibumbui cinta, gimana? Ya sambil nunggu kamu putus sama guru kamu itu, mending kita gini aja daripada nggak ada status sama sekali kan?" usul Arsyad.

Reno terkekeh kecil mendengar ucapan Arsyad. "Status apa tuh Bang? Kok aku baru denger, hehehe" ledeknya. "Tapi ya nggak apa-apa kalo Abang mau begitu, aku nurut aja. Berarti kalo aku meluk-meluk gini terus sesekali cium Abang, boleh dong?" tanya Reno serius.

"Ya boleh aja, asal..." Arsyad mendekatkan mulutnya ke telinga Reno. "Asal kita lanjut ronde dua dulu" bisiknya dengan nada menggoda.

"Enak aja, nggak mau ah, sakit" tolak Reno buru-buru.

Arsyad hanya terkekeh, karena ia hanya menggoda Reno saja. Kalaupun Reno mengiyakan, ia tidak akan menolak.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja Reno teringat sesuatu. Ini sudah sekian lama ia tinggal dengan Arsyad, namun Reno belum tau nama lengkapnya dan dari mana asalnya.

"Oh iya, nama lengkap Abang siapa sih? Aku belum tau?" tanya Reno.

"Sebentar" sahut Arsyad. Kemudian ia mengambil dompet miliknya di atas nakas sebelah kasur, lalu memberikan KTP miliknya kepada Reno. "Nih baca aja" lanjutnya.

Reno mengambil KTP Arsyad, lalu membacanya dengan seksama. Matanya langsung melirik foto KTP Arsyad, fotonya pun tampan seperti dirinya yang sekarang ini. Lalu ia melihat nama lengkap Arsyad.

"Adrian Arsyad Eiji? Itu nama lengkap Abang?" tanya Reno penasaran, yang dianggukkan oleh Arsyad. "Terus Abang lahir di Osaka? Berarti Abang orang Jepang dong?" tanya Reno lagi, yang dianggukkan lagi oleh Arsyad.

"Abang blasteran mana aja sih? Pasti ada bule-bulenya nih, soalnya kalo ngeliat Abang sekilas ada bule-bulenya meski dominan Asia." Terlihat Reno sangat penasaran dengan latar belakang abangnya itu.

"Papa Abang itu blasteran Kanada sama Indonesia, terus orang yang ngelahirin Abang itu orang Jepang. Sebenernya sih Abang bukan orang Jepang, Abang lebih suka kalo dibilang orang Indonesia. Toh Jepang cuma keturunan aja, soalnya Abang nggak tinggal di sana kan?" jelas Arsyad kepada Reno.

"Ya sama aja atuh Bang" sahut Reno. "Nggak nyangka aku bisa punya abang kayak Bang Arsyad gini, kapan lagi kan? Hehehe."

"Dasar." Arsyad mencubit pipi Reno gemas. "Yaudah kita mandi yuk? Udah sore, bentar lagi Bayu sama Danu pulang."

"Iya Bang, aku nurut aja" jawab Reno senang.

Setelah itu, mereka pun mandi untuk membersihkan diri setelah melakukan hubungan intim. Di kamar mandi pun mereka masih sempat melakukan ciuman serta cumbuan untuk beberapa saat.

Meski status mereka belum menjadi pacar, namun mereka berdua sudah setuju kalau hubungan mereka akan dibumbui dengan cinta. Yang berarti, cepat atau lambat, mereka akan menjalin hubungan dan menjadi pacar.

* * *