Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 33 - Harapan menjadi nyata (1)

Chapter 33 - Harapan menjadi nyata (1)

"Kalau Abang punya perasaan yang sama ke kamu, gimana?"

Reno memasang ekspresi wajah yang kaget, namun terlihat datar juga. "Hah? Ma-maksud Abang?" herannya.

"Ya gimana ya Ren, Abang juga nggak tau maksudnya gimana." Arsyad membuang napasnya kasar, lalu ia menatap Reno dalam-dalam. "Tapi, apa nggak boleh misal Abang suka kamu juga?" tanya Arsyad.

Reno terdiam sesaat, berusaha mencerna maksud perkataan Arsyad. "Ma-maksud Abang, Abang mau bales cinta aku?" ucap Reno penuh harap.

Arsyad tersenyum lebar, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Reno hingga hidung mereka bersentuhan. "Abang emang belum pernah jatuh cinta, tapi Abang akan coba balas cinta kamu Ren" jawab Arsyad serius.

Jantung Reno seketika saja berdebar cepat, saat Arsyad menempelkan bibir di mulutnya. Matanya terbelalak kaget, tidak percaya dengan apa yang Arsyad lakukan saat ini. Pikirannya memang ingin menolak dan melawan, namun hatinya terus mengatakan kalau ini adalah hal yang Reno harapkan.

Perlahan ia memejamkan matanya, tangannya pun mulai meraih leher Arsyad dan melingkar di sana. Mulutnya ikut terbuka saat lidah Arsyad mulai menerobos masuk., lalu dengan perasaan yang berdebar Reno membalas permainan lidah Arsyad.

Lidah mereka saling bertemu, bertukar liur di dalam mulut Reno. Remaja itu bisa merasakan kalau Arsyad benar-benar bernafsu, karena permainan lidahnya sangat lihai dan napasnya terdengar memburu.

Tanpa melepaskan mulut mereka, tangan Arsyad mulai menjalar ke tubuh Reno. Mencari dua bongkahan empuk, lalu meremas-remasnya sekuat tenaga. Pemilik bokong itu hanya pasrah, merasakan dan meresapi kenikmatan yang sedang dibuat oleh Arsyad untuk dirinya.

"Mmhh... engh... hmmh..." gumam mereka.

Tak lama, Arsyad mendorong tubuh Reno ke kasur, hingga remaja itu terjatuh dan berposisi terlentang di atas kasur. Segera Arsyad berlutut tepat di depan selangkangan Reno, menaikkan kedua kakinya dan menempelkan kejantanannya yang sudah menegang di balik celananya.

Terlihat keduanya saling berkontak mata dengan napas yang sama-sama sudah memburu. Terlebih posisi Arsyad yang berada di atas Reno sekarang ini, membuat jantung remaja itu berdetak cepat dan darahnya berdesir melihat tubuh berotot Arsyad yang sangat jantan.

Tak ingin telanjang dada sendirian, Arsyad meraih bagian bawah baju Reno dan menariknya ke atas. Reno menurut, ia menaikkan kedua tangannya ke atas agar Arsyad bisa dengan mudah melepas bajunya. Kini mereka berdua sudah sama-sama bertelanjang dada.

Kemudian Arsyad tersenyum mesum kepada remaja dengan tubuh mulus itu. Ia memegang celana pendek yang sedang dipakainya, lalu meloloskannya hingga ia telanjang bulat.

Reno menelan ludah, bola matanya melebar, dan jantungnya berdebar tidak karuan ketika ia melihat Arsyad yang telanjang bulat di hadapannya. Ia tidak percaya, karena ukuran alat kejantanan Arsyad memiliki ukuran yang besar, mirip-mirip dengan alat kejantanan milik Sigit yang pernah ia rasakan sebelumnya. Kejantanan Arsyad sudah mengacung, menegang keras, dan memperlihatkan urat-uratnya yang begitu mencuat.

Lalu pandangan mata Reno beralih, dari kejantanan itu menjadi ke pemilik kejantanan itu. "A-abang mau ngapain?" Reno terlihat sangat gugup.

Arsyad tersenyum kecil, lalu ia membungkukkan tubuhnya hingga wajahnya kembali berdekatan dengan wajah Reno.

"Abang mau buktiin rasa sayang Abang ke kamu" jawab Arsyad.

"Pa-pake cara begini?" tanya Reno lagi, yang dianggukkan oleh Arsyad. Kemudian remaja itu memalingkan wajahnya dari Arsyad. "A-aku takut" ucapnya terbata.

"Bukannya kamu udah pernah?" tanya Arsyad balik, yang dianggukkan oleh Reno juga. "Terus kenapa kamu takut?" herannya.

"A-aku bukan takut soal hubungan badannya, a-aku takutnya sama yang akan terjadi setelah kita hubungan badan. A-aku nggak mau Abang nyesel cuma karena nafsu sesaat, abis itu Abang malah ninggalin aku. A-aku nggak mau hubungan aku sama Abang jadi kayak hubungan aku sama Pak Sigit" jawab Reno pelan.

Arsyad kembali tersenyum tipis, setelahnya ia mendekatkan mulutnya ke telinga Reno. "Sigit ya Sigit, Abang ya Abang. Kita beda orang, kita beda sifat, jangan samain Abang sama orang itu. Abang mau ngelakuin ini karena Abang dalam kondisi sadar, dan ini bukan cuma nafsu sesaat. Abang nggak akan ninggalin kamu setelah ini, Abang ngelakuin ini karena Abang mau bertanggung jawab atas kamu setelah melakukan ini. Paham?" ucap Arsyad sungguh-sungguh.

Reno terdiam, menatap wajah pria tampan itu. Setelahnya remaja itu mengangguk paham dengan apa yang Arsyad ucapkan tadi. "Aku percaya Abang" sahut Reno. Dengan cepat, remaja itu menempelkan kembali bibirnya di bibir Arsyad, tanda kalau ia bersedia melakukan apa yang Arsyad mau.

Di dalam lumatan itu, Arsyad tersenyum kecil. Ia juga paham apa maksud dari ciuman Reno tadi, jadinya ia langsung membalas ciuman remaja itu dengan sebuah lumatan dan gigitan kecil untuknya.

Tangan Arsyad perlahan bergerak, memegangi wajah Reno sambil mengelusnya. Kemudian lumatan tadi ia lepas, lalu mulutnya berpindah ke bagian leher Reno. Dengan ganas, Arsyad menggigit, menghisap, menciumi leher adik kesayangannya itu dengan penuh nafsu. Aroma tubuh Reno yang khas dan kulitnya yang mulus, membuat Arsyad sangat bergairah menikmati tubuh remaja itu.

"Engh... aahh... ja-jangan Bang... emhh..." desah Reno pelan. Terlihat ia memejamkan matanya, tubuhnya menggeliat merasakan geli sekaligus nikmat dari mulut Arsyad.

Puas bermain di leher Reno, perlahan mulut Arsyad berpindah ke area bahu dan dada Reno. Dengan sengaja ia menghisap serta menggigit bagian itu kuat-kuat, untuk meninggalkan sebuah tanda sayang di sana. Setelah tanda itu sudah berbekas, barulah Arsyad memainkan mulutnya di puting Reno yang berwarna pink.

"A-abang... engh... oouh..." Desahan Reno semakin kuat, saat Arsyad menyedot putingnya dengan kuat. Napasnya mulai terengah, karena Arsyad bermain terlalu ganas untuk ukuran dirinya. Ia berusaha melepaskan diri, namun tubuh Arsyad yang menindihnya membuatnya kesusahan, sehingga ia pasrah saja meski tubuhnya terus menggeliat.

Arsyad memang sengaja, bermain di area puting dan dada Reno agak lama. Suara desahan Reno membuatnya bergairah, terlebih ia bisa merasakan tubuh Reno yang menggeliat, menandakan kenikmatan. Hingga setelah ia mendengar suara napas Reno tidak beraturan, barulah ia melepaskan mulutnya dari tubuh Reno.

Terlihat remaja itu sudah kelelahan, napasnya terengah tidak beraturan, bahkan keringat dinginnya mulai keluar. Hal itu tentu membuat Arsyad semakin bernafsu, sehingga ia ingin menindih dan merasakan tubuh mulus Reno lagi.

Namun tubuh Arsyad tertahan, ketika tangan Reno memegangi kedua lengannya. Dengan sisa tenaga, Reno memutar posisi sehingga ia berada di atas dan Arsyad berada di bawahnya. Meski lelah, namun remaja itu tidak mau kalah. Ia juga ingin merasakan tubuh indah Arsyad dengan mulutnya.

Tanpa ragu-ragu, Reno langsung mencium sejenak bibir Arsyad. Perlahan ciuman itu turun ke leher hingga ke dada bidang milik Arsyad. Puting Arsyad yang sudah mencuat tak luput dari sapuan mulut Reno, merasakan setiap inci tubuh indah Arsyad yang selama ini ingin ia rasakan.

Sementara Arsyad hanya memejamkan matanya, meresapi dan menikmati permainan mulut Reno yang lembut. Terlebih ketika mulut mungil itu bermain di bagian dada, perut, dan juga ketiaknya yang menjadi bagian favorit Reno. Seluruh sensasi nikmat yang tak terbendung Arsyad nikmati dengan penuh perasaan.

Hingga lama-kelamaan, mulut Reno berada tepat di bagian selangkangan Arsyad. Ketika bibirnya menyentuh bagian ujung penis Arsyad, membuat pemilik penis itu membuka matanya dan bangkit untuk melihat remaja yang sedang menempelkan mulutnya itu.

Mata Reno menatap mata Arsyad lekat, seakan meminta izin untuk memainkan pusakanya yang berukuran besar. Arsyad yang paham pun mengangguk, membiarkan orang yang disayanginya mengambil keperjakaannya yang belum terenggut.

"Ouhhh..." Arsyad mendesah, saat penisnya merasakan kehangatan dari mulut Reno. Rasanya benar-benar seperti sedang terbang, sangat nikmat dan tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Sama halnya dengan Reno, ia sedang memejamkan matanya dan meresapi kenikmatan dari rasa penis Arsyad di dalam mulutnya. Ia sengaja mengulum penis itu tanpa mengeluarkannya dahulu, ia ingin merasakan urat-urat penis Arsyad yang berkedut dan mencuat itu di dalam mulutnya. Entah mengapa sensasinya luar biasa nikmat.

Tangan Arsyad memegangi kepala Reno, menarik rambutnya agar ia bisa melihat saat remaja itu mengulum penisnya. Pemandangan saat Reno mengulum penisnya, adalah pemandangan yang akan selalu Arsyad ingat seumur hidupnya.

Merasakan penisnya dikulum, membuat Arsyad menggelinjang kenikmatan. Namun pria itu masih merasa kurang, ia ingin sensasi yang lebih nikmat dan lebih menggairahkan lagi ketimbang saat ini.

Dengan sedikit kasar, Arsyad menarik rambut Reno sehingga penisnya terlepas dari mulut remaja itu. Ia menarik tangan Reno, menuntunnya turun dari kasur. Kini Arsyad berposisi berdiri, sementara Reno berlutut tepat di hadapannya dengan wajahnya yang sejajar dengan penisnya yang sudah mengkilap karena basah oleh liur Reno.

Ketika tangan Arsyad menyentuh bagian belakang kepala Reno lagi, ia mengangguk karena sudah paham apa maksudnya. Dengan lahap Reno memasukkan penis Arsyad ke dalam mulutnya, kembali menyedot dan menjilati penis Arsyad hingga membuatnya kelojotan dengan permainan mulut Reno.

"Akkkh... ouhhh... aaahhh..." desah Arsyad kuat. Ia tidak bisa menutup mulutnya lagi, lantaran sensasi nikmat yang tak terbayangkan sedang dirasakannya saat ini.

Tak lama tangan Arsyad yang satunya memegang juga bagian belakang kepala Reno, menekan kuat kepala Reno hingga mulutnya menyentuh pangkal penisnya. Pinggul Arsyad pun ikut maju mundur, menusukkan penisnya hingga masuk ke tenggorokan Reno.

Hingga gerakannya semakin cepat dan ganas, membuat Reno kewalahan dan kesulitan bernapas. Tubuh Arsyad pun menggelinjang dan bergetar, saat penisnya masuk ke tenggorokan Reno dan menyemburkan cairan kenikmatannya ke dalam sana.

"Aauuhh!!!!" erang Arsyad keras.

Reno yang tak siap dengan semburan cairan kenikmatan dari Arsyad, membuatnya meronta-ronta karena napasnya benar-benar habis dan ia tidak bisa bernapas. Penis Arsyad yang besar yang menusuk ke tenggorokannya, dan juga sperma Arsyad yang menyembur langsung. Membuatnya tersedak hingga terbatuk-batuk saat sperma Arsyad tertelan.

"Hoekkkk!!! Uhuk-uhuk...!" Reno terbatuk-batuk dan ingin muntah. Ini memang bukan pertama kalinya ia menelan sperma, namun rasanya kurang lebih sama dengan bau yang sama menyengatnya hingga ia ingin muntah.

Arsyad terkekeh melihat Reno terbatuk-batuk. Ia sengaja melakukan itu, karena ini adalah pertama kali penisnya dihisap dan mengeluarkan spermanya di mulut orang. Arsyad ingin Reno menelan spermanya, sebagai tanda kalau remaja itulah yang sudah mengambil keperjakaannya.

Setelah Reno tidak terlalu terbatuk, Arsyad langsung mengangkat tubuh Reno dan melemparkannya ke kasur. Kembali ia langsung merangkak dan menaikkan kedua kaki remaja itu, lalu menempelkan selangkangannya di selangkangan Reno, dengan penisnya yang bersentuhan dengan penis Reno yang sudah melemas.

"Boleh Abang rasain ini, Ren?" tanya Arsyad. Tangannya sudah memegang dan meraba-raba lubang anus Reno.

Reno menelan ludahnya, ragu antara mengizinkan atau tidak. Ini adalah harapannya yang sudah menjadi nyata, yakni merasakan tubuh indah Arsyad dan merasakan digagahi oleh pria tampan itu. Namun ia takut, karena ia yakin sekali Arsyad akan kasar seperti tadi. Penisnya yang tak kunjung tegang setelah klimaks, menandakan kalau pria itu sangat-sangat jantan dalam urusan ranjang.

"Bang..." panggil Reno ragu. "Pelan-pelan ya?" mohonnya dengan raut wajah memelas.

Arsyad tersenyum tipis, mengangguk mengiyakan permintaan Reno.

Kemudian ia meludahi tangannya sendiri, mengoleskan liur itu ke bibir anus Reno yang sedang tegang karena remaja itu takut. Perlahan Arsyad memasukkan satu jarinya ke dalam anus Reno.

"Akhh... sa-sakit Bang" rintih Reno. Kepalanya sudah bergerak ke kanan ke kiri, karena rasa sakit yang ditimbulkan hanya dengan satu jari dari Arsyad. Ia sudah lama tidak melakukan hubungan badan, jadi cukup wajar kalau ia gugup dan kesakitan lagi.

Setelah sakit Reno mereda, Arsyad mencoba membasahi lagi lubang anus Reno dengan liurnya dengan jumlah banyak. Sehingga lubang anus Reno terasa basah dan becek, membuatnya cukup licin dan dua jari Arsyad bisa masuk meski terasa sulit.

Dirasa cukup untuk penetrasi, Arsyad pun mengolesi penisnya dengan air liurnya lagi. Ia tidak punya pelumas apalagi pengaman, karena ia tidak menyangka kalau Reno adalah orang yang akan disetubuhinya. Namun ia tidak peduli, karena nafsunya sudah diubun-ubun dan butuh dipuaskan.

Reno melebarkan kedua kakinya, saat kepala penis Arsyad menempel di bibir anusnya. Tangannya meremas sprei kasur keras, karena ia yakin rasanya akan luar biasa sakit seperti yang sudah-sudah.

Tak lama Arsyad membungkukkan tubuhnya, lalu ia mencium bibir Reno untuk beberapa saat agar remaja itu tidak tegang dan gugup. Lalu ia menatap Reno lekat penuh arti.

"Abang masukin ya Ren?" tanya Arsyad, memohon izin kepada pemilik lubang itu.

Reno menelan ludahnya, lalu ia mengangguk dan mengizinkan Arsyad untuk menggagahinya.

* * *