Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 37 - Akhirnya terungkap

Chapter 37 - Akhirnya terungkap

Pagi hari sekitar pukul 8 pagi, mata pelajaran matematika sedang berlangsung. Reno sudah di kelas dan ia sedang duduk termenung. Tangan kanannya menopang dagunya sendiri, pandangan matanya kosong menatap lurus.

Seorang remaja yang duduk di sebelah Reno menaikkan alisnya bingung, ketika melihat Reno melamun dengan raut wajahnya yang datar.

"Pagi-pagi udah bengong aja lu, awas kesambet" ucap Yoga sambil menepuk pelan pundak sahabatnya itu.

Padahal beberapa hari ini Reno sudah terlihat gembira dan jarang melamun lagi, tapi hari ini ia malah kembali menjadi sering melamun. Makanya dengan sengaja Yoga menepuk pundak Reno untuk menyadarkannya.

Yang menepuk tersenyum simpul, sementara yang ditepuk hanya melirik sekilas dengan wajah yang sangat datar tanpa ekspresi. Reno menghela napas berat, menandakan banyak sekali yang dipikirkan dari hembusan napasnya itu.

"Lu kenapa lagi Ren? Kemarin kayaknya udah ceria-ceria aja, tapi sekarang kok malah balik jadi mellow-mellow gini? Jangan bikin gue khawatir lah" ucap Yoga serius.

Reno menarik bibirnya, memberikan Yoga senyuman yang sangat tipis. "Gue nggak apa-apa, lagi ada yang dipikirin aja" jawab Reno jujur tanpa melihat ke Yoga.

"Mikirin rumor itu kah?" tanya Yoga penasaran.

"Bukan" tegas Reno. "Lu nggak usah khawatirin gue Yog, gue nggak apa-apa. Cuma lagi ada yang gue pikirin aja, tapi lama-lama bakal ilang sendiri" lanjutnya dengan nada yang datar.

Yoga tau, kalau Reno sedang bad mood maka suasana akan sedikit berbeda dan lebih canggung. Misal ia berusaha menghibur sahabatnya itu, yang ada malah membuat mood Reno semakin turun dan memperburuk keadaan. Jadinya ia hanya bisa mengangguk, mengiyakan perkataan dari sahabatnya.

Soal rumor-rumor di sekolah memang masih hangat, masih banyak juga yang membicarakan kalau Reno tinggal dengan tiga om-om yang kaya raya. Tapi Reno sudah tidak peduli lagi dan sudah tutup telinga dengan gosip itu, yang ia pikirkan hanya Arsyad.

Apa yang membuat Arsyad seperti itu kepada saudaranya sendiri? Apa yang membuat Arsyad seperti benci sekali dengan keluarganya sendiri? Sebenarnya apa yang dialami oleh Arsyad di masa lalunya?

Entahlah, semua pertanyaan itu terus menghantui pikiran Reno. Yang jelas, perilaku dan sikap Arsyad semalam benar-benar membuat pandangannya terhadap Arsyad menjadi sedikit berubah. Perkataan Arsyad yang bilang kalau pria itu mulai cinta kepada dirinya, sepertinya hanyalah pemanis belaka.

Jika Arsyad memang cinta kepada Reno, kenapa ia tidak pernah cerita tentang siapa dirinya dan juga keluarganya? Kenapa ia tidak pernah menjadikan Reno tempat curhatnya? Apa masa lalunya seburuk itu sehingga Arsyad ragu untuk menceritakan kepada Reno?

Semua itu adalah hal yang dipikirkan oleh Reno, beberapa pertanyaan yang membuatnya menjadi sering melamun seperti sekarang ini. Dari semua pertanyaan itu juga, timbul rasa kekecewaan di hati Reno.

Tak lama, mata Reno melirik ke hp miliknya yang menyala karena ada sebuah pesan yang masuk.

'Bang Arsyad : Ren, kamu nggak apa-apa kan? Dari semalem sampe tadi pagi, kenapa kamu diemin Abang terus? Apa karena kejadian semalem Ren?'

Kedua bola mata Reno memutar, lalu ia meraih hp itu dan mematikannya. Memang ada rasa ingin menanyakan tentang kejadian semalam, namun Reno memilih untuk tidak ingin tau lebih lanjut lagi meski hatinya benar-benar penasaran.

Lalu remaja itu menggelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak melamun dan fokus pada pelajaran yang sedang diterangkan oleh guru matematikanya. Tapi sayang, Reno tidak bisa mengikuti pelajaran meski ia sudah berusaha.

Saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, siswi-siswi yang duduk di dekat jendela terlihat sedang memperhatikan keluar jendela. Suara bisikan-bisikan pun mulai terdengar jelas, dari pelan hingga menjadi heboh karena seisi kelas ikut berbisik-bisik.

"Hei, kenapa jadi ribut?!!" teriak guru matematika yang mengajar itu.

Namun hampir seisi kelas tidak menggubris guru matematika itu terutama para siswi, karena mata mereka sudah terfokus pada pria tampan nan maskulin sedang berjalan di koridor kelas.

Tok... Tok...!

Semua pandangan langsung terfokus pada seseorang yang sudah berada di depan pintu kelas, ketika pintu itu diketuk.

"Assalamualaikum" ucap pria yang berdiri di ambang pintu.

"Waalaikumsalam" sahut seisi kelas.

Pria itu tersenyum kecil, membuat kelas semakin heboh karena senyuman yang sangat menawan itu. Dengan gagahnya, pria itu berjalan menghampiri guru yang sedang mengajar.

"Permisi Bu, maaf mengganggu kegiatan mengajarnya. Saya ada urusan sebentar sama adik saya, Reno. Boleh saya izin untuk pinjam Reno sebentar? Soalnya lagi ada urusan penting" ucap pria yang tak lain adalah Arsyad.

Guru matematika yang berjenis kelamin perempuan itu pun tak luput dari pesona Arsyad yang sangat menawan, mulutnya sedikit terbuka melihat wajah Arsyad. "Oh... bo-boleh Pak" ucap guru itu terbata karena gugup. "Reno, silakan menyelesaikan urusannya dahulu" lanjutnya.

Reno berdecih kecil, kesal karena Arsyad tiba-tiba saja datang ketika ia sedang memikirkan tentang pria tampan itu. Terlebih Arsyad datang ketika sedang jam pelajaran dan datang tanpa seizin Reno, membuatnya semakin kesal dan malas kepada pria tampan itu.

Dengan terpaksa dan wajah yang ditekuk, Reno berjalan tanpa melihat ke pria yang sedang menatapnya dengan penuh senyum. Ia berniat untuk keluar tanpa berbicara apa-apa kepada Arsyad.

Namun sayang, tangan Arsyad langsung meraih tangan Reno dan menggenggamnya ketika berpapasan. Lalu tangan Arsyad yang satu lagi mengusap kepala Reno dengan lembut sambil wajahnya tersenyum tipis.

"Kita ngobrol sebentar ya Ren" ucap Arsyad.

Seketika saja kelas kembali histeris, ketika melihat perlakuan Arsyad kepada Reno. Terlebih siswi-siswi di sana, mereka bermimpi menjadi Reno agar bisa dielus dan digenggam seperti itu oleh Arsyad.

"Ah si Om ganteng banget!"

"Mau dielus juga!"

"Nggak bakal nolak kalo abang gue seganteng itu!"

Sahutan demi sahutan mulai keluar, Arsyad hanya tersenyum untuk menanggapinya.

Kembali pria tampan itu menoleh ke guru matematika yang sedang mengajar. "Izin sebentar ya Bu, maaf kalau mengganggu jam pelajarannya. Assalamualaikum" ucap Arsyad lagi.

Guru matematika itu terdiam beberapa saat, menatap dua punggung laki-laki tampan yang berjalan menjauh darinya. "Waalaikumsalam" ucapnya setelah kedua laki-laki itu sudah menghilang dari pandangannya.

Di koridor, mereka berdua masih saling diam tanpa ada yang berbicara. Reno juga pasrah saja ditarik oleh Arsyad, ia hanya menurut dan mengikuti kemana pria gagah itu menariknya.

Hingga mereka berdua sampai di mana mobil terparkir, barulah Arsyad mulai membuka suara. "Ayo masuk" perintah Arsyad.

Tanpa menjawab, Reno membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam.

Ketika sudah duduk bersamping-sampingan di dalam mobil, Arsyad menatap ke arah Reno. Sementara Reno duduk melihat ke luar jendela dan memunggungi Arsyad.

"Ren, Abang mau ngomong" ucap Arsyad memecah keheningan.

"Em..." Reno hanya menjawab dengan gumaman.

Sedikit kesal karena tingkah Reno, akhirnya Arsyad mencengkram tangan Reno sedikit kuat. Membuat remaja itu akhirnya melihat ke arahnya. "Ren, Abang mau ngomong" ucap Arsyad dengan nada beratnya.

Dengan cepat Reno menarik tangannya dari Arsyad, sambil menunjukkan raut wajah yang sama kesalnya. "Tinggal ngomong kok ribet" ketus Reno.

Sebelum berbicara, Arsyad menghela napasnya berat. Ia memang kesal, namun ia takut membuat Reno semakin menjauh darinya kalau ia marah. Akhirnya ia mencoba untuk tenang dan mengatur napasnya.

"Apa Abang ada salah sama kamu Ren? Kenapa sikap kamu tiba-tiba jadi gini sama Abang? Abang nggak bisa kerja karena kepikiran terus sama sikap kamu yang begini" ucap Arsyad penuh tanya.

"Aku kecewa sama Abang" jawab Reno seadanya.

"Kecewa kenapa?" sahut Arsyad, nadanya lembut dan penuh tanya.

Tanpa Reno sadari, matanya sudah berkaca meski ia tidak melihat wajah lawan bicaranya itu. Dari nada bicaranya saja Reno sudah tau, kalau Arsyad memang mengkhawatirkannya. Akhirnya Reno memutar kepalanya, menatap Arsyad dengan matanya yang sudah berair.

"Karena kejadian semalem, aku jadi mikir. Apa Abang beneran sayang sama aku? Kalau iya, apa berarti Abang percaya sama aku juga?" ucap Reno yang sudah menangis.

Wajah Arsyad terlihat bingung, ketika Reno berkata seperti itu. "Maksudnya gimana Ren?" heran Arsyad.

"Selama ini aku udah ngasih tau semua tentang diri aku ke Abang. Tentang aku yang kelainan begini, tentang masalah aku, tentang keluarga aku, semuanya aku cerita ke Abang. Tapi kenapa Abang nggak pernah cerita hal yang sama ke aku? Terlebih semalem pas kembaran Bang Arsyad dateng, aku jadi makin bingung dan penasaran. Sebenernya ada apa sih Abang? Apa masa lalu Abang seburuk itu sampai Abang nggak mau cerita? Atau Abang nggak mau cerita karena Abang nggak percaya sama aku?" Reno menatap lekat ke wajah Arsyad, tatapan sayu dan matanya yang berair membuat Arsyad sangat kebingungan.

Pria itu menghela lagi napasnya sebelum berbicara, tangannya bergerak mengusap air mata Reno yang sudah terjatuh.

"Bukannya Abang nggak percaya atau nggak mau cerita sama kamu, tapi Abang rasa itu nggak perlu diceritakan. Lagipula kalau Abang udah cerita, kamu mau apa? Ngerasa benci sama Abang? Atau malah kasihan karena masa lalu Abang?" lanjutnya.

Reno masih menatap dalam-dalam wajah Arsyad, tapi kali ini kekesalannya sedikit berkurang.

"Kasihan?"

"Kamu mau tau kenapa Abang marah-marah sama orang itu semalem? Itu karena Abang punya masalah sama dia dan keluarga Abang di masa lalu. Kamu pasti mau tau juga kan apa masalahnya sampe Abang benci begitu?" ucap Arsyad. Perlahan pria itu melepaskan tangannya dari wajah Reno, lalu menyandarkan tubuhnya dan menghela napas kasar. "Abang dibuang dari keluarga Abang, Ren" jelasnya.

"Dibuang? Ma-maksudnya?" heran Reno.

"Gimana ya Ren ceritanya, Abang juga bingung jelasinnya" sahut Arsyad, ia jadi kembali kepikiran dengan masa lalu yang sudah tidak mau diingat-ingatnya lagi. Beberapa saat, Arsyad memijat kepalanya sebelum menjelaskan kepada Reno.

"Singkatnya gini, Abang nggak diinginkan di keluarga itu, terlebih sama orang yang melahirkan Abang. Jadinya Abang dibuang, nggak diinginkan lagi di keluarga itu. Kamu tau kan kalau Abang lahir di Jepang dan pernah tinggal di sana, Abang bisa tinggal di Indonesia karena dulu Abang tinggal sama paman dan bibi Abang di sini. Tapi paman sama bibi Abang meninggal beberapa hari sebelum Abang lulus SMP, mereka kecelakaan" jelas Arsyad.

Mendengar penjelasan Arsyad, Reno sedikit termenung. "Ke-kenapa begitu Bang?" tanyanya masih penasaran.

"Bukannya Abang nggak mau cerita Ren, tapi apa bisa kita nggak ngomongin ini? Maaf, sampe sekarang Abang masih sulit kontrol emosi Abang karena ngeliat orang yang semalem, atau saat inget kejadian itu. Takutnya Abang malah jadi marah-marah lagi Ren, takut kamu yang kena lagi. Kalau waktunya udah tepat, Abang pasti cerita ke kamu Ren, Abang pastiin itu" ucap Arsyad sambil menatap dalam-dalam wajah Reno. "Boleh ya?"

Dari suaranya saja, Reno tau kalau Arsyad memang ada masalah dengan keluarganya itu. Suara yang harusnya maskulin dan juga jantan, menjadi gemetar ketika ia mengingat masalahnya lagi.

Akhirnya Reno mengangguk, lalu ia menghamburkan pelukan kepada pria yang duduk di sebelahnya itu. "Maaf Bang, aku nggak tau" ucap Reno merasa bersalah.

Arsyad mengecup kening adik kesayangannya itu, tangannya ikut mengelus lembut punggungnya. "Nggak apa-apa, nggak masalah" sahut Arsyad lembut.

~ ~ ~

Sekarang Reno sedang berada di kamarnya, duduk di kasur dan tubuhnya bersandar di tubuh kekar milik Danu. Arsyad sedang berada di kamarnya, karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadinya Danu pulang lebih awal untuk menemani Reno.

Setelah kejadian di mobil tadi, akhirnya Reno memutuskan untuk izin pulang terlebih dahulu, yang tentunya sudah disetujui oleh Arsyad. Kalau sekolah pun, otak Reno sedang tidak bersahabat dan membuat pelajaran sulit untuk dimengerti. Jadi ia lebih memilih di rumah untuk menenangkan pikirannya dahulu.

Tubuh Reno juga sedikit lemas dari biasanya, entah mengapa ia tidak bersemangat. Jadinya ia hanya bisa duduk bersandar, ditemani oleh Danu.

"Lesu banget Ren? Biasanya kamu yang paling ceria, paling heboh, paling semangat?" ucap Danu dengan senyum kecil.

"Kepikiran sama Bang Arsyad yang soal semalem aja Pak, jadinya begini" jawab Reno datar.

"Sayang banget ya kamu sama Arsyad? Sampe begini cuma karena kepikiran dia." Danu mencolek hidung Reno, bermaksud menghiburnya.

Reno tersenyum kecil, lalu menengok dan melihat ke wajah Danu. "Iya, aku sayang banget sama Bang Arsyad, dia beneran kayak kakak kandung. Aku juga sayang sama Pak Danu sama Mas Bayu juga, pokoknya aku beneran sayang sama kalian bertiga" sahut Reno jujur.

Danu tersenyum lebar, karena ia senang setelah mengetahui kalau Reno nyaman tinggal dengan mereka bertiga. Tentu ada perasaan lega juga, karena sejauh ini Danu masih bisa menepati janjinya untuk menjaga Reno.

"Kamu capek kan ya katanya? Mandi dulu sana Ren, abis itu tidur dulu biar pikiran kamu lebih tenang" usul Danu.

Meski kamar sudah dingin dan terbilang nyaman untuk tidur, tetap saja Reno sedikit tidak nyaman. Karena tadi ia langsung berganti pakaian tanpa mandi atau bilas terlebih dahulu. Jadinya Reno langsung mengangguk, menyetujui usul dari Danu.

"Mau mandi bareng?" tanya Danu dengan senyumnya.

"Eh? Ma-mandi bareng???" tanya Reno kembali dengan gugup.

Melihat ekspresi Reno, membuat Danu tersenyum lebar. "Nggak usah malu, sesama laki-laki ini kan?"

Reno tau itu, ia dan Danu memang memiliki jenis kelamin yang sama. Namun yang jadi masalah adalah, Reno memiliki penyimpangan yang belum diketahui oleh Danu. Maka dari itu Reno gugup sekali, ketika Danu mengajaknya untuk mandi bersama.

Remaja itu berpikir untuk menolaknya, karena takut ketahuan jika kejantanannya tiba-tiba saja tegang saat mandi bersama dengan Danu.

"Yaudah" jawab Reno dengan jawaban yang berbeda dari yang sudah dipikirkannya.

Setelah keduanya turun dari kasur, mereka berdua langsung melepas pakaian atas yang dipakainya. Lampu utama kamar masih menyala, sehingga tubuh mereka berdua bisa terlihat dengan jelas.

Reno tersenyum, seperti tak pernah bosan melihat tubuh indah milik Danu dengan kulit coklatnya. Sementara Danu pun sama, ia tersenyum karena melihat tubuh mulus Reno yang kecil namun sudah terbentuk itu.

Hingga tak lama, senyum Danu mulai memudar dan raut wajahnya berubah drastis. Membuat senyum Reno memudar karena melihat rahang Danu yang mengeras dan tangannya yang sudah mengepal keras.

"Pak Danu? Ke-kenapa Pak?" Reno menelan ludahnya, sedikit takut karena raut wajah Danu yang benar-benar menyeramkan.

"Siapa yang udah lakuin ini ke kamu Ren?! Siapa?!" tanya Danu dengan nada kesal dan marah.

Reno menoleh, ketika tangan Danu menunjuk ke arah bagian pundaknya. Ia langsung menelan ludah, ketika mengetahui kalau bekas kiss mark dari hubungan badannya dengan Arsyad hari itu masih terlihat jelas. Remaja itu tidak bisa berkata-kata karena terlalu takut, bahkan ia tidak berani menatap ke mata Danu.

Tubuh Danu yang tadinya membungkuk, kembali menegak. Tangannya yang sudah mengepal keras akhirnya ia layangkan untuk memukul lemari yang berada tepat di belakang Reno.

Bugh...!

"Berani-beraninya si Arsyad!!!"

* * *