Chereads / A Boy and His Beloved Man(s) / Chapter 32 - Perasaan itu mulai hadir

Chapter 32 - Perasaan itu mulai hadir

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah hampir dua minggu Reno tinggal bersama dengan ketiga pria gagah nan tampan itu. Semakin hari hubungan mereka semakin dekat dan juga akrab, terasa seperti keluarga sendiri.

Tinggal bersama dengan mereka tentu membuat Reno merasakan bahagia yang luar biasa. Walau terkadang ada satu dua hal kecil yang menjadi perdebatan di antara mereka, pasti mereka kembali berbaikan dalam waktu yang singkat. Rasanya Reno tidak pernah menyesali keputusannya untuk tinggal bersama dengan mereka ini.

Hampir setiap hari mereka bermain bersama dan menikmati kebersamaan untuk seru-seruan di ruang TV. Selain itu, sebelum berangkat sekolah Reno diwajibkan untuk lari pagi atau olahraga pagi agar badannya lebih sehat. Ia juga sudah diperkenalkan dengan yang namanya gym oleh mereka bertiga, kini ia harus menerapkan pola hidup sehat dari mereka bertiga.

Bukan hanya kebahagiaan yang Reno dapatkan ketika tinggal di rumah itu, tentu ia mendapatkan ilmu juga karena tinggal bersama tiga orang yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Ia belajar tentang kesehatan dari Bayu, ia belajar tentang bisnis dari Danu, dan ia belajar tentang dunia modern atau perteknologian dari Arsyad. Walau tidak terlalu paham, namun Reno tidak keberatan untuk belajar itu semua sedikit demi sedikit.

Arsyad yang memang dari pertama kali sudah menganggap Reno sebagai adiknya, kini ia semakin yakin dengan semua itu. Bayu dan Danu pun sama, mereka sudah menganggap Reno sebagai adik kecil mereka yang selalu mereka ingin manjakan.

Waktu itu, Reno pun sudah menemukan sosok kakak dari mereka bertiga. Namun dari hari ke hari, perasaan sayang kepada mereka menjadi berubah menjadi cinta. Reno sudah pernah jatuh cinta, jadinya ia tau kalau yang ia rasakan kepada mereka bertiga adalah cinta layaknya ia mencintai Sigit waktu itu.

Sampai hari ini juga, hubungan Reno dengan Sigit masih dipertanyakan. Reno tidak tau apa hubungannya dengan Sigit sudah berakhir atau belum, karena Reno tidak mau mengatakan 'putus' kepada guru olahraganya itu. Meski begitu, ia juga sudah tidak mau mempertahankan hubungan itu lagi.

Serba salah memang, Reno sendiri juga bingung harus bertindak seperti apa. Ia hanya pasrah, yang penting Sigit sudah tau kalau dirinya tidak mau mempertahankan hubungan yang tidak seharusnya dijalin itu.

Sampai saat ini Reno masih berhubungan baik dengan Sigit meski sesekali mereka bertengkar karena hubungannya itu. Namun setiap hari Reno masih mengirim pesan dan chit-chat dengan guru olahraganya itu, karena Reno tidak mau gurunya sakit hati jika ia salah melangkah. Meski sampai sekarang Reno sendiri bingung, ia tidak tau apakah dirinya masih cinta dengan Sigit atau tidak.

Hidup bersama mereka bertiga memang menyenangkan, namun ternyata ada hal yang kurang mengenakkan yang mengikuti dirinya. Hal yang kurang mengenakkan itu adalah rumor setelah Reno memposting foto bersama dengan mereka bertiga, masalah itu mirip-mirip seperti rumornya dengan Sigit karena foto juga.

Banyak yang beranggapan kalau Reno itu memang penyuka sesama jenis, tapi fans berat Reno banyak yang menyangkalnya. Banyak yang bilang kalau mereka bertiga adalah sugar daddy baru setelah Reno putus dengan Sigit, namun banyak yang tidak percaya tentang itu juga.

Hanya saja hp mahal yang dipakai Reno benar-benar menjadi sumber masalah karena harganya mencapai belasan juta rupiah, padahal hampir semua orang tau kalau Reno hanyalah anak dari keluarga biasa yang beruntung mempunyai wajah tampan. Perkara Arsyad yang mengantar jemput Reno setiap hari juga menjadi bahan perbincangan di sekolah itu, membuat warga sekolah menjadi banyak yang percaya kalau Reno benar-benar menjual dirinya kepada ketiga sugar daddy itu.

Selain itu, postingan foto itu juga membuat Reno semakin bertengkar hebat dengan Sigit, membuat hubungan yang sudah renggang semakin renggang lagi. Namun Reno tidak peduli, karena dirinya sudah acuh tak acuh soal hubungannya dengan Sigit. Yang terpenting sekarang, Reno sudah menemukan kebahagiaan barunya dan meninggalkan 'kebahagiaan' lamanya.

Sekarang Reno sedang berada di kelas, ia sedang melamun memikirkan soal rumor-rumor tidak jelas itu dan juga hubungannya dengan Sigit. Meski terlihat tidak peduli, namun kenyataannya hal-hal itu berhasil membuat Reno kepikiran terus.

"Lu kenapa sih Ren? Belakangan ini bengong mulu?" heran Yoga yang sedang melihat Reno melamun. Ia hanya khawatir sahabatnya akan kesurupan kalau melamun terus.

Reno berdecih, kesal sendiri karena kepikiran hal-hal yang tidak seharusnya ia pikirkan. "Biasalah, rumor-rumor sialan bikin gue kepikiran terus" ketus Reno tanpa menengok ke Yoga.

"Lagian lu tinggal bareng sama om-om ganteng berotot gitu, terus tiba-tiba hp butut lu berubah jadi hp super duper mahal lagi. Siapa yang nggak ngira lu jual diri coba?" imbuh Ridwan.

Mendengar perkataan Ridwan, membuat Reno menatap tajam ke remaja yang sedikit gemulai itu. Tatapan tajam Reno berhasil membuat Ridwan sedikit takut, karena jarang-jarang sekali Reno marah.

Akhirnya Reno menghela napasnya, sedikit malas menanggapi tentang rumor-rumor itu. "Kalau mereka om-om atau sugar daddy gue, ya nggak mungkin lah gue post foto asal-asalan di sosmed. Mikir dong" kesal Reno. "Mereka bertiga tuh kenalan bokap gue, bukan om-om apalagi sugar daddy gue. Kalo ngomong dijaga, jangan sampe gue putusin pita suara lu" lanjutnya.

Jawaban Reno membuat keempat teman dekatnya itu terdiam, bergidik ngeri karena mood Reno sedang tidak bagus. Lalu dengan cepat Jeki menjitak kepala Ridwan, bermaksud agar Ridwan minta maaf kepada Reno.

"Duh apaan sih" protes Ridwan setelah Jeki menjitak kepalanya. "Iya-iya maaf Ren, gue nggak maksud ngatain lu jual diri sama mereka" jelas Ridwan.

Reno menatap sekilas ke Ridwan, lalu pandangannya kembali lurus dan ia memejamkan matanya. "Ya, santai aja" sahutnya malas.

"Gue juga heran, siapa sih yang suka nyebar rumor gitu sampe satu sekolahan bisa tau? Terus kenapa lu mulu yang kena rumor yak? Gue pacaran sama cowok gue yang umurnya hampir 30 tahun kayaknya nggak pernah digosipin" imbuh Jeki.

Ucapan Jeki sukses membuatnya mendapat tabokan kecil dari Icha yang mendengarnya. "Lu kan nggak terkenal kayak Reno, Jek. Dia orang paling ganteng seantero sekolah, jelas lah diomongin" jelas Icha sekaligus meluruskan ucapan temannya yang agak melenceng itu. "Yang nyebarin pasti orang yang sirik lah, orang yang nggak suka liat orang lain bahagia" lanjutnya.

"Dah ah berisik. Nggak usah ngomongin itu lagi, pusing gue" serga Reno karena ia merasa terganggu dengan topik obrolan itu. Kembali ia meletakkan kepalanya di atas ransel miliknya sendiri, memejamkan mata lalu berusaha tidur di kelas yang sedang berisik karena tidak ada guru.

~ ~ ~

Sudah beberapa hari ini Reno terlihat sangat tidak bersemangat dan kurang mood untuk bersekolah. Hampir semua orang yang tau kalau Reno itu murah senyum, menjadi terheran karena beberapa hari ini mereka tidak pernah melihat senyum manis dari cowok tampan nan imut itu.

Jadi sepulang sekolah, Reno langsung pulang dan hanya basa-basi sedikit dengan teman-temannya, sebelum akhirnya ia naik ke mobil sedan mewah yang sekarang dipakai oleh Arsyad untuk menjemput Reno. Alasannya sudah jelas mengapa mereka menggunakan mobil ketimbang motor, tentu untuk menghindari kerumunan murid-murid perempuan yang selalu menggila ketika melihat wajah tampan Arsyad.

Setelah menyandarkan tubuhnya di kursi mobil mewah itu, Reno menghela napasnya gusar. Tangannya memijat keningnya secara perlahan, kepalanya terasa pusing karena terus memikirkan rumor-rumor yang beredar itu.

Pria tampan yang duduk di kursi supir pun masih terheran, karena remaja yang duduk di sebelahnya sudah beberapa hari melakukan hal yang serupa. Perlahan tangan pria itu meraih kepala remaja itu, mengelusnya sambil sesekali membantu memijat keningnya secara pelan.

"Udah Ren jangan terlalu mikirin rumor-rumor itu ya? Nanti kamu malah sakit lho kalo kepikiran terus" ucap Arsyad penuh kekhawatiran.

Reno memejamkan matanya secara perlahan, meresapi pijatan dari tangan Arsyad. "Aku udah berusaha nggak kepikiran Bang, tapi tiap sekolah pasti aku denger ada yang ngomongin begitu. Terus Abang kan juga udah tau soal hubungan aku sama Pak Sigit yang masih ngambang dan nggak tau ke mana arahnya, itu aku juga kepikiran Bang" jelas Reno sambil mengeluarkan kekesalannya dalam ucapan itu.

Arsyad memang selalu menjadi pendengar yang baik untuk adiknya itu. Meski terkadang ia ikut kesal mendengar cerita dari Reno, tapi ia mencoba paham dan mencoba melihat dari sudut pandang Reno. Semakin lama Arsyad pun semakin paham dengan maksud perasaan Reno itu, semua karena mereka berdua selalu berusaha untuk berbicara dari hati ke hati dan saling mengerti.

"Yaudah kita pulang ya Ren? Di rumah masih ada es krim, Abang yakin es krim bisa bikin pikiran kamu tenang. Kalo emang nggak bisa juga, nanti Abang ajak kamu jalan-jalan terserah kamu mau ke mana. Pokoknya Abang nggak mau liat adik kesayangan Abang murung terus begini" ucap Arsyad dengan senyum penuh arti kepada Reno.

Reno membuka matanya setelah mendengar ucapan Arsyad, senyumnya pun langsung muncul meski hanya senyum tipis. Rasanya benar-benar beruntung dan juga senang karena Arsyad bisa mengerti soal penyimpangan seksualnya itu, membuat Reno selalu nyaman berada di dekat pria tampan yang sudah seperti kakak kandungnya itu.

"Iya Bang, kita pulang aja. Nggak perlu pergi-pergi sih sebenernya, ada Abang aja aku udah seneng bukan main kok. Makasih banyak karena Abang selalu mau ngertiin keadaan aku." Reno mulai melebarkan senyumannya, semua ucapan tadi ia katakan dengan tulus dari hatinya.

Kemudian Arsyad melepas mengendurkan seat beltnya dan menarik Reno untuk mencium keningnya. Mata Reno kembali terpejam, ia selalu menikmati kasih sayang dari orang yang disayanginya juga itu.

"Yaudah kita pulang ya Ren. Nanti kalau ada apa-apa atau mau jalan-jalan ya bilang aja" ucap Arsyad sambil membenarkan kembali seat beltnya. "Pake seat beltnya Ren, keamanan nomor satu" lanjutnya.

Setelah Reno memakai seat beltnya, mobil sedan mewah itu pun melaju dengan kecepatan sedang menuju ke rumah mereka.

~ ~ ~

Di rumah, atau lebih tepatnya di kamar Arsyad, Reno sudah mandi dan hanya berpakaian singlet dan juga celana pendeknya. Matanya tak pernah bosan melihat isi kamar Arsyad yang cukup berbeda dari kamarnya dan juga kamar Bayu, terbilang lebih bagus karena semuanya ditata oleh Arsyad sendiri.

Reno menjatuhkan bokongnya di kasur, menaikkan kakinya dan duduk tepat di samping Arsyad yang sedang sibuk dengan laptopnya. Ia sedikit melirik ke laptop Arsyad, melihat apa yang sedang Arsyad lakukan.

"Abang lagi ngapain?" tanya Reno yang masih melihat ke layar laptop.

"Kerja Ren" jawab Arsyad dengan lembut.

Reno mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang dimaksud kerja oleh Arsyad. Semenjak tinggal bersama, ia tidak pernah melihat Arsyad pergi keluar rumah untuk kerja. Kebiasaannya hanya diam di kamar, sibuk dengan laptop atau komputernya.

"Abang kerja apa sih sebenernya? Kok kerjanya nggak ke kantor atau tempat kerja kayak Mas Bayu sama Pak Danu?" heran Reno.

"Database administrator" sahut Arsyad. "Tau nggak?"

Mendengar kata itu saja rasanya tidak pernah, apalagi mengetahui pekerjaannya. Reno menggelengkan kepalanya, karena ia memang tidak tau.

"Mau tau nggak?" tanya Arsyad.

"Nggak" ketus Reno. Mendengar nama pekerjaannya saja sudah membuatnya pusing, apalagi mengetahui tentang pekerjaannya. Memang ada rasa penasaran, namun ia merasa lebih baik kalau mencari tau sendiri daripada dijelaskan panjang lebar oleh Arsyad yang belum tentu ia paham juga.

Arsyad tersenyum lebar, menutup laptopnya dan meletakkan di nakas sebelah kasur. Kemudian ia menarik tubuh remaja itu, meletakkan kepala Reno di dadanya yang bidang. Keduanya memejamkan mata, merasakan kehangatan saat mereka memeluk satu sama lain.

Mereka sudah sering melakukan hal begini entah sejak kapan. Rasa nyaman ketika saling memeluk membuat mereka sering melakukan ini, yang lama-kelamaan menjadi kebiasaan.

Reno menghirup dalam-dalam aroma tubuh maskulin Arsyad yang tidak mengenakan atasan itu. Meski dadanya tidak sebesar dan tidak sepekat aroma tubuh Bayu, namun ia tetap menyukainya. Melihat tubuh mereka saja sudah membuat Reno senang bukan main, apalagi ketika memeluknya. Seperti itulah yang Reno pikirkan.

"Bang?" panggil Reno dengan suara yang pelan, hampir tidak terdengar.

"Ya?" sahut Arsyad yang masih memejamkan matanya.

Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Reno katakan kepada pria yang sedang dipeluknya itu. Ia ingin sekali menumpah-ruahkan seluruh isi hatinya, namun ia masih menimbang-nimbang karena ragu. Ia bingung, bagaimana cara menyampaikan perasaannya kepada Arsyad.

"Kenapa Ren? Kok diem?" sahut Arsyad lagi sambil mengelus jari tangannya di pipi Reno.

"Em, A-abang..." Reno menelan ludahnya, sedikit takut dengan apa yang akan ia sampaikan. "Abang jijik nggak sih sama aku yang begini?" lanjutnya dengan cepat.

"Kalau Abang jijik, ngapain kita pelukan sekarang? Kalau Abang jijik, ngapain Abang anter jemput kamu setiap hari? Kalau Abang jijik, ngapain Abang repot-repot ngurusin kamu di sini?" jawab Arsyad.

Reno menghela napasnya, perasaannya semakin tak karuan setelah Arsyad berkata seperti itu. Dulu ia pernah berkata akan ketakutannya yang mungkin mengubah rasa sayangnya kepada Arsyad menjadi cinta. Sekarang, semua itu benar-benar dirasakan oleh Reno.

Hatinya gelisah, bingung ingin menyampaikan tentang perasaannya ini atau tidak.

Tak kunjung mendengar suara lagi dari adik kesayangannya itu, membuat Arsyad bangkit dan duduk untuk melihat wajah remaja itu. Ia yakin sekali, kalau Reno diam seperti ini menandakan ada sesuatu yang dipikirkan olehnya.

Dengan tangan yang sudah membingkai di wajah Reno, Arsyad menatap mata wajah remaja yang ada di hadapannya itu. "Abang tau kamu Ren, kalau kamu begini pasti ada sesuatu yang kamu pikirin. Kamu mau ngobrol apa? Mau cerita apa sama Abang?" ucap Arsyad penuh pengertian.

Kembal hati Reno seperti berdesir, ketika Arsyad berkata seperti itu. Mata yang tadinya menatap wajah Arsyad, semakin-lama pandangannya semakin menurun dan kepalanya mulai tertunduk. Ia tau Arsyad memang pengertian, namun rasanya ia belum yakin untuk menyampaikan perasaannya.

Membuang napasnya gusar, raut wajah Arsyad berubah menjadi khawatir ketika tangan Reno mengusap air mata yang mulai terjatuh di wajah remaja itu. Kembali ia memeluk tubuh Reno, untuk memberikannya kenyamanan karena Arsyad bingung dan tidak tau kenapa Reno menangis secara tiba-tiba.

"Bang..." panggil Reno di sela tangisannya. "Aku pernah bilang kan kalau aku takut rasa sayang aku ke Abang berubah jadi cinta?" tanya Reno.

"Ya, Abang masih inget. Emangnya kenapa Ren?" tanya Arsyad kembali.

Dengan perasaan yang ragu, akhirnya Reno memberanikan diri untuk menatap wajah pria yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta itu. "A-aku rasa aku udah jatuh cinta sama Bang Arsyad" jelas Reno.

Ketika Arsyad menghela napasnya, Reno tau sekali itu berarti Arsyad sangat kecewa dengannya. "Aku yakin Bang Arsyad jijik sama aku setelah aku bilang begitu, aku yakin Abang..." ucap Reno terpotong.

Bola mata Reno melebar dan jantungnya berdebar sangat cepat, ketika ia sadar kalau bibir Arsyad mendarat di bibirnya. Ia benar-benar tidak percaya Arsyad melakukan hal itu.

Semenjak Reno berkata kalau perasaan sayangnya akan berubah menjadi cinta waktu itu, sebenarnya Arsyad tidak terlalu mengambil pusing. Walau terkadang ia kepikiran dengan hal itu, ia terus berusaha untuk mengerti kondisi Reno yang memiliki penyimpangan seksual itu.

"Kalau Abang punya perasaan yang sama kayak ke kamu, gimana?"

* * *