Panggil saja aku Radit, umurku sekarang 18 tahun aku lahir 15 April 2003, aku anak bungsu dari 5 bersaudara dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki, seperti di katakan orang anak bungsu adalah anak paling istimewa dan dimanja di suatu keluarga.
Tapi aku merasakan semua tunduhan itu sangatlah benar, karena orang tuaku sangat menyayangi ku dan selalu memberi apapun yang ku mau terutama ibuku, ya orang tuaku juga menyayangi kakak dan abang-abangku.
Tapi aku merasa tidak sebesar menyanyangiku, semua terlihat normal seperti keluarga orang lainya yang bahagia dan saling bertukar cerita ketika kami berkumpul diruang tv setiap malamnya.
Tapi tepat dimana aku berusia 18 tahun waktu itu aku duduk di bangku kelas XI, semua semakin tidak wajar yang apa aku rasakan, bukan masalah keluargaku ataupun kasih sayang orang tuaku, tapi masalah perasaanku, aku merasa tidak wajar tentang ketertarikanku dengan lawan jenis, kenapa?
Ya aku tidak seperti laki-laki normal lainnya yang menyukai lawan jenisku, aku tidak merasa sedikitpun ketertarikanku kepada perempuan sedikitpun, aku lebih menyukai melihat laki-laki terutama laki-laki dewasa yang berbadan tegap.
Terkadang rasa ini membuat aku khawatir dan depresi, karena aku merasa ada kelainan dalam diriku, tetapi aku tetap mencoba terlihat seperti laki-laki lainya yang menyukai perempuan dan berperilaku sewajarnya, walaupun harus berbohong dengan diri sendiri dan berpikir semua akan baik-baik saja.
Oh iya aku adalah salah satu murid yg berprestasi di kelasku, aku selalu masuk peringkat ke dua di kelasku, hidupku seperti anak normal lainya, bermain dan belajar sampai hari itu tiba.
Dimana ada tetanggaku yang baru yang pindah di dekat rumahku, mereka keturunan China dan Jakarta dan anak laki-laki mereka lebih tua dari ku dua tahun, jujur ini pertama kalinya dimana aku merasa ada yang berbeda dihatiku ketika melihat dia, waktu itu di hari minggu dimana anak-anak sekolah diliburkan.
Seperti biasanya hari minggu adalah hari bermalas-malasan bagiku, aku hanya duduk santai di depan teras rumahku sambil menikmati kentang goreng yang di buat oleh ibuku, aku melihat beberapa mobil pick-up yang membawa banyak barang, ya itu barang-barang tetanggaku yang baru pindahan.
Seperti semua orang aku hanya anak laki-laki yang penasaran ketika melihat orang pindahan, tapi aku hanya berpura-pura tidak peduli dengan kehadiran mereka menyambil menikmati kentang goreng dari ibuku.
Sekitaran satu jam berlalu aku hanya memandangin para pak supir dan beberapa orang dewasa yang menurunkan barang-barang dalam mobil ke rumah mereka, mereka tidak terlalu jauh tinggal dari rumahku, mobil trakhir tiba dan berhenti depan rumah baru mereka.
Itu mobil Avanza yang membawa keluarga mereka semua, keluarga mereka satu persatu turun dari mobil, tiga orang perempuan ibu, anak pertama dan anak bungsu perempuan mereka dan terakhir anak laki-laki mereka yang berbadan tegap, putih dan ganteng menurutku, seperti aku bilang sebelum nya dia hanya berbeda dua tahun dari ku.
Jujur pertama kali aku melihat nya turun dari mobil mataku tidak berkedip beberapa detik dan jantungku berasa sesak karena berkedup sangat cepat dia sempat menoleh ke arahku dan tersenyum tipis seakan menyapaku dan aku membalas senyuman darinya.
Rasanya saat itu pingin rasanya aku datang menghampirinya dan berkata "hallo" dan menyambut tangannya tapi rasa yang berbeda di hatiku ini seakan menahan diriku untuk terdiam dan tak berkutip, tidak seperti biasanya aku adalah orang yang aktif terutama ada orang-orang yang baru aku jumpai.
Aku selalu menghampiri mereka dan menyapa duluan, tapi saat itu aku hanya terduduk diam sambil melihat kearahnya yang ikut serta membantu menurunkan barang-barang nya di dalam mobil.
Tidak lama kemudian temanku Iwan,Ari Dan Memet datang kerumahku sambil memanggilku, "Woi Radit lu ngapain," kata mereka serentak, aku terhentak kaget yang tidak mengetahui kehadiran mereka secara tiba-tiba.
"Bangke kaget gue, lu semua datang tiba-tiba kayak setah sih," bentakku, mereka tertawa seakan-akan berhasil mengagetkanku,
"Ada orang pindahan ya," kata Iwan,
"Iya tu mereka lagi angkat-angkat barang guys," ujarku kepada mereka
"Kesana yok lihat-lihat sekalian memperkenalkan diri lagian itu yang cowok kayaknya seumura kita deh," kata memet,
"Ayok," kata kami semua serentak,
Jujur dalam hatiku saat itu sangat senang setidaknya ada yang mewakiliku untuk mengajak kesana untuk melihat dia secara dekat, kami pun bergegas kesana dan meninggalkan teras rumahku, sesampai disana kami menyapa keluarga mereka dengan mengucapkan salam.
"assalamualaikum," kamipun serentak mengucap salam,
"Walaikumsallam," keluarga mereka serentak membalas salam kami dengan senyuman.
Keluarga mereka sangatlah ramah dan masih sempat menyambut kami walaupun sedang sibuk mengangkat barang-barang mereka.
"Bima ada teman-teman baru gih kesana kenalan sama mereka", kata ibunya sambil mengangkut beberapa barang kecil ke dalam rumah, tante beres-beres dulu ya nak, ngobrol-ngobrolnya sama Bima aja anak tante ya", kata ibunya Bima,
"Iya siap nte," kami semua menjawab serentak,
Bima pun berjalan menghampiri sambil tersenyum menatapku, hatiku saat itu sangat senang bisa melihat wajahnya yang semakin mendekat,
"Hey salam kenal aku Bima tetangga barumu" sambil menyodorkan tangannya ke arahku,
Jujur itu membuatku grogi dan sedikit malu, ntah apa yang merasukiku saat itu karena aku tak seperti biasanya, aku terlihat gugup dan sedikit malu-malu sambil berkata
"Salam kenal kembali aku Radit", kami saling berjabat tangan dan saling bertatap-tatapan, hatiku saat itu terasa senang dan jantungku berdetak dengan kecang saat tangan kami berjabat tangan.
Tangan Bima terasa sangat besar dan keras, badannya sangat tinggi dan tegap seperti laki-laki perkasa, tinggiku cuman sebahunya dan tatapan matanya ketika melihatku sangat tajam seakan aku adalah mangsanya, dan bau badannya yang khas membuat semua bulu badanku berdiri seakan aku terhipnotis olehnya.
Sungguh itu pertemuan pertama kami yang tidak pernah aku lupakan, saat itu dia berumur dua puluh tahun dan pindahan dari salah satu universitas di Jakarta, kami hanya berbeda dua tahun tapi entah kenapa dia sudah di bangku semester 2, mungkin dia lebih cepat masuk SD sebelumnya.
Dan Bima juga rajin berolahraga dan latihan GYM setiap sabtu dan minggu katanya, mungkin itu yang membuat tubuhnya sangat bagus dan ideal, tak terbayangkan olehku anak laki-laki baru umur 20 tahun sudah rajin pergi ketempat GYM untuk melatih tubuhnya.
Tidak lama kemudian dia manarik tangannya untuk mengakhiri jabatan tangan kami dan berjabat tangan dan memperkenalkan diri dengan temanku yang lain, sungguh itu membuat aku tidak puas bisa memegang tangannya lebih lama lagi.
Tapi ya sudahlah aku juga harus bisa mengendalikan diriku supaya tidak kelihatan aneh oleh teman-temanku yang lain, selesai Bima memperkenalkan diri dengan kami satu persatu dia tersenyum manis sambil menatapku, sungguh senyuman dia membuat aku melayang,
"Pindahan dari mana Bin," kata Ari.
"Oh iya aku dari Jakarta dan pindah ke Batam karena Bokap pindah kerja kesini,
"Ooooo gitu," kami semua serentak menjawab
"Kamu orang China ya Bim dan umur berapa," kata Iwan dengan gayanya yang sok cool,
"Oh iya aku ada keturunan Chinanya. Kakekku orang China tapi nenekku orang Jakarta asli, mereka sekarang tinggal di Singapore dan aku umur 20 tahun mau masuk 21 tahun sebentar lagi, tapi aku masuk SD kecepatan makannya sekarang sudah semester 2," kata Bima
"Oh berarti kami panggil abg dong kan lebih tua dari kami," kata Memet,
"Udah santai aja aku lebih nyaman Di panggil nama aja biar lebih akrap," kata Bima
"Oke deh," kami semua serentak membalas
"Oh ya lanjut dulu gih Bim dirimu bantuin keluarga mu beres-beres, ntar kalau udah gak sibuk jangan segan ya gabung sama kita," kata Ari,
"Oh ok siap," kata Bima,
Bima pun berjalan menuju kearah mobil nya untuk menurunkan beberapa barang yang masih tersisa, dan kami pun berjalan kerumahku, sungguh ingin rasanya aku berlama-lama dekat dirinya tapi apalah daya aku harus mengerti dengan keadaan waktu itu,
"Kemana kita ni we," kata Memet sambil kami berjalan ke arah rumahku,
"Udahlah Gak usah main dulu sekarang, kan besok kita mau ujian kenaikan kelas XII," ujarku ke mereka
"Aduhhh Kan belajar bisa malam gak harus sekarang kan," kata Memet menjawab Ku,
"Ya aku mau pulang ajadeh ntar kenak marah sama ibuku," kata Ari
Dan akhirnya kami sepakat untuk pulang kerumah masing-masing untuk belajar. Karena besok kami akan menghadapi ujian kenaikan kelas XlI, sesampai dirumah aku mengambil buku untukku baca untuk persiapan ujian besok.
Tapi entah kenapa aku tidak bisa fokus belajar karena pikiranku bercabang dan hanya terpikirkan olehku Bima ketika memegang tangannya yang besar dan keras, jujur itu saja membuat aku berfantasi, tapi aku mencoba mengalihkan pikiran kotorku dengan fokus belajar.
Keesokan harinya semua sekolah serentak mengadakan ujian kenaikan kelas, waktupun terus berjalan loncengpun berbunyi menandakan ujian sudah selesai, semua siswa-siswipun berhamburan keluar untuk pulang kerumah masing-masing.
Mungkin sebagian orang akan berfikir aneh tentang diriku yang masih terbilang kecil ini, anak SMA kelas XI sudah merasakan hal seperti ini, tapi inilah kenyataannya dan mungkin sebagian orang juga setuju dengan apa yang ku alami ini, karena pasti orang lain juga pernah mengalaminya seperti ku.