"Kenapa Bang Arsyad bisa ada dua?" batin Reno.
Ia benar-benar kebingungan karena melihat dua orang yang benar-benar mirip. Dirinya memang penasaran dengan kakak dari Arsyad, tapi ia tidak menyangka kalau ternyata kakaknya adalah kembarannya.
Tangan Arsyad mengepal keras ketika melihat kembarannya itu. "Kamu mau ngapain ke sini?!" teriak Arsyad cukup keras.
Wajah kembaran Arsyad memang terlihat sangat mirip, namun ekspresi wajahnya terlihat lebih datar dari Arsyad. "Santai Syad, masa kakak nggak boleh ketemu sama adiknya?" sahutnya.
"Nggak!" bentak Arsyad keras. "Ada perlu apa ke sini?!"
"Mama sama papa udah punya anak lagi, kita punya adik baru sekarang. Apa kamu udah tau?"
Arsyad berdecih, ucapan dari saudaranya itu membuatnya semakin kesal. "Mau punya satu anak lagi, dua anak, sepuluh anak, saya nggak peduli! Dia orang tua kamu, bukan orang tua saya!"
"Kamu itu, dari dulu galak terus sama kakak kamu sendiri" sahut orang itu dengan senyum simpul. "Kamu beneran nggak mau tau soal keluarga kita Syad?"
"Nggak, makasih. Itu keluarga kamu, bukan keluarga saya. Udah sana pergi, atau saya hajar habis-habisan kamu di sini."
Pria itu tersenyum menceng, lalu berjalan mendekat ke arah Arsyad dan Reno. "Coba aja kalau..."
Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, Arsyad sudah mendaratkan sebuah pukulan keras tepat di rahangnya sampai pria itu terjatuh ke tanah. Lalu Arsyad menghampiri saudaranya itu, untuk memberinya pukulan lagi.
Bugh...! Bugh...!
Melihat Arsyad yang terus marah tanpa alasan yang jelas, membuat Reno benar-benar kebingungan. Terlebih sekarang ia melihat abangnya itu sedang berkelahi dengan kembarannya. Reno benar-benar bingung harus apa, rasa paniknya mulai muncul karena ia sedikit ketakutan.
"Bang, udah jangan berantem." Dengan suara yang gemetar, Reno berusaha melerai meski hanya dengan ucapan saja. Ia menelan ludahnya, ketika mengetahui kalau kembaran abangnya itu mulai melawan balik.
"Bang!!! Udah jangan berantem!!!" teriak Reno. Remaja itu langsung menghampiri mereka berdua yang masih berkelahi, menarik tangan Arsyad agar ia berhenti berkelahi.
Suara pintu pagar terbuka kembali terdengar, dari sana keluar Bayu dan Danu dengan wajah yang khawatir karena mendengar teriakan Reno dan juga Arsyad. Mereka cukup kaget ketika melihat Arsyad sedang berkelahi, lebih kaget lagi ketika mengetahui kalau Arsyad sedang berkelahi dengan saudaranya sendiri.
"Syad!" ucap mereka bersamaan. Kemudian Bayu dan Danu dengan cepat memisahkan Arsyad yang sedang berkelahi itu dan juga menarik Reno ke belakang.
Setelah itu, mereka berempat metatap kepada kembaran Arsyad yang sedang mengusap bagian pinggir bibirnya. Meski habis kena beberapa pukulan, pria itu masih bisa tersenyum menceng seperti menantang.
"Adrian, ngapain kamu ke sini?" tanya Bayu dengan nada yang sedikit tinggi.
Pria yang diketahui bernama Adrian itu menaikkan sebelah alisnya. "Mau ketemu adik saya, sekaligus nyapa tetangga?" sahutnya.
Kata 'tetangga' membuat mereka berempat memunculkan raut wajah yang kebingungan. "Tetangga?" heran mereka bersamaan.
Adrian menghela napasnya, sedikit kesal karena tidak disambut dengan baik oleh mereka, terlebih dengan adiknya sendiri. "Saya tau kamu masih punya rasa dendam dan kecewa sama saya Syad, dari dulu saya juga udah minta maaf soal itu" ucap Adrian datar. "Saya ke sini cuma mau nyapa kamu sama sahabat-sahabat kamu aja itu, ngobrol-ngobrol jika boleh. Tapi kayaknya saya nggak bisa, jadi yaudah."
Kemudian Adrian berbalik badan dan meninggalkan mereka berempat yang masih memasang raut wajah penuh tanya. Ketika melihat Adrian masuk ke rumah yang tepat berada di samping rumah mereka, membuat mereka semakin bengong karena tidak percaya.
"Bukannya dia di Jepang, Syad?" tanya Danu.
"Nggak ngurus" kesal Arsyad.
Memegang tangan Reno dengan sangat erat, lalu Arsyad membawa remaja itu masuk terlebih dahulu ke dalam. Barulah Bayu dan Danu menyusul masuk, tak lupa mereka menggembok pagar sebelum masuk ke dalam rumah.
Kejadian tadi membuat suasana menjadi sedikit berubah dan tidak enak, begitulah yang dirasakan oleh Reno. Bahkan ketika ia berkontak mata dengan Arsyad, ia merasa takut setelah melihat Arsyad yang marah seperti tadi.
Entahlah, remaja itu hanya bingung, ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
~ ~ ~
Di ruang TV terlihat Arsyad sedang tiduran di sofa dengan kepala yang ditidurkan di paha Bayu. Pria gagah itu sedang diobati bagian ujung bibirnya, karena ada luka memar yang sedikit berdarah akibat pukulan dari kembarannya sendiri.
Meski pria itu sangat gagah, tapi ia tetap merasakan kesakitan ketika kapas yang sudah ditetesi alkohol dan juga obat lainnya oleh Bayu mengenai lukanya. "Bay, pelan-pelan dong" protes Arsyad, karena ia merasakan perih ketika Bayu menempelkan kapas itu di lukanya.
"Lebay, ini udah pelan" sahut Bayu sambil menekan-nekan kapas itu.
"Adaawwww!!!" Arsyad berteriak cukup keras, ketika kapas yang masih basah itu mengenai tepat di lukanya yang terbuka. Membuatnya bangkit dari tidurnya, meringis kesakitan karena rasa perihnya.
Sementara itu Reno dan Danu hanya bisa diam melihat Bayu dan Arsyad yang sangat heboh, kedua laki-laki itu kebingungan harus bereaksi seperti apa.
Selain karena itu, Reno juga masih bertanya-tanya dalam dirinya sendiri. Ada rasa bingung, namun ada rasa penasaran juga tentang alasan mengapa Arsyad terlihat tidak suka sekali dengan kembarannya tadi, atau bahkan dengan keluarganya juga. Ucapan Arsyad tadi masih teringat jelas di dalam kepalanya.
Merasakan cengkraman tangan Reno yang semakin menguat, membuat Danu melihat ke wajah remaja yang sedang duduk di pangkuannya itu. Ia bingung, melihat raut wajah Reno yang sulit diartikan.
"Ren, kenapa?" tanya Danu pelan, sambil tangannya semakin mengeratkan pelukan ke Reno.
"Pak Danu, ayo ke kamar" jawab Reno datar, kepalanya tertunduk tanpa melihat yang bertanya.
Suara Reno yang datar dan juga gemetar, membuat mereka bertiga saling tatap satu sama lain. Danu menaikkan kedua bahunya, yang menandakan kalau ia tidak tau apa yang terjadi dengan Reno.
Tanpa berlama-lama, Danu menggendong tubuh Reno yang sudah mengenakan piyama itu. Mereka berjalan menuju ke kamar mereka, lalu masuk dan menutup pintu kamarnya.
Arsyad dan Bayu kembali saling tatap ketika pintu kamar mereka sudah tertutup, bingung kenapa Reno bersikap begitu.
"Reno kenapa Bay?" tanya Arsyad, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.
"Gara-gara kamu itu" sahut Bayu singkat.
"Kok gara-gara saya?" heran Arsyad. Wajah yang tadi menunjukkan kekhawatiran berubah menjadi kebingungan.
Bayu menghela napasnya, sambil meletakkan kapas tadi di meja sebelah sofa. "Kamu tau kalau Reno ada panic attack Syad, tapi kamu malah berantem terang-terangan di depan dia. Dari dalem aja saya bisa denger kamu teriak sama ngebentak Adrian, saya yakin Reno kaget. Mungkin karena itu juga dia jadi ketakutan sekarang" jelas Bayu.
Jawaban dari Bayu terdengar sangat masuk akal, Arsyad juga lupa kalau Reno mengidap panic attack yang bisa kambuh kapan saja. Lalu ia menatap ke pintu kamar Reno, ia hanya berharap semoga kondisi Reno akan baik-baik saja.
Di dalam kamar, Reno sedang duduk bersandar di kepala kasur dengan kepalanya yang menatap kosong ke depan. Danu yang sedang duduk di sebelahnya jadi bingung dan serba salah juga, karena ia tidak tau Reno kenapa.
"Ren? Ada apa?" Danu mengelus lembut pipi Reno, membuat remaja itu tersadar dari lamunannya.
Kemudian Reno menatap lekat ke arah Danu, tiba-tiba saja matanya berair. "Orang tadi itu siapa Pak? Kenapa Bang Arsyad keliatan benci banget sama orang itu? Terus kenapa Bang Arsyad ngomong seakan-akan dia benci banget sama keluarganya sendiri?" tanya Reno dengan suara gemetar, tanpa ia sadari air matanya pun mulai membasahi pipinya.
Danu menghela napas gusar, menatap Reno penuh kekhawatiran. Tangannya mulai mengusap air mata Reno. "Adrian, dia kembaran Arsyad sekaligus kakaknya" jawab Danu singkat.
"Adrian? Bukannya Adrian itu nama Bang Arsyad juga?" tanya Reno balik.
"Namanya Adrian Arya siapa gitu, saya lupa nama lengkapnya. Dia itu kakaknya abang kamu. Tapi semenjak dia nikah, dia ganti nama jadi Adrian Arya aja. Setau saya dia kurang suka dipanggil Arya karena namanya suka kebalik-balik sama Arsyad, jadinya dia dipanggil Adrian" jelas Danu.
"Emangnya ada apa sih Pak? Kenapa Bang Arsyad begitu sikapnya sama kakaknya sendiri?"
"Karena ada masalah dengan Adrian di masa lalu, karena ada masalah dengan keluarganya di masa lalu."
Penjelasan dan juga jawaban dari Danu membuat Reno berpikir, ia masih sedikit bingung. "Masalah apa sih Pak?" Reno benar-benar penasaran.
Tangan Danu yang masih memegang pipi Reno, perlahan beranjak menjadi melingkar di lehernya. Pria itu mendekatkan tubuh Reno ke tubuhnya, lalu mencium kening Reno untuk beberapa saat.
"Saya tau masalahnya, tapi saya rasa saya bukan orang yang tepat untuk menceritakan itu Ren. Kamu bisa tanya sama Arsyad sendiri, saya yakin Arsyad akan jelasin semua ke kamu. Tapi kamu perlu nunggu waktu yang tepat dulu, karena saya yakin Arsyad masih kebawa emosi soal kejadian tadi" sahut Danu.
Apa yang dikatakan Danu ada benarnya juga, rasanya memang lebih baik kalau Arsyad yang menjelaskan semuanya. Tapi yang menjadi masalah adalah, kapan Arsyad akan menceritakan itu? Ia harus menunggu berapa lama agar rasa penasarannya ini hilang?
Ada rasa kecewa, karena Reno berpikir kalau Arsyad tidak benar-benar menganggapnya sebagai orang yang spesial. Ia berpikir begitu karena Arsyad seperti merahasiakan sesuatu darinya, padahal Reno sudah menceritakan semua rahasianya kepada Arsyad. Namun rasa kecewa itu sedikit memudar, ketika Reno sadar kalau dirinya pun tidak pernah bertanya soal rahasia atau masa lalu Arsyad.
Reno mulai menyandarkan kepalanya di dada Danu. Dengan berat hati, ia mengangguk menyetujui usulan dari Danu.
Kembali Danu mengecup kening Reno, bibirnya tersenyum kecil karena Reno tidak bertanya-tanya lagi. "Yaudah, kita tidur ya Ren?" tanya Danu lembut.
Remaja itu mengangguk pelan. "Iya Pak."
Kemudian mereka menjatuhkan tubuh mereka di atas kasur, tidur dalam posisi berpelukan. Setelah itu Danu mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur dari saklar yang berada di sebelah kasur, suasana langsung hening karena mereka berdua tidak ada yang berbicara lagi.
Mata Reno masih terbuka, matanya pun masih berair. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang milik Danu, pelukannya semakin erat. Hingga suara isak tangisan mulai terdengar jelas dari remaja itu. Meski sedikit, namun rasa kecewa terhadap Arsyad adalah alasan dirinya menangis.
* * *