Chereads / The Baby : Alda Arrani / Chapter 19 - 19. Jalanan Jakarta dan Ceritanya

Chapter 19 - 19. Jalanan Jakarta dan Ceritanya

Melihat keadaan kota dari balkon adalah aktivitas yang saat ini sedang Alda jalani. Memandangi bagaimana mewahnya pusat kota yang menjadi jantung perekonomian Indonesia. Menatap takjub bahwasanya ia percaya jika Jakarta memang seindah itu. Tak heran jika banyak sekali orang yang berlomba-lomba untuk merantau ke Jakarta, selain di sini banyak sekali lowongan pekerjaan, gedung-gedung pencakar langit yang tersebar di mana-mana, suasananya pun sangat nyaman sekali. Ya walaupun tak heran jika seringkali macet terjadi. Namanya juga kota rayap penduduk.

Jika kondisi seperti ini selalu Alda lakukan, menatap kota Jakarta dari balkon, Alda tak janji jika ia bisa tidak menangis malam ini. Pasalnya Alda selalu melakukan aktivitas seperti ini sebelumnya, bersama dengan Desvin tentunya. Desvin yang sedari dulu selalu bersama dengan Alda. Desvin yang selalu menemani Alda kemana-mana. Desvin yang selalu membuat Alda tak merasa sendiri. Namun kini semuanya terasa hampa karena tak ada lagi kehadirannya. Desvinnya sudah pergi.

Mendongak, menatap banyak sekali bintang yang bertaburan di langit, Alda tersenyum tipis. Ia lalu melambaikan tangannya ke atas sana seolah-olah memang di atas sana ada seseorang yang selama ini ia sangat rindukan. Padahal yang sebenarnya ada hanyalah bintang. "Hai, Mas Desvin! Apa kabar, Mas? Mas baik-baik aja kan di sana? Mas kangen aku apa enggak, sih? Kangen anak kita ini apa enggak?"

Setetes demi setetes air mata turun ke pipi, membuat dada Alda semakin sakit karena harus terus berusaha menelan kejadian yang memang sebenarnya sudah terjadi. Ia tak mau seperti ini. Ia tak mau terus-terusan menyemangati dirinya sendiri. Ia rapuh, sangat rapuh sekali.

"Mas, padahal kamu katanya udah banyak buat rencana untuk anak kita. Tapi kenapa sekarang kamu malah pergi? Kenapa kamu malah ninggalin aku sendirian, Mas? Aku kangen banget sama kamu. Boleh gak sih aku minta sama Tuhan buat jangan pernah ambil kamu dari aku? Yang aku punya buat penyemangat hidup ya cuman kamu, Mas. Cuman kamu satu-satunya orang yang bisa buat aku bahagia. Bisa buat aku hidup dengan senang lagi. Aku udah banyak merasakan kehilangan seseorang, dan yang terparah ternyata kehilangan kamu. Ternyata kehilangan kamu semenyakitkan itu, Mas."

Ditinggalkan seorang diri di saat hamil tua, sudah tak mempunyai orang tua, sudah tak mempunyai keluarga, diusir oleh mertua, kurang menyedihkan apalagi hidup Alda? Alda rapuh, sangat rapuh. Butuh sandaran untuk menopang semua berat yang ada di hidupnya. Alda butuh seseorang yang bisa membuatnya merasakan nyaman dan aman lagi. Dan orang itu hanya ada di Desvin saja. Alda yakin jika tidak ada di yang lainnya. Hanya ada di suaminya yang saat ini sudah pergi.

Mengusap perutnya dengan penuh kelembutan. Nyatanya saat ini alasan Alda bertahan hanya ada di dalam perutnya. Hanya karena ada sosok bayi yang nantinya pasti akan Alda sayangi dan Alda rawat. Karena hanya dialah yang saat ini menjadi peninggalan dari Desvin. Hanya janin yang ada di kandungannya lah yang sampai saat ini menjadi bukti nyata betapa besar cinta Desvin kepadanya.

"Nak, kita kuat kan, ya? Kita pasti bisa kok. Kita bisa melalui semua ini dengan baik. Kita bisa menjalani semua ini dengan kuat. Kita pasti bisa, Nak. Semangat ya! Walaupun nantinya kamu tidak melihat sosok ayah di saat teman-temanmu nanti diantar sekolah oleh ayahmu, makan bersama dengan ayahmu, atau lainnya. Kamu akan tetap mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah yang memang begitu mencintai kamu. Ayah yang saat ini sudah ada di surga, Sayang. Doakan terus ayahmu juga ya."

Flashback on.

Tubuh Desvin lelah, bekerja seharian penuh membuatnya merasa kelelahan. Membuatnya merasa banyak sekali tekanan dalam hidupnya. Namun saat ia pulang ke rumah, menatap sosok wanita yang selama ini ia cintai, rasanya semua kelelahan yang terjadi lenyap begitu saja. Ia malah bahagia tak terkira.

"Sayang, sini, dong!" panggil Desvin kepada Alda yang sedang menatap jalanan ibu kota dari jendela.

Alda yang dipanggil pun langsung menoleh dan merengut masam. "Kamu yang ke sini, atuh. Nih liat jalanan Jakarta. Bagus banget loh, Mas." Alda menjawab demikian. Memang saat ini ia sedang menatap jalanan ibu kota yang sangat indah karena lampu di mana-mana, kendaraan yang berlalu lalang juga semakin membuat suasana kota menjadi lebih bermakna.

Mendapat jawaban seperti itu dari sang istri tentu saja membuat Desvin langsung berjalan mendekati wanitanya. Ia langsung memeluk tubuh sang istri dari belakang dan mencium pipi wanita yang kini tengah berbadan dua itu. "Kenapa kamu suka liat jalanan Jakarta, sih? Jalanan Jakarta kan sama aja kayak jalanan lainnya. Enggak ada bedanya, Sayang. Isinya juga cuman jalanan sama kendaraan yang lalu lalang. Bukan sesuatu yang istimewa."

"Istimewa kok kalau menurutku, karena jalanan Jakarta selalu menampilkan kesan yang elegan, mewah, hidup. Intinya menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakatnya. Masyarakatnya yang memang terus berlalu lalang tanpa kenal siang atau pun malam. Mereka kerja keras tanpa kenal lelah. Salah satu contoh nyatanya ya kamu. Kamu kalau kerja keras tuh gila banget, sih. Enggak kenal makan sama minum bahkan."

Ya memang benar, kan? Jakarta memang selalu dijadikan kota untuk merantau sehingga keadaan Jakarta pun pastinya menggambarkan bagaimana keadaan masyarakatnya. Masyarakat yang kerja keras. Masyarakat yang tak kenal lelah mencari sedikit demi sedikit rezeki untuk menghidupi diri sendiri, keluarga, dan lain sebagainya. Jakarta memang kejam, kalau tidak kejam bukan Jakarta namanya. Namun, Jakarta membuat kita mengerti apa arti hidup yang sebenarnya. Jakarta keras jika mengikuti gaya hidup sebagian besar masyarakatnya. Jakarta keras jika mengikuti gaya kerja sebagian besar masyarakatnya. Jadi harus pandai-pandai memilih harus bertindak seperti apa di kota ini.

"Aku kerja keras itu buat kamu dong, Sayang. Makanya sampai kadang tuh lupa kalau aku belum makan atau minum. Karena aku harus menghidupi kamu dan buah hati kita nantinya. Aku mau kamu dan anak kita enggak kesusahan nantinya. Makanya harus kerja yang giat dari sekarang. Harus terus semangat supaya anak kita mendapatkan kehidupan yang layak. Aku sayang kalian berdua tau. Aku mau nantinya anak kita mendapatkan apa yang dia mau. Aku mau dia bahagia terus pokoknya. Kamu tenang aja lah, Sayang. Aku udah punya rencana buat kehidupan kita bertiga."

Sejenak memberikan jeda untuk omongannya lalu Desvin pun mengusap lembut perut istrinya sembari berbisik. "Kamu yang anteng di perut mamah ya, Sayang. Biar nanti kalau kamu datang ke dunia ini, semuanya udah ada buat kamu. Apa yang kamu inginkan akan kita kasih, Sayangku. Pokoknya kamu baik-baik, oke? Sehat sampai kamu bisa melihat gimana kehidupan dunia."

Flashback off.