Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 38 - Kenapa jadi begini

Chapter 38 - Kenapa jadi begini

Bola mata Reno melebar, ketika Danu menyebut nama Arsyad. Padahal ia tidak berbicara sama sekali, tapi bagaimana Danu bisa tau kalau itu adalah perbuatan Arsyad?

Danu berjalan dengan langkah beratnya karena sudah emosi, ia keluar dari kamar dengan cepat. Sementara itu Reno masih terdiam, ia benar-benar kaget dan ketakutan karena ini adalah pertama kalinya ia melihat Danu yang semarah itu. Sampai pintu lemari kayu pun sudah berlubang karena pukulannya tadi.

"Pak! Pak Danu!!!" Reno mulai melangkah, mengikuti Danu dari belakang. Ia benar-benar khawatir dengan apa yang akan terjadi setelah ini.

Baru saja satu langkah keluar dari kamar, suara pintu kamar Arsyad yang sedang digedor oleh Danu terdengar sangat jelas dan nyaring. Suara teriakan keras Danu memanggil Arsyad juga memenuhi seisi rumah ini.

"Syad! Keluar kamu!!!" teriak Danu sambil terus menggedor pintu kamar Arsyad.

Hingga pintu kamar pun terbuka, terlihat Arsyad sedang mengucek matanya. "Kenapa teriak-teriak sih ka..."

Bugh...!

Belum sempat Arsyad menyelesaikan ucapannya, sebuah bogeman keras langsung mendarat di wajah Arsyad hingga ia jatuh ke lantai. Danu menghampirinya, memegang kerah baju Arsyad dengan sangat kuat.

"Bajingan kamu Syad! Berani-beraninya kamu gagahin Reno! Bangsat!!!"

Bugh...! Bugh...!

Danu terus menghujani Arsyad dengan pukulannya, semua pukulan itu terasa sangat keras karena Danu sedang emosi. Sementara Arsyad berusaha menahan setiap pukulan Danu, tanpa melawan sahabatnya itu.

Ketika Reno sampai, adegan pergelutan sudah terjadi. Ia benar-benar syok dan juga kaget, saat melihat dua orang yang disayanginya sedang berkelahi hebat. Matanya sudah berair, saat melihat dengan jelas kalau Arsyad sedang dipukul sangat kuat oleh Danu.

"Pak Danu udah! Jangan mukulin Bang Arsyad!" ucap Reno dengan suara serak.

Remaja itu mulai menghampiri mereka berdua, berusaha menarik Danu dengan sekuat tenaganya. Namun sayangnya, yang ia dapatkan malah sebuah sikutan keras dari Danu yang ingin memukul Arsyad, hingga membuat Reno terlempar ke belakang.

Dug...!

Suara keras terdengar di telinga mereka berdua, membuat Arsyad dan Danu berhenti berkelahi dan menengok ke sumber suara. Saat itu juga mereka berdua melihat Reno yang sedang meringis kesakitan, akibat kepalanya yang terbentur sudut kusen pintu yang tajam.

Mata Arsyad melebar ketika ia melihat ada bercak merah di tangan Reno, begitupun juga dengan Reno yang kaget ketika melihat tangannya sendiri yang sudah dipenuhi darah. Tanpa sengaja, Arsyad dan Reno berkontak mata. Tiba-tiba saja emosi Arsyad langsung naik ke ubun-ubunnya.

Bugh!!!

Sebuah tinjuan yang sangat keras mendarat tepat di wajah Danu, membuatnya tersungkur ke samping. Arsyad langsung naik di atas tubuh Danu, memukul wajahnya secara terus-menerus.

"Kalau ada masalah sama saya ya selesain sama saya! Nggak perlu kamu mukul Reno!!!" teriak Arsyad sangat keras.

Keadaan sangat-sangat kacau, membuat Reno yang sudah pusing menjadi semakin pusing lagi karena kepalanya mulai mengeluarkan darah. Pandangannya pun mulai kabur, ia masih bisa melihat meski tidak terlalu jelas.

"Bang Arsyad, Pak Danu, udah berhenti" ucap Reno lirih.

Kembali remaja itu melangkahkan kakinya, berjalan menghampiri mereka lagi. Walau sudah kena sikutan yang keras tadi, namun entah mengapa Reno lebih mengkhawatirkan mereka berdua dibanding dirinya sendiri.

"Bang Arsyad! Pak Danu! Udah berhenti!!!" Kali ini Reno berteriak keras. Tapi tetap, mereka berdua tidak mendengarkan ucapannya itu.

Tak lama, Reno mendengar suara pintu gerbang dibuka dan suara motor yang selalu ia tunggu setiap sore. Sudah pasti itu adalah Bayu yang baru pulang kerja, jadi Reno bergegas meninggalkan mereka berdua dan menuju ke teras rumah.

Benar dugaannya, yang baru masuk dan memarkirkan motornya memang Bayu. Dengan sedikit meringis karena kesakitan, Reno berjalan cepat menghampiri pria itu.

"Mas! Mas!!!" teriak Reno dengan keadaan panik.

Bayu menoleh, dan tanpa sengaja ia melihat Reno memegangi kepala bagian belakangnya dan juga sebelah tangannya yang sudah merah karena darah. "Lho Ren, tangan kamu kenapa?! Kenapa merah-merah gitu?! Kamu luka?!" tanya Bayu dengan wajah cemas.

"Itu nanti aja Mas! Ayo buruan masuk Mas! Bang Arsyad sama Pak Danu lagi berantem!!!" sahut Reno tanpa mempedulikan pertanyaan Bayu.

"Berantem kenapa?"

"Udah Mas jangan nanya terus! Ayo buruan masuk!!!" kesal Reno. Remaja itu langsung meraih tangan Bayu dengan tangannya yang masih meninggalkan bercak darah, lalu menariknya hingga mereka berdua masuk ke dalam rumah.

Di dalam, Bayu memang melihat Arsyad dan Danu yang masih berkelahi di lantai. Sebenarnya sih ini pemandangan yang sudah biasa baginya, karena sejak SMA pun mereka sering berkelahi hebat seperti ini.

Tapi kali ini berbeda, karena sekarang ada Reno yang mungkin kena batunya akibat ulah Arsyad dan Danu itu. Jadi dengan cepat, Bayu melempar koper kecil yang biasa ia bawa dan menghampiri kedua sahabatnya yang sedang berkelahi itu.

"Hei! Udah jangan berantem!" lerai Bayu sekuat tenaga.

Reno menghela napas gusar, cukup panik ketika tau kalau Bayu yang memiliki tubuh lebih besar dari mereka berdua pun kesulitan untuk melerai. Sampai-sampai Bayu sendiri sempat terkena pukulan dari mereka juga.

Sekarang Reno benar-benar bingung harus bagaimana, napasnya terasa sangat sesak dan juga kepalanya pusing bukan main akibat dari luka tadi. Dengan pandangan yang semakin memburam dan tangan yang memegang kepala serta dadanya sendiri, perlahan remaja itu menghampiri mereka bertiga.

Baru saja Reno melangkah, tubuhnya mendadak lemas dan semua pandangannya menjadi gelap. Tubuh remaja itu langsung ambruk ke lantai karena tak sadarkan diri, darah segar dari luka kepalanya mulai menetes ke lantai meski tidak banyak.

Bugh!!!! Bugh!!!!

Kali ini Bayu langsung menghajar mereka berdua dengan sangat-sangat keras, membuatnya Arsyad dan Danu langsung meringis kesakitan karena kepala mereka terkena bogeman dari Bayu secara langsung. Bayu benar-benar emosi, karena setelah Reno tak sadarkan diri mereka berdua masih berkelahi tanpa mempedulikan remaja itu.

"Kalian berdua tuh udah gede, udah dewasa!!! Giliran Reno begini baru kalian berhenti?!! Otak kalian ada di mana?!!" ucap Bayu penuh emosi dengan tatapannya yang benar-benar tajam.

Tak lama, Bayu beranjak ke Reno, mengangkat tubuhnya dan bermaksud membawanya ke dalam mobil. Tak lupa juga ia membawa kopernya, mengambil sebuah handuk kecil untuk menahan darah Reno yang terus keluar.

"Saya ikut Bay!" teriak Arsyad ketika Bayu membopong tubuh Reno ke arah garasi mobil.

Bayu yang sudah kesal menengok sejenak, menatap tajam mereka berdua. "Urus aja ego kalian berdua sana! Argh brengsek!!!" kesal Bayu.

Tanpa mempedulikan perkataan Bayu, Arsyad dan Danu mulai beranjak menuju ke garasi. Lalu mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil, dan menghiraukan Bayu yang sedang marah ke mereka berdua.

Bayu menggebrak setir mobil karena kesal, lalu menatap tajam dengan napasnya yang sudah tak beraturan. "Kalau Reno kenapa-napa, saya bakal hajar habis-habisan kalian berdua" ucap Bayu bersungguh-sungguh.

Kemudian mobil langsung melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit terdekat.

~ ~ ~

Sekarang mereka bertiga sedang berada di ruang tunggu, karena Reno sudah dibawa dan sedang ditangani oleh dokter. Walau sepertinya hanya kepala bocor, namun mereka bertiga sangat-sangat khawatir dengan kondisi kesehatan Reno.

Di sana memang ada kursi, tapi sepertinya mereka bertiga lebih memilih berdiri daripada duduk. Terlihat Bayu sangat panik, karena ia terus berjalan bolak-balik sambil menunggu kabar dari dokter. Lalu langkahnya terhenti, karena ia baru sadar kalau dirinya belum tau apa yang terjadi sebenarnya.

"Ceritain ke saya, kenapa kalian berantem sampe Reno ikut-ikutan kena?" tanya Bayu dengan suara beratnya, ia benar-benar serius dan kesal.

"Arsyad setubuhin Reno" jawab Danu cepat.

Sontak Bayu menoleh kepada orang yang disebutkan oleh Danu, lalu sebuah pukulan langsung mendarat tepat di perut Arsyad dan juga wajahnya tak lama setelah itu. Bayu sudah terlanjur kesal, jadi ia ingin melampiaskannya dengan tindakan dan tanpa ucapan sedikitpun.

Danu menghela napas kasar, memijat kepalanya sejenak ketika melihat Arsyad dan Bayu berkelahi. Dengan cuek namun peduli juga, akhirnya ia menarik tubuh Bayu dari Arsyad hingga mereka berdua berjauhan.

"Nggak usah sok-sok ngatain orang otaknya di mana, kamu sendiri aja nggak punya otak. Berantem kok di rumah sakit" ucap Danu datar.

"Tapi tadi kamu bilang Arsyad setubuhin Reno, Dan!" sahut Bayu yang masih marah.

"Ya emang begitu" sahut Danu lagi. "Udah itu mah urusan nanti aja, yang penting kita tungguin Reno dulu sekarang."

Bayu mengangguk, karena ia pikir apa yang dikatakan Danu ada benarnya juga. Setelah itu Danu menghampiri Arsyad dan membantunya berdiri.

Mereka memang berkelahi hebat sebelumnya, namun mereka tetap bersahabat. Sehebat apapun perkelahiannya, ujung-ujungnya mereka pasti akan berbaikan. Itu sudah terjadi semenjak mereka SMA sampai sekarang.

Clek...

Terdengar suara pintu terbuka, membuat mereka yang ingin duduk menjadi mengurungkan niatnya dan langsung menghampiri dokter yang keluar dari ruangan tersebut.

"Gimana keadaannya Han? Adik saya baik-baik aja kan?" tanya Bayu penuh khawatir kepada temannya yang bernama Rayhan. Ia bekerja sebagai dokter di rumah sakit yang sama dengan Bayu, namun sekarang sudah bukan jam kerja Bayu yang jadinya digantikan oleh temannya itu.

"Aman Bay, kondisinya stabil" jawabnya pelan.

"Terus lukanya gimana? Nggak ngaruh ke otaknya kan?" tanya Bayu lagi.

Teman Bayu itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil, ia sedikit terkejut karena baru pertama kali melihat Bayu sekhawatir ini. "Lukanya nggak dalem, jadi nggak ngaruh ke otak. Darahnya keluar agak banyak aja, tapi nggak perlu sampe donor darah. Lukanya juga udah dijahit, jadi dia perlu banyak istirahat dulu" jelasnya.

Bayu sedikit lega mendengar penjelasan itu. Meski masih khawatir, setidaknya kekhawatiran itu tidak sebanyak sebelumnya.

"Bisa langsung bawa ke ruangan VIP kan?"

"Bisa, kamu udah tau itu" sahutnya. "Yaudah, saya permisi dulu, masih ada urusan lain." Lalu dokter itu berjalan meninggalkan mereka bertiga.

Setelah menyelesaikan administrasi, akhirnya Reno bisa langsung dibawa ke ruang VIP. Bayu tentu tidak mau Reno dirawat di ruangan yang terdapat beberapa pasien juga secara bersamaan. Selain karena tidak tenang dan ditakutkan ada penyakit yang menular, Bayu rasa ruang VIP bisa membuat penyembuhan lebih cepat karena pasien bisa beristirahat dengan lebih tenang dan nyaman.

~ ~ ~

Sekitar dua jam lewat setelah operasi kecil tadi, akhirnya Reno mulai sadar dan membuka matanya. Ia meringis kesakitan ketika mencoba menggerakkan tubuhnya, terlebih di bagian tangannya yang sedang diinfus dan juga bagian kepalanya yang baru saja dijahit.

"Ren, pelan-pelan, jangan banyak gerak dulu" ucap Danu sambil memegangi Reno.

Ketika melihat Danu, Arsyad, dan juga Bayu, Reno sedikit bingung sebenarnya ada apa ini. Namun ketika ia melihat sekitar dan juga ada infus ada di tangannya, ia bisa mengingat kembali kejadian tadi, ia pun tau kalau sekarang dirinya ada di rumah sakit.

"Kenapa aku sampe dibawa ke rumah sakit?" tanya Reno kepada mereka bertiga.

"Kamu pingsan Ren, kepala kamu juga bocor. Kita takut kamu kenapa-napa, jadinya langsung dibawa ke rumah sakit" jelas Arsyad.

Remaja itu hanya mengangguk pelan, matanya berair karena memikirkan sesuatu.

Dari kejadian tadi sebenarnya sudah jelas, kalau Reno adalah penyebabnya. Mungkin kalau ia dan Arsyad tidak melakukan hubungan badan hari itu, kejadiannya pasti tidak akan begini. Karena kejadian tadi juga, Reno yakin kalau Bayu dan Danu sudah mengetahui tentang orientasi seksualnya yang menyimpang ini.

Dengan kedua telapak tangannya, Reno mulai mengusap air matanya yang sudah mengalir itu. Membuat ketiga pria yang sedang melihatnya menjadi kembali khawatir kepada dirinya yang tiba-tiba saja menangis.

"Ren? Kenapa nangis?" tanya Bayu lembut.

"A-aku yakin, sekarang kalian udah tau soal aku yang punya kelainan ini" ucap Reno gemetar. "Maaf, maaf karena aku selalu ngerepotin kalian."

Sejujurnya Bayu dan Danu belum tau kalau Reno itu penyuka sesama jenis, makanya saat Reno berkata seperti tadi membuat mereka terkejut. Mereka berdua berpikir kalau Arsyad menggagahi Reno secara paksa, bukan karena Reno yang menyimpang seperti ini. Namun senyuman kecil Arsyad ketika mereka berdua melihat ke arahnya, menjelaskan kalau yang dibilang Reno itu memang kebenarannya.

Bayu menghela napas kasar, bingung harus bagaimana. Danu pun sudah memijat keningnya sendiri, ia kepikiran dengan kedua orang tua Reno dan bagaimana harus menjelaskan ini kepada mereka. Sementara Arsyad sedang menatap penuh khawatir kepada remaja yang pernah berhubungan badan dengannya itu, ia hanya peduli kepada Reno dan akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi setelah ini.

* * *